Foto-foto lain bisa dilihat di sini.
Sabtu, 28 Maret 2009
Liburan akhir pekan yang kuhabiskan di Probolinggo bersama mba Devim dan teman-teman di sana. Berangkat Sabtu, 28 Maret 2009 naik motorku si cencen (nama motorku) dari Sidoarjo, boncengin Tias. Sabtu sore aku, Tias, Mei, dan Mba Devim menyempatkan melihat sunset di pelabuhan. Tapi sayangnya kami sedikit terlambat. Setelah magrib kami berempat menyempatkan jalan-jalan di alun-alun kota Probolinggo. Setelah itu aku dan Tias langsung tidur pules di rumah Mei sampe pagi.
Minggu, 29 Maret 2009
Pagi itu aku, Tias, dan Mei ke pelabuhan lagi untuk mengagumi pesona fajar dari laut. Memang indah... Dengan warna-warna langit yang tak bosan dipandang mata. Di pelabuhan yang dalam masa pembangunan itu juga banyak orang yang memancing, berenang, pacaran, bahkan bermain-main bersama keluarga.
Setelah itu kami kembali ke rumah Mei dan sarapan. Kami bergerak cepat agar tak terlalu siang ke tempat wisata berikutnya. Tidak kusangka personel yang tadinya hanya empat orang kini bertambah tiga orang lagi menjadi tujuh orang. Kami segera menuju tempat wisata di Probolinggo.
Pertama, kami menuju air terjun Darungan yang terletak di desa Bremi, kecamatan Krucil, kabupaten Probolinggo. Kami menempuhnya satu jam naik motor dari Probolinggo melewati desa-desa yang entah apa namanya. Ada yang menarik di perjalanan, yaitu banyaknya orang yang mandi dan mencuci di sungai pinggir jalan, bahkan buang hajat. Dan mereka seperti itu tanpa aling-aling sehingga siapapun yang lewat dapat melihat mereka. Sebagian ada yang mandi memakai "kemben" dan sarung, tapi sebagian yang lain langsung telanjang. Ah.. porno! Kulihat rumah-rumah mereka, oh bagus-bagus kok. Trus kenapa?? Kata Mz Gatot (teman dari Probolinggo) mereka kesulitan air. Ah bingung!!! Tiba di tempat parkir air terjun kami masih harus berjalan kaki selama satu jam di antara rimbunnya pepohonan dan semak Argopuro. Berjalan mendaki.. menyeberangi sungai berbatu,,, hingga akhirnya sampai di lokasi. Tempatnya masih sangat asri di antara tebing-tebing dan hutan-hutan. Kami bahkan sempat berjalan mendaki hingga puncak air terjun. Pacet-pacet penghianat "mencucup" darah kami bahkan sampai di dalam pakaian sekalipun.
Kedua, wisata yang kami datangi adalah air panas dan ranu segaran. Dengan membayar Rp 2000,- kita sudah diperbolehkan masuk. Lumayanlah setelah bercapek-capek ria di air terjun kini kami dapat melemaskan otot-otot dengan berendam di air panas.
Ketiga, yaitu ranu agung. Sekitar seperempat jam dari kantor kecamatan Tiris dengan motor. Jalannya lumayan berbatu-batu dan meliuk-liuk. Kami memarkir motor di rumah penduduk karena tidak mungkin membawanya hingga ke danau. Untuk sampai di danau kita harus berjalan turun ke bawah. Jalurnya berbatu-batu. Sekitar 10-15 menit berjalan kita sampai di danau yang dikelilingi bukit dan tebing. Mungkin warga di sana masih sangat lugu kali ya... Masa ada orang mandi cewek cowok di tempat yang sama. Mungkin sebuah pemandian umum yang digunakan warga desa. Namun anehnya mereka seperti tidak malu-malu. Yang perempuan telanjang dada dan yang lelaki justru telanjang bulat. Benarkah tempat ini masih di Jawa Timur. Oh Indonesiaku.....
Tiba di ranu kami langsung menikmati durian yang kami beli di pinggir jalan tadi. Lalu aku ikut-ikutan Mz Ambon main "gethek" semacam rakit yang terbuat dari bambu. Awalnya sih aku nggak berani, tapi karena merasa begitu asik akhirnya kau ketagihan. Padahal aku ga bisa berenang. Entah bagaimana nasibku apabila kami jatuh ke danau yang entah berapa kedalamannya.
Lepas pukul 4 sore kami baru kembali ke Probolinggo. Akibatnya setelah magrib kami baru tiba di rumah Mei. Hikksss.... kemaleman pulang ke Sidoarjo. Apalagi cuma motoran berdua ama Tias. Udah gitu temen-temen di sana mewanti-wanti kalo di jalan itu bahaya dan banyak "begal". Hwaaaaaaaaaa.......
Mau tidak mau kami harus pulang malam itu juga. Aku buta arah jika di perjalanan malam hari. Alhasil aku hanya mengikuti petunjuk arah di pinggir jalan yang menuju arah Sidoarjo. Ingin ngebut tapi jalanan gelap sehingga si cencen kesakitan melaju di jalanan yang tidak mulus. Sekitar dua jam aku dan Tias tiba di Sidoarjo dengan selamat dan tanpa nyasar. Alhamdulillah