JPers at Penanggungan |
Kemarin saya ke Penanggungan lagi. Kali
ini dengan teman-teman baru yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Yap, saya ke
sana dengan “New JPers Jatim”. Saudara-saudara JPers Jatim yang lama sebagian
sudah hijrah karena berbagai urusan. Lalu, karena animo petualang dari seluruh
Indonesia, termasuk Jatim, terhadap Jejak Petualang Community begitu besar,
sebagian JPers Jatim yang tersisa ini berinisiatif untuk membentuk grup fb
dengan nama “JPers Jatim” dengan tujuan untuk mempersatukan JPers-JPers yang
tersebar di seuruh bumi timur Pulau Jawa ini.
Dan, pendakian ke Gunung Penanggungan
tanggal 12-13 Mei kemarin jadi semacam ajang kopdar bagi teman-teman yang baru
tergabung dalam grup, bahkan ada yang ikut kopdar dulu baru masuk ke grup.
Tidak masalah. Padahal rencananya saya hanya akan mendaki berdua dengan seorang
teman perempuan dari Surabaya, ternyata banyak yang tertarik. Jadilah hari itu
kami mendaki ber-12 dari jalur Tamiajeng.
Siluet |
Penanggungan setelah musim penghujan masih
menyisakan rumput-rumput tinggi yang menyubur, semak yang merimbun, juga tanah
yang licin. Tampaknya setelah lebih dari dua tahun saya tidak ke sana, banyak
perubahan yang terjadi. Pertama, sekarang sudah ada pos perizinan bagi pendaki
yang hendak ke sana, disediakan juga tempat untuk parker motor. Tarif izin
pendakian sebesar Rp 3.000,- dan tarif parkir motor sebesar Rp 5.000,-. Kedua,
gubuk kayu sederhana (pos perhutani) yang dulu ada di tengah gunung kini sudah
tidak ada dan berganti menjadi tanah lapang saja yang kira-kira cukup untuk
beristirahat delapan orang. Ketiga, daerah perladangan yang tadinya sampai ke pos
perhutani kini sudah mulai berkurang. Mungkin ini gerakan menghijaukan kembali
Penanggungan. Ada bagusnya juga. Meskipun begitu, ternyata keterjalan jalur
menuju puncak tak banyak berubah. Masih berbatu dan lumayan terjal.
Malam minggu kemarin, Gunung Penanggungan
bagaikan pasar. Ramai sekali. Ada yang camp di Pos Puncak Bayangan (tanah
lapang) dan masih banyak juga yang camp di puncak. Semuanya asik dengan
kesibukan masing-masing. Kami sendiri naik sekitar pukul 10 malam dan tiba di
puncak menjelang subuh. Sepanjang perjalanan yang melelahkan ini, lampu-lampu
kota di bawah sana menjadi penghibur yang berarti. Arak-arakan awan di malam itu
pun turut mempercantik warna langit dan kluster Gunung Arjuno-Welirang.
Pagi hari, meskipun sunrise tidak terlalu
sempurna, tapi tetap membiaskan kecantikan kepada puncak Gunung Penanggungan.
Yap, cantik sekali bagai di dunia antah berantah. Itulah alasan kenapa saya selalu
suka dengan Gunung Penanggungan. Puncaknya begitu jelita.
Hmm… ini sedikit curhatan saya saja,
setelah lebih dari dua tahun tak mendaki gunung, kaki saya langsung kaku ketika
di Penanggungan. Sakit semua. Belum lagi kemarin begitu banyak ulat bulu
berwarna hitam yang panjangnya bisa melebihi 10 cm. Sedikit tersiksa lahir
batin saat turun gunung karena di kanan kiri atas bawah ulat semua. Hiks. Baru
kali ini saya melihat ulat bulu begitu banyak di Gunung Penanggungan.
wah jdi pengen kesana lagi...
BalasHapusHayuuukkkk
Hapus