13 Oktober 2012

Sungai Embaloh, Aku Padamu


Bangau di Kedamaian Hutan

Akhirnya mood untuk menulis cerita perjalanan ke Kalbar datang lagi. Langsung saja, kalau beberapa hari sebelumnya saya agak takut karena harus naik boat di Sungai Kapuas yang lebar dan dalam, kini saya merasa sedikit nyaman ketika naik boat di Sungai Embaloh di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun. Sungainya tidak selebar dan sedalam Kapuas. Riaknya tak seseram Sungai Kapuas. Airnya pun tampak jauh lebih jernih, bahkan seakan kehijauan karena efek batuan dan lumut di dasar sungai.
Asiknya Berenang
Saya mulai perjalanan ke hulu dari Desa Sadap. Lama perjalanan kira-kira satu jam dengan jeram ringan. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan batu-batu besar, hutan lebat di kiri dan kanan sungai, rombongan ikan-ikan kecil yang berenang dan melompat-lompat di pinggir sungai, bahkan pemandangan sepasang biawak yang sedang kawin.
Di suatu tempat (entah apa namanya) kami berhenti. Anggap saja tempat peristirahatan (tempat nenda) terakhir sebelum besoknya kami trekking melihat orang utan. Yap, kami mau melihat orang utan. Tempatnya masih ke hulu lagi, tapi di seberang sungai. Karena lembab dan hutannya lebat, pacet ada di mana-mana. Duh, sakitnya ketika seekor pacet nemplok di paha kanan saya sejak memulai trekking. Awalnya saya nggak “ngeh” kalau rasa sakit itu akibat gigitan pacet. Ampuunn! Sayangnya meskipun kami trekking sampai berdarah-darah (lebayy) tak seekorpun orang utan terlihat. Pos pemantauannya saja sudah hampir roboh. Tak apalah, yang terpenting orang utan bisa hidup bebas di lebatnya hutan sana.
Kerumun Kupu-kupu
Tidak perlu kecewa! Masih banyak pesona lain di Sungai Embaloh TNBK ini. Di pagi dan sore hari saya berenang dengan senangnya di pinggir sungai. Saya suka sekali ketika kaki saya dikerumuni ikan-ikan kecil dan digigiti. Nggak perlu mahal-mahal terapi ikan di kota kan? Hehe.. Menu makan kami juga ikan lho. Guide kami susah payah menangkap ikan di sana. Sebenarnya ikannya banyak, hanya saja kami terkendala alat karena memang tidak ada rencana untuk memancing. Lalu kami juga sempat trekking ke air terjun menyusuri cabangan sungai kecil. Pertama-tama dangkal, tapi semakin disusuri airnya bisa setinggi leher. Tapi airnya jerniiihhhhhh banget nget nget dan di dasarnya berserakan batu-batu kecil yang berwarna-warni. Foto? Jangan tanya foto ya! Waktu itu saya benar-benar tidak siap dengan kondisi di mana-mana ada air. Saya belum punya underwater casing camera. Jadi terpaksa kamera harus masuk di tas dan dibungkus plastik.
Rangkong nun jauh di atas
Yang asik lagi, yaitu body rafting. Kami dibawa ke hulu dengan boat. Otomatis semakin ke hulu sungainya semakin dangkal dan berbatu. Kami disuruh memakai pelampung agar bisa mengambang dan terbawa arus. Jujur saya takut. Rekan saya, Mas Gigih, dan guide saya sudah turun duluan. Saya merasa dibayangi imajinasi buruk ala film-film anaconda dan sejenisnya. Dan lagi saat itu gerimis tiba-tiba turun. Duh, makin mencekam! Mereka merayu, mengatakan kalau ini aman, nggak ada ular atau buaya yang menggigit, juga motoris boat yang siap siaga. Saya masih takut. Tapiii, saya sangat iri dengan mereka. Tampaknya nikmat sekali. Ah, masak sih saya sudah jauh-jauh datang ke sini dari Pulau Jawa tapi tidak berani nyebur. Dan akhirnya, ketakutan itu terkalahkan oleh keinginan saya agar bisa merasakan body rafting selama setengah jam di sungai jernih tengah hutan di ujung utara Kalimantan Barat. Senangnyaaa!!
Bebatuan dan Ikan Kecil
Dua malam saya di sana. Malam pertama saya ngotot untuk tidur di bebatuan pinggir sungai bersama kawan dan guide. Sebenarnya mereka melarang karena khawatir bila di hulu sana turun hujan lalu air meluap sampai ke tempat kami, tapi saya ngotot. Padahal tahu nggak sih, punggung rasanya sakit sekali tidur di atas batu-batu yang tidak rata. Malam kedua, saya dan teman-teman akhirnya tidur di tenda yang letaknya kira-kira 50 meter dari sungai, agak naik ke ketinggian, dan pastinya bawahnya itu tanah, bukan batu, jadi empuk deh.
Hmm.. Mungkin suatu hari nanti akan semakin banyak orang yang rindu tempat-tempat seperti ini, tempat yang tenang, damai, dan membuat kita melupakan masalah yang ada di kota. Inilah sebagian kekayaan Taman Nasional Betung Kerihun. Ah seandainya saya bisa lebih blusukan ke dalamnya, pasti menyenangkan. Semoga kekayaan alam ini tetap terjaga kealamian dan kelestariannya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar