Bangau di Kedamaian Hutan |
Akhirnya
mood untuk menulis cerita perjalanan ke Kalbar datang lagi. Langsung saja, kalau
beberapa hari sebelumnya saya agak takut karena harus naik boat di Sungai
Kapuas yang lebar dan dalam, kini saya merasa sedikit nyaman ketika naik boat
di Sungai Embaloh di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Sungainya tidak
selebar dan sedalam Kapuas. Riaknya tak seseram Sungai Kapuas. Airnya pun tampak
jauh lebih jernih, bahkan seakan kehijauan karena efek batuan dan lumut di
dasar sungai.
Asiknya Berenang |
Saya mulai
perjalanan ke hulu dari Desa Sadap. Lama perjalanan kira-kira satu jam dengan
jeram ringan. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan batu-batu besar,
hutan lebat di kiri dan kanan sungai, rombongan ikan-ikan kecil yang berenang
dan melompat-lompat di pinggir sungai, bahkan pemandangan sepasang biawak yang
sedang kawin.
Di suatu
tempat (entah apa namanya) kami berhenti. Anggap saja tempat peristirahatan
(tempat nenda) terakhir sebelum besoknya kami trekking melihat orang utan. Yap, kami mau melihat orang utan.
Tempatnya masih ke hulu lagi, tapi di seberang sungai. Karena lembab dan
hutannya lebat, pacet ada di mana-mana. Duh, sakitnya ketika seekor pacet
nemplok di paha kanan saya sejak memulai trekking.
Awalnya saya nggak “ngeh” kalau rasa
sakit itu akibat gigitan pacet. Ampuunn! Sayangnya meskipun kami trekking sampai berdarah-darah (lebayy)
tak seekorpun orang utan terlihat. Pos pemantauannya saja sudah hampir roboh. Tak
apalah, yang terpenting orang utan bisa hidup bebas di lebatnya hutan sana.
Kerumun Kupu-kupu |
Tidak perlu
kecewa! Masih banyak pesona lain di Sungai Embaloh TNBK ini. Di pagi dan sore
hari saya berenang dengan senangnya di pinggir sungai. Saya suka sekali ketika
kaki saya dikerumuni ikan-ikan kecil dan digigiti. Nggak perlu mahal-mahal terapi ikan di kota kan? Hehe.. Menu makan
kami juga ikan lho. Guide kami susah
payah menangkap ikan di sana. Sebenarnya ikannya banyak, hanya saja kami
terkendala alat karena memang tidak ada rencana untuk memancing. Lalu kami juga
sempat trekking ke air terjun
menyusuri cabangan sungai kecil. Pertama-tama dangkal, tapi semakin disusuri
airnya bisa setinggi leher. Tapi airnya jerniiihhhhhh banget nget nget dan di
dasarnya berserakan batu-batu kecil yang berwarna-warni. Foto? Jangan tanya
foto ya! Waktu itu saya benar-benar tidak siap dengan kondisi di mana-mana ada air.
Saya belum punya underwater casing camera.
Jadi terpaksa kamera harus masuk di tas dan dibungkus plastik.
Rangkong nun jauh di atas |
Yang asik
lagi, yaitu body rafting. Kami dibawa
ke hulu dengan boat. Otomatis semakin ke hulu sungainya semakin dangkal dan
berbatu. Kami disuruh memakai pelampung agar bisa mengambang dan terbawa arus.
Jujur saya takut. Rekan saya, Mas Gigih, dan guide saya sudah turun duluan.
Saya merasa dibayangi imajinasi buruk ala film-film anaconda dan sejenisnya.
Dan lagi saat itu gerimis tiba-tiba turun. Duh, makin mencekam! Mereka merayu,
mengatakan kalau ini aman, nggak ada ular atau buaya yang menggigit, juga
motoris boat yang siap siaga. Saya masih takut. Tapiii, saya sangat iri dengan
mereka. Tampaknya nikmat sekali. Ah, masak sih saya sudah jauh-jauh datang ke
sini dari Pulau Jawa tapi tidak berani nyebur.
Dan akhirnya, ketakutan itu terkalahkan oleh keinginan saya agar bisa merasakan
body rafting selama setengah jam di
sungai jernih tengah hutan di ujung utara Kalimantan Barat. Senangnyaaa!!
Bebatuan dan Ikan Kecil |
Hmm..
Mungkin suatu hari nanti akan semakin banyak orang yang rindu tempat-tempat
seperti ini, tempat yang tenang, damai, dan membuat kita melupakan masalah yang
ada di kota. Inilah sebagian kekayaan Taman Nasional Betung Kerihun. Ah
seandainya saya bisa lebih blusukan
ke dalamnya, pasti menyenangkan. Semoga kekayaan alam ini tetap terjaga
kealamian dan kelestariannya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar