01 September 2012

Katakan "Tidak" pada Bersih Gunung


Kalau saja semua pendaki tidak membuang sampah sembarangan di gunung, orang lain tidak perlu repot-repot bersih gunung.
Barisan Tenda

Namun, hal itu sekarang jadi kian mustahil karena semakin banyak penggiat alam, yang berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang, kini mendaki gunung. Sebenarnya siapapun sah-sah saja mendaki gunung, yang penting setiap orang punya KESADARAN dan ETIKA berinteraksi dengan alam.
Tapi jujur, hati saya tak semulia mereka yang selalu aktif bersih gunung. Saya enggan ikut acara bersih gunung. Seperti yang saya katakan, kita nggak perlu bersih gunung kalau semua pendaki gunung selalu membawa sampahnya kembali pulang. 

Fasilitas dan Kesadaran Menjaga Fasilitas
Untuk kebutuhan syuting film 5cm Juli lalu, dibuatlah toilet sederhana dengan alas semen, dinding triplek, WC jongkok, dan timba air di Kumbolo. Mungkin waktu itu toilet dibuat untuk kebutuhan kru dan artis film. Okelah, ada bagusnya juga disediakan toilet agar lingkungan di sekitar Ranu Kumbolo tidak tercemar. Sayangnya, fasilitas yang sudah ada ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pendaki lainnya dan tidak dijaga kebersihannya.
Hemat saya, orang-orang malas mengambil air di danau dan mengangkatnya ke toilet. Padahal jarak toilet dan danau hanya terhitung belasan meter. Anehnya, beberapa memilih menggunakan tisu basah (lalu tisunya dibiarkan di situ) atau memilih tidak menyiramnya sama sekali padahal mereka buang hajat. Astagaa.. Kebacut tenan tho yo!
Kemarin ada beberapa teman berhati mulia saat kemping di sana sempat bersih-bersih toilet itu, disiram dengan banyak air dan disikat, eh nggak lama sudah kotor lagi. Hiks.. Oh iya, ada lagi, di tanjakan, semak-semak, dan di balik pohon depan toilet itu juga banyak ranjau yang tidak dikubur. Huh, pendaki kok jorok!
Ayolah, Kawan, kita sudah punya fasilitas, kenapa sih kita nggak mau menjaga fasilitas itu agar tetap utuh dan bersih. Bayangkanlah betapa nyamannya kita menggunakan fasilitas itu kalau fasilitas itu terawat dengan baik. Dengan adanya toilet itu kita nggak perlu lagi menggaruk-garuk tanah dan mencari semak untuk buang air. Pendaki mancanegara yang ke Kumbolo pun pasti akan menaruh simpatik jika fasilitas yang ada tetap bersih.

Masalah Klasik yang Tak Kunjung Selesai: SAMPAH
Keharusan menuliskan daftar logistik bawaan pendaki di pos perizinan pendakian  bisa dibilang formalitas saja. Pasalnya saat turun dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Semeru saya tidak mendapatkan pemeriksaan apakah sampah saya bawa turun atau tidak. Pencataan logistik dan jumlahnya pun asal-asalan saja tanpa ada pengecekan. Jadi?
Tumpukan Sampah
foto: Ferdi
Kembali ke Ranu Kumbolo. Ya, maklum saja, tempat indah ini seringkali dijadikan tempat untuk event-event besar semacam jambore dan pendakian massal. Setelah acara itu lagi-lagi sampah menumpuk dan terserak. Saya bukan orang yang anti pendakian masal kok. Bukan salah acaranya, tapi salah orang yang meninggalkan sampahnya begitu saja.
Di suatu jambore di Ranu Kumbolo, ada lomba untuk mengumpulkan sampah paling banyak. Yang paling banyak dan berat menurut timbangan akan mendapatkan hadiah dari penyelenggara. Oke.. Bagus. Setidaknya ada usaha untuk membersihkan lingkungan Kumbolo. Tapiiii… Sayangnya usaha bersih-bersih itu selesai sampai di situ. Jadilah kantung-kantung sampah itu terkumpul dan menggunung di sana, tidak dibawa turun.
Salah manajemen nih. Kenapa kantung kresek tidak dibagikan saat penutupan sebelum turun gunung untuk mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya dalam perjalanan ke Ranupani? Lalu di pos perizinan baru sampah-sampah itu ditimbang dan siapa yang paling banyak mendapat sampah mendapat hadiah. Ide ini lebih bagus bukan? 
Oke, WTF lah dengan hal itu. Mari buktikan ke masyarakat bahwa pendaki adalah orang-orang yang santun terhadap alam, yang mendaki tanpa merusak dan mengotorinya. Membawa kembali sampah, mengubur hajat dan sisa makanan, serta tidak vandalis. Dengan begitu gunung kita akan lebih indah. Itu mudah kok, Kawan. Dan saya yakin, kalau kita membiasakan diri seperti itu, kita akan malu dan enggan membuang sampah sembarangan walau hanya satu bungkus permen. Mari menularkan kebiasaan baik. Salam.