21 Juni 2010

From Bromo With Love




Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 16-18 Juni aku ke Bromo. Sebenarnya ini adalah kesekian kalinya aku liburan ke Bromo. Boleh dikatakan bosan karena di sana pemandangannya ya itu-itu saja: lautan pasir, Bromo, Batok, dan gunung-gunung di sekitanya. Aku ke sana karena terpaksa (hehe). Aku hanya mencari alternatif liburan yang mudah dijangkau, murah, dan berudara dingin. Paru-paruku sudah berteriak-teriak minta udara segar kaya oksigen dan bebas dari polusi. Dan ini adalah bentuk amalku kepada paru-paru.
Seperti biasa Gunung Bromo bisa ditempuh dari banyak tempat, salah satunya dari Probolinggo. Tinggal naik angkutan ke Cemoro Lawang (Rp 25.000) lalu kita bebas memilih penginapan, mau di hotel, homestay, atau mendirikan tenda. Tak ada masalah. Kemarin aku memilih tinggal di homestay. Homestaynya bukan homestay mewah, tapi rumah milik warga yang disewakan untuk para pengunjung. Kamar hotel kelas ekonomi paling murah Rp100.000,- dengan kamar yang kecil dan kamar mandi di luar. Untuk menyewa yang lebih mahal aku nggak punya uang. Akhirnya aku memilih rumah yang ditawarkan warga itu. Awalnya dia minta Rp200.000/malam, lalu dengan sedikit nego dia menurunkan harga menjadi Rp150.000,00. Rumahnya biasa saja, tidak mewah, dengan satu ruang tamu yang diisi sofa dan tempat tidur, ruang tengah ada tempat tidur dan televisi, lalu masiha da dua kamar dan kamar mandi yang airnya super dingin. Bbbrr….!!

Sejak awal aku tak punya keinginan untuk ke Penanjakan ataupun ke kawah Bromo. Ya sudah akhirnya pagi hingga siang di hari pertama aku hanya jalan-jalan di bukit kecil sebelah utara Bromo, di antara kebun-kebun warga, dan cemara-cemara yang indah. Mengabadikan kenarsisan, kemesraan, dan keharuan yang menggumpal di dalam dada. Dilanjutkan dengan makan siang lalapan ayam yang sambalnya super nikmat dan pedas. POKOKE MAKNYUSS. Hehehe…
Pagi di hari kedua aku, mas Arief, dan temannya menunggu matahari terbit di belakang penginapan Lava Lodge. Dari rumah kami berjalan terus hingga melewati pintu tarik karcis masuk Bromo lalu belok kiri mengikuti jalan aspal sampai ke belakang hotel Lava Lodge. Gratis kok. Kalau cuma hendak belok kiri kita tidak akan ditarik karcis masuk. Sayangnya pagi itu berawan, sunrise tidak sempurna. Jadi kasihan dengan orang-orang yang rela bayar mahal naik jeep ke Penanjakan. Haha… Selepas itu kami berjalan terus melewati bukit-bukit yang hijau, indah, dan ramai celoteh burung di sisi timur Bromo. Masak tahunya Cuma Cemoro Lawang-Bromo-Penanjakan aja! Hehe..

~salam cuap-cuap~