Tiga hari lagi usia kandungan saya pas tujuh
bulan. Mumpung belum tujuh bulan, jadi saya sempatkan jalan-jalan sebentar ke
Air Terjun Ndlundung di Trawas. Sebenarnya suami saya agak was-was juga, tapi
ya Bismillah, dibarengi dengan doa dan berusaha hati-hati agar perjalanan ini
aman dan nyaman buat semua.
Untuk berangkat rute yang kami tempuh ialah
Sidoarjo – Japanan – Ngoro – Jolotundo – Trawas (Air Terjun Ndlundung). Kami
memilih rute ini karena jalan raya Sidoarjo-Pandaan macet sekali dan kondisi
jalannya kurang bersahabat. Alasan lainnya karena saya suka sekali dengan sisi
barat Gunung Penanggungan yang hijau, dingin, dan sangat indah. Benar-benar
membuat relaks meskipun agak capek juga naik motor. Hehe…
Begitu tiba di Ndlundung dan berjalan ke air
terjunnya, anak-anak SMA baik laki-laki atau perempuan banyak yang melihat ke
arah saya. Waduh, berasa jadi artis nih, hehe…. Mungkin mereka heran kok ada
bumil jalan-jalan ke air terjun dan naik-naik ke bebatuan untuk duduk dan
berfoto. Padahal menurut saya semua bumil bisa melakukan ini, asal kondisinya
sehat. Lihat saja bumil-bumil yang hidupnya di desa, ke sawah, ladang, kali,
dsb. Toh mereka tetap sehat. Hanya karena kita hidup di kota saja sehingga
terlalu banyak intervensi dan kekhawatiran. Yang saya yakini bahwa bumil bukan
orang sakit. Jadi kita bisa beraktivitas seperti biasanya, tentu saja dengan
catatan dalam batas-batas tertentu demi keamanan kehamilannya. Yaa, banyak
berdoa dan berhati-hati saja.
Kami cuma sebentar di sana, hanya duduk di dekat
air terjun sekitar 30 menit, lalu shalat dhuhur di mushala, dan ke warung untuk
pesan nasi (acara outing teman-temannya suami minggu depan). Kami sendiri tidak
makan di situ, tapi di warung depan koramil Trawas. Porsi besar, enak, dan
murmer.
Setelah makan kami langsung pulang via Pandaan
dan berencana shalat Ashar di Masjid Cheng Hoo, Pandaan. Saya sering lewat
sana, tapi baru kali ini mampir. Tempat wudhunya ada di lantai bawah (dasar),
tapi tempat shalatnya di lantai dua. Jadi kita musti naik tangga dulu.
Pertamanya saya bingung, kok orang-orang pada shalat di lantai dasar ya padahal
ada tulisan “Tempat Shalat di Atas”. Saya perhatikan ternyata di lantai bawah
tidak dipasang karpet dan tidak tersedia mukena. Jadi saya pun naik ke atas.
Sepi. Tapi enak ada karpet dan tersedia mukena. Shalat jadi lebih khusuk karena
sepi. Entah kenapa para pengunjung tidak mau naik ke atas ya. Apa karena malas
naik anak tangga atau tidak membaca tulisan yang ada. Hmmm.. Ya sudahlah. Hehe…
Selesai shalat, kami foto-foto sebentar, lalu
pulang ke rumah. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Semoga malaikat kecilku
selalu sehat dan lahir pada saatnya dengan selamat. Aamiin.