09 Maret 2010

Air Suci Petirtaan Jolotundo

Apakah Anda pernah mendengar petirtaan Jolotundo?


Petirtaan Jolotundo adalah pemandian yang disucikan oleh pemeluk agama Hindu, merupakan peninggalan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Airlangga. Asal-muasal nama Jolotundo diambil dari kata jolo (menjelajah) dan tundo (ditunda) yang berarti penundaan penjelajahan sungai yang ada di daerah tersebut kala itu. Air petirtaan Jolotundo diyakini masyarakat sekitar sebagai air bertuah, bahkan seseorang yang telah minum atau mandi di pancuran airnya dapat menentramkan pikiran, serta dipercaya dapat membuat awet muda. Tak heran jika pengunjung yang datang ke tempat ini pasti tidak melewatkan untuk mandi atau sekadar cuci muka, tidak lupa membawa airnya untuk dibawa pulang. Konon dahulu ketika Raja Airlangga masih muda, beliau pernah singgah ke daerah Jolotundo untuk menenangkan jiwanya, beliau mandi di sumber air tersebut dan merasa tentram jiwanya ketika selesai mandi.
Namun, menurut cerita yang lain, petirtaan Jolotundo sengaja dibangun oleh Raja Udayana pada tahun 997 M untuk menyambut momen kelahiran putrannya dari putri Gunapriya Dharmapatni, yaitu Airlangga (991 M). Berarti candi ini dibangun sebelum masa kerajaan Kediri, bahkan Kahuripan sekalipun karena pendiri kerajaan Kahuripan adalah Airlangga, dan Kediri adalah satu dari dua bagian kerajaan Kahuripan, satunya lagi adalah kerajaan Jenggala.
Candi ini berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di tengah-tengahnya, dan ternyata memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru. Dalam konsep Hindu, Gunung Mahameru dianggap sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Petirtaan ini juga dianggap melambangkan pengadukan lautan dalam cerita Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan Gunung Mahameru yang dililit oleh ular Batara Wasuki. Berdasarkan hal itu kolam Jolotundo disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau Amrta. Dan memang berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, air yang terdapat di Petirtaan Jolotundo sebenarnya merupakan salah satu air terbersih selain yang ada di Bali dan di NTB.





Secara administratif Jolotundo terletak di desa Seloliman, kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Tempat ini bisa ditempuh melalui Mojokerto, Japanan, maupun Trawas. Pengunjung bisa mendatangi lokasi baik dengan motor, mobil, maupun bus. Jika menggunakan angkutan umum sedikit susah, yaitu dengan naik ojek dari desa Tamiajeng (jarak +/- 8 km). Namun jika Anda ke sana dengan rombongan mungkin bisa carter colt jurusan Trawas. Harga tiket masuk sebesar Rp.3500,- per orang.

Baca juga Candi-candi di Gunung Penanggungan.


2 komentar:

  1. Hai Nurul, saya sering banget ke Jolotundo ini. Bukan untuk kungkum, mandi malam2, tapi sekadar menikmati udara sejuk. Mampir ke PPLH, ngobrol sama wong kampung yang punya warung dan gubuk sederhana. Kangen banget kalau lama nggak naik ke Jolotundo.

    Minggu lalu malah saya sempat beli ayam, disembelih, makan rame2 sama wong kampung di situ. Salam kenal.

    BalasHapus
  2. Salam kenal juga, Mas.
    Waaahh senangnya makan rame-rame. Saya cuma beberapa kali ke sana. Itupun karena ada teman dari Jogja dan Jakarta yang minta diantar jalan-jalan. Dulu waktu SMA saya beberapa kali juga ke PPLH. Sekarang sudah jarang :)

    BalasHapus