Brosur Pameran |
Kami
mengundang Anda untuk datang dalam acara pameran foto "Menelusuri Gunung
Suci Penanggungan" yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-3 November
2012 di Welirang Room, Ubaya Training Centre (UTC), Desa Tamiajeng, Trawas. Dalam pameran ini akan dipertunjukkan foto-foto pemandangan alam
dan puluhan situs purbakala yang ada di Gunung Penanggungan hasil penelususran
tim ekspedisi beberapa waktu yang lalu yang dipimpin oleh Bapak Hadi Sidomulyo.
Hasil
penelusuran ini juga akan dijadikan panduan Penanggungan
Archeological Trail yang diprakarsai oleh Universitas Surabaya (Ubaya)
melalui Kampus III (Ubaya Training Centre) yang ada di Desa Tamiajeng, Trawas.
Agenda
Acara (selain kunjungan untuk melihat foto yang dipamerkan):
Kamis, 1 November 2012:
Pembukaan dan pemaparan
program Penanggungan Archeological Trail.
Sharing fotografi
bersama Don Hasman serta membandingkan foto-foto situs bidikannya di tahun
1990.
Jumat, 2 November 2012:
Pengenalan program ke
para asosiasi travel agent
Sabtu, 3 November 2012:
Pers Conference dengan
wartawan dan trekking ke Candi Selokelir
Gathering lintas
komunitas atau kemping bersama setelah melihat pameran foto. Kemping akan
dilakukan di areal perkemahan Ubaya Training Centre (UTC). Harap membawa
perlengakapn dan logistic sendiri.
Minggu, 4 November 2012:
Trekking ke situs candi
terdekat.
Tim Penelusuran Situs Purbakala:
1. Hadi Sidomulyo
2. Kusworo Rahadyan
3. Nurul Hidayati (saya)
Jangan lupa datang yaa...! Terbuka untuk umum dan gratis
========================================================
PASCA PAMERAN
Kesan Saya:
Mempersiapkan ini terasa sangat melelahkan bagi saya dan suami. Memilah foto memang terlihat mudah, tapi kenyataannya tak seperti itu. Kejenuhan adalah musuh utama. Kami bisa duduk berjam-jam di depan komputer, lalu mendesain poster perblok jalur penelusuran candi (ada 4 blok), belum lagi kami harus memilih satu-satu dari ratusan foto yang ada dan mengeditnya. Yaa.. tapi selelah apapun, melakukan hal yang kami sukai terasa lebih menyenangkan. Bukankah begitu? Dan mengetahui kalau pameran kami ini sukses adalah suatu kebanggaan. Bertemu dan berinteraksi dengan berbagai orang juga tak kalah menarik. Dunia serasa lebih luas. Oh iya, banyak juga orang yang bertanya, "Nurul, kamu mahasiswa Ubaya?" Hehe.. Ya, saya memang bukan mahasiswa Ubaya, tapi Unesa. Bagi saya, tempat manapun akan jadi lebih baik selama saya bisa terus bertumbuh.
Berita acara ini muncul di beberapa media massa (setelah sebelumnya kami ajak trekking ke Candi Selokelir), antara lain: Sindo (bag I), Sindo (bag II), Antara Jatim, Radar Surabaya. Sebenarnya ada yang perlu diluruskan mengenai Candi Selokelir. Selo artinya batu, kelir artinya wayang. Maksudnya ialah saat penemuan candi ini banyak ditemukan batu-batu yang berelief wayang yang menceritakan Cerita Panji (Panji Asmorobangun) pada zaman kerajaan Kediri. Bisa jadi Kediri pramajapahit atau pada masa Majapahit. Jadi ada kemungkinan bahwa candi ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri dan digunakan sampai zaman akhir Majapahit/ 14-15 M. Sungguh merupakan suatu kenyataan yang mengagumkan.
Berikut ini adalah tulisan dari Akhmad Khuzaini:
========================================================
PASCA PAMERAN
Kesan Saya:
Mempersiapkan ini terasa sangat melelahkan bagi saya dan suami. Memilah foto memang terlihat mudah, tapi kenyataannya tak seperti itu. Kejenuhan adalah musuh utama. Kami bisa duduk berjam-jam di depan komputer, lalu mendesain poster perblok jalur penelusuran candi (ada 4 blok), belum lagi kami harus memilih satu-satu dari ratusan foto yang ada dan mengeditnya. Yaa.. tapi selelah apapun, melakukan hal yang kami sukai terasa lebih menyenangkan. Bukankah begitu? Dan mengetahui kalau pameran kami ini sukses adalah suatu kebanggaan. Bertemu dan berinteraksi dengan berbagai orang juga tak kalah menarik. Dunia serasa lebih luas. Oh iya, banyak juga orang yang bertanya, "Nurul, kamu mahasiswa Ubaya?" Hehe.. Ya, saya memang bukan mahasiswa Ubaya, tapi Unesa. Bagi saya, tempat manapun akan jadi lebih baik selama saya bisa terus bertumbuh.
Berita acara ini muncul di beberapa media massa (setelah sebelumnya kami ajak trekking ke Candi Selokelir), antara lain: Sindo (bag I), Sindo (bag II), Antara Jatim, Radar Surabaya. Sebenarnya ada yang perlu diluruskan mengenai Candi Selokelir. Selo artinya batu, kelir artinya wayang. Maksudnya ialah saat penemuan candi ini banyak ditemukan batu-batu yang berelief wayang yang menceritakan Cerita Panji (Panji Asmorobangun) pada zaman kerajaan Kediri. Bisa jadi Kediri pramajapahit atau pada masa Majapahit. Jadi ada kemungkinan bahwa candi ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri dan digunakan sampai zaman akhir Majapahit/ 14-15 M. Sungguh merupakan suatu kenyataan yang mengagumkan.
Berikut ini adalah tulisan dari Akhmad Khuzaini:
Berdasarkan
hasil penelitian Para Arkeolog tampaklah pada kita betapa pentingya
peninggalan-peninggalan di daerah Penanggungan. Daerah ini sangat disucikan
oleh masyarakat di pulau Jawa. Mereka beranggapan bahwa tempat ini merupakan
tempat tinggal para dewa dan leluhurnya, yang ternyata banyak menyimpan warisan
budaya yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu kita semua harus mengakui
kebesaran dan kebudayaan bangsa kita yang sudah mencapai taraf yang tinggi pada
abad ke 15.
Daerah
Penanggungan yang dipandang sebagai simbol kehidupan kosmis bangsa Indonesia,
ternyata sangat menyimpan bahan-bahan ilmu pengetahuan yang tak ternailai
terhadap kemajuan ilmu kepurbakalaan di Indonesia. Punden-punden, candi-candi
dan pertapaan-pertapaan, semuanya sebagai informasi kehidupan spirituil bangsa
Indonesia pada masa-masa sejarah bangsa Indonesia pada sekitar abad 14 dan 15.
Oleh karena itu pantaslah kita untuk mengenang dan mempelajari kembali, kalau
kita semua menghendaki kehidupan yang tidak statis.
Kedatangan
agama Hindu dan Buddha, semuanya itu justru lebih memberi corak dan landasan
yang lebih jelas terhadap kebudayaan kita. Punden berundak dari zaman
prasejarah, mempunyai fungsi sebagai tempat meletakkan sesaji untuk persembahan
nenek moyang, sudah merupakan bangunan yang megah dan indah. Relief-relief
dengan ceritera kepahlawanan yang melukiskan ceritera Mahabarata dan Ramayana
tampak sudah menghiasi dinding-dinding candi, punden dan bangunan lainnya yang
telah disesuaikan / menggambarkan keadaan masyarakat kita pada waktu itu.
Altar-altar dalam kebudayana Hindu yang disebut padmasana, dengan bentuk batu
bersusun sederhana, telah dibentuk kembali dalam gaya yang lebih artistik. Ada
kemungkinan punden-punden yang terdapat di Penanggungan, pada masa belakangan
berkembang pula, sehingga dapat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Bali.
Sebagai contoh bisa disebutkan Pura Besakih. Sedang pecahan gerabah buatan
lokal ataupun import merupakan suatu bukti bahwa nenek moyang kita pada masa
purba sudah hidup berkelompok sehingga merupakan suatu masyarakat yang teratur.
Dan alat-alat itu ada kemungkinan dipergunakan untuk upacara-upacara keagamaan.
Tempayan, pecahan gendi dan juga pecahan guci, memberi kesan kepada kita
sebagai tempat air suci, yang selalu berfungsi dalam setiap upacara keagamaan.
Umpak-umpak mengingatkan kita adanya suatu bangunan kuno yang berwujud pendapa
untuk tempat upacara agama, musyawarah ataupun sebagai penginapan terhadap
pesiarah-pesiarah, yang berpangkal pada kepentingan agama waktu itu.
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, sampailah kita pada suatu kesimpulan mengenai hasil
survai yang telah kami lakukan. Bertitik tolak kepada fungsi dan arti dari
peninggalan-peninggalan daerah Penanggungan dapatlah kami sarankan hal-hal
sebagai tersebut di bawah: (1). Pentingnya diadakan penelitian-penelitian
lanjutan terhadap site-site yang terdapat di daerah Gunung Penanggungan, agar
kita dapat lebih mengetahui latar belakang kehidupan masyarakat masa itu. Dan
bila perlu mengadakan suatu ekskavasi. (2). Perlu diadakan restorasi bagi
bangunan-bangunan yang mendekati keruntuhannya, agar kita tidak kehilangan
jejak terhadap warisan budaya nenek moyang kita. (3). Mengadakan cagar budaya
terhadap sisa-sisa bangunan di lereng Gunung Penanggungan. (4). Reboisasi yang
dimaksud untuk mengurangi bahaya longsor (erosi), perlu adanya suatu peninjauan
kembali, karena akar-akar pohon kalendra banyak menembus ke bangunan-bangunan
kunonya, sehingga mempercepat proses keruntuhan. Disarankan agar kerja sama
dengan Jawatan Kehutanan setempat diadakan.