“Tuhan hanya menciptakan
vagina, Dia tidak menciptakan “jendela” di perut seorang perempuan.”-Robin Lim,
Bidan, CNN Hero 2011.
Empat bulan ini rasanya luar biasa. Saya mual, pusing, ngantuk berlebih, nyeri punggung, sering pipis, dan sebagainya yang menandakan bahwa dia, janin yang ada di rahim saya, ada dan terus bertumbuh. Bulan pertama kehamilan saya masih belum menyadari kehadirannya. Bulan kedua saya masih suka traveling meskipun mulai sedikit mual. Bulan ketiga mual saya menjadi-jadi, sempat hampir pingsan dua kali saat memasak (kemungkinan karena kurang darah), juga pernah merasakan sakit pinggang berat sampai-sampai saya tidak kuat jongkok bahkan tidak bisa menekukkan kaki selama sehari. Memasuki bulan keempat mual berangsur-angsur hilang, nafsu makan saya banyak, perut saya njendul, dan perlahan saya sudah bisa merasakan gerakannya seperti angin yang meletup-letup di dalam perut. Duh, indahnyaa… Subhanallah….
Beruntunglah saya di kehamilan pertama ini secara
tidak sengaja saya nyasar di web Bidan Kita dan mengikuti fan pages nya di fb. Artikel-artikel di web ini sangat menarik,
edukatif, dan memberikan pemberdayaan diri kepada pembaca yang mau belajar
serta membuka diri. Artikel ini sebagian besar ditulis sendiri oleh bidannya
yang bernama Yesie Aprilia dengan mencantumkan sumber-sumber yang dapat
dipercaya. Dalam artikel-artikel tersebut bidan Yesie tidak sekadar menulis
artikel untuk dibaca, tapi sungguh tulisannya bisa memberikan kepercayaan diri
yang kuat kepada ibu hamil agar mempercayai bayi dan tubuhnya, bahwa hamil dan
melahirkan adalah proses alamiah yang sakral dan minim intervensi medis (yang
sesungguhnya melakukan bussines being born). Fokus bidan ini adalah pada
prinsip gentle birth.
“Gentle
birth merupakan prinsip yang mendasari
proses kehamilan dan persalinan yang ramah
jiwa dan minim trauma. Ia ingin mengembalikan manusia pada “fitrah”-nya,
dengan kepercayaan bahwa setiap perempuan memiliki kemampuan untuk
menjalani proses kehamilan dan persalinan dengan aman dan nyaman, serta
menjadikan momen-momen tersebut sebagai sarana transformasi ke
tingkat spiritual yang lebih tinggi; asalkan, potensi yang sudah ada di
dalam dirinya diberdayakan. Jadi, esensinya bukan sekadar metode untuk
menghindari rasa sakit, apalagi untuk gaya-gayaan.” (Dyah
Pratitasari, dicopas dari grup GBUS).
Oh
iya, GBUS adalah grup Gentle Birth Untuk Semua. Isinya orang-orang yang mau
belajar dan memberdayakan diri. Saya sih baru beberapa hari gabung dengan grup
tersebut karena sudah cukup lama join
request saya tidak juga diapprove sebelum akhirnya saya minta diapprove
sama bu Yesie.
Di
grup GBUS dan web Bidan Kita saya banyak membaca artikel menarik, juga cerita
pengalaman bunda-bunda yang melahirkan dengan nyaman setelah belajar gentle
birth. Saya jadi tau apa itu gentle birth, hypnobirthing, manfaat penundaan
pemotongan tali pusat, afirmasi positif, yoga prenatal, terapi perineum agar
tidak robek saat melahirkan, melahirkan tanpa mengejan, water birth, diary
kehamilan, dsb, yang menurut saya itu sangat membantu saya menjalani kehamilan
ini. Jujur saja, dulu saya takut membayangkan sebuah proses melahirkan. Banyak
cerita menyeramkan, teriak-teriak, terlalu banyak intervensi medis,
ditakut-takuti dokter, dsb. Tapi sekarang saya lebih tenang dan saya akan
mempersiapkan segalanya dengan lebih bijak. Insya Allah.
Yuk
yuk pembaca yang budiman, kalau Anda adalah ibu hamil coba kunjungilah web
Bidan Kita. Kalau teman Anda yang hamil makan share web Bidan Kita ke teman
Anda tersebut. Kalau Anda calon ayah, coba baca dan pelajari bersama istri artikel-artikel
tersebut. Harapan saya hanyalah agar setiap wanita bisa mengalami pengalaman
melahirkan yang menakjubkan, minim trauma, dan bisa mensugesti orang lain untuk
mau belajar juga. Itu juga yang saya idam-idamkan. Saya ingin anak saya lahir
minim trauma, saya ingin bisa gentle birth, sehingga saya punya pengalaman
menakjubkan untuk saya ceritakan kepada anak saya bahwa saya berusaha
mempersembahkan yang terbaik untuknya.
Usia
kehamilan saya saat ini sudah 19 minggu. Alhamdulillah. Saya mohon doa dari
pembaca yang budiman untuk anak saya agar ia selalu sehat. Juga agar keinginan untuk gentle birth melalui persalinan normal bisa terlaksana Aamiin. Salam.
==========================================================
Berikut ini penjelasan mengenai gentle birth yang saya copas juga dari grup GBUS :)
Kalau sudah, baru kita bicara ttg pihak luar.
Survey provider yang mendukung prinsip gentle birth, seperti: percaya bahwa
persalinan normal harus diutamakan terlebih dahulu, terbuka berdiskusi, memberi
masukan2 yang objektif-tidak mengintimidasi dan rasional (artinya, kalau A ya
bilang A, B ya bilang B), menyampaikan informed consent sebelum memberikan
tindakan, menerapkan rawat gabung, IMD, serta mendukung asi ekslusif. Buat
birth plan sbg antisipasi utk menghadapi bbrp situasi. Pikirkan hingga situasi
yg terburuk, spy nanti tidak "kaget/gagap" jika itu benar terjadi.
==========================================================
Berikut ini penjelasan mengenai gentle birth yang saya copas juga dari grup GBUS :)
Sesuai
asal namanya (gentle=lembut, birth=persalinan), konsep GB adalah
mempersembahkan persalinan yg lembut yang lebih minim trauma fisik maupun
psikhis baik bagi ibu maupun bayinya.
Syaratnya
apa? Di GBUS, kami menggunakan definisi menurut Dr Hariyasa Sanjaya, SpOG (dlm
Nirmala, Desember 2010) yaitu:
1. Persalinan dipandang sebagai peristiwa yg harus
dihormati. Bukan sekadar peristiwa mengeluarkan bayi.
2. Ada peran aktif ibu dan suami. sama seperti
pernikahan, kehamilan dan persalinan merupakan fase kehidupan yang memberi
kesempatan pada kita untuk bertransformasi. Untuk "tumbuh", belajar,
berkembang, dan berubah ke arah yg lebih baik.
3. Nyeri persalinan dipandang sebagai hal yang
alamiah, karena pada dasarnya nyeri tsb hadir sebagai mekanisme tubuh untuk
membantu mengeluarkan bayi. Jadi yang diperlukan bukan sewenang2 menghilangkan
nyeri, namun pemahaman dan keterampilan utk mengelola rasa nyeri tsb sehingga
tidak menjadi sesuatu yg menyakitkan dan ditakuti.
Lalu, bagaimana supaya konsep gentle birth tsb tercapai? Sebagai
ibu, tugas kita ya memberdayakan seluruh potensi yang kita miliki:
1. Belajar, cari tahu apa yang terjadi pd tubuh
kita saat hamil dan melahirkan. Cari tahu nutrisi apa saja yg harus dipenuhi,
apa saja yg sebaiknya dilakukan oleh ibu yg sdg hamil, dst, dst. Pengetahuan
ini jadi bekal buat kita.
2. Sudah dapat ilmunya, praktikkan dong... Penuhi
pola makan sehat seimbang, ubah gaya hidup biar aspek fisik mental spiritual
kita lebih selaras. Sudah belajar hypnobirthing, punya CD relaksasi, sudah
download DVD senam hamil dr youtube? Ya latihan... Jangan cuma dijadikan hiasan
buku/CD/DVDnya. Nggak belajar hypnobirthing, nggak tertarik dgn sst berbau
relaksasi etc karena punya metode lain yg tujuannya sama? Ya sama.. Praktikkan
juga..
3. Introspeksi lagi. Secara internal sudah maksimal
belum ikhtiarnya? ;)
Kalau sudah, baru kita bicara ttg pihak luar.
Survey provider yang mendukung prinsip gentle birth, seperti: percaya bahwa
persalinan normal harus diutamakan terlebih dahulu, terbuka berdiskusi, memberi
masukan2 yang objektif-tidak mengintimidasi dan rasional (artinya, kalau A ya
bilang A, B ya bilang B), menyampaikan informed consent sebelum memberikan
tindakan, menerapkan rawat gabung, IMD, serta mendukung asi ekslusif. Buat
birth plan sbg antisipasi utk menghadapi bbrp situasi. Pikirkan hingga situasi
yg terburuk, spy nanti tidak "kaget/gagap" jika itu benar terjadi.
4. Ikhtiar maksimal sudah, mencari provider sudah..
Sekarang tugas kita.. PASRAH TOTAL. Percaya bahwa Tuhan akan memberi kita
persalinan yang bentuknya ideal sesuai dengan kondisi kita masing-masing. Makin
mendekati hari H, makin pasrah dan tawakal. Dekatkan diri pada Tuhan supaya lbh
mudah membaca petunjukNya. "Dengarkan" isyarat tubuh dan bayi.
Sebagai ibu, kita biasanya punya intuisi/feeling. Bicarakan dgn tim sukses
kita, yaitu suami dan nakes.
5. Apapun yang terjadi nanti, syukuri. Jika ada yg
kurang sesuai dgn harapan, jadikan sbg pelajaran (pasti ada hikmahnya kok), dan
"bayar hutang" tsb dengan menjalani fase-fase selanjutnya sbg
orangtua sebaik mungkin. istilah gentle birth itu "cuma" label. Dan
bukan pula untuk gaya-gayaan atau sekadar memuaskan ego untuk memperoleh "tepuk
tangan" dari pihak luar.