10 Februari 2013

Menikmati Sejuta Pantai di Gunung Kidul


Pantai Ngobaran
Saya mau cerita sedikit ah tentang hari kedua jalan-jalan di beberapa pantai di Gunung Kidul setelah hari sebelumnya cave tubing di Goa Pindul dan kemping ceria di Pantai Pok Tunggal.

Pantai Indrayanti
Pada hari kedua perjalanan kami ke Gunung Kidul diawali dengan mengunjungi Pantai Indrayanti. Karena bertepatan dengan hari libur, saat kami tiba di sana sekitar pukul 7.30-an, pantai tersebut sudah sangat ramai orang. Bus, mobil, dan motor sangat banyak. Tempat parkir rasanya sempit dan penuh hingga mau parkir saja susah, bahkan sempat nyerempet-nyerempet. Uuhh..
Nyari ikan kecil
Pantai bukanlah tujuan utama kami ke sini karena lokasi Pantai Indrayanti berdekatan dengan Pantai Pok Tunggal. Bisa dipastikan bentuk dan tipenya sama. Tujuan utama kami ialah mencari sarapan. Kami makan di sebuah tempat makan sederhana. Pertama suami saya bertanya ke penjualnya, “Ayamnya berapa (harganya), Bu?” sambil menunjuk ke dalam etalase yang saat itu masih berisi ayam goreng, tuna goreng, tempe, lalapan, dan sambal. Si Ibu penjual menjawab kalau harga ayam dan potongan ikan masing-masing sepuluh ribu. Pertama saya mikir, kok mahal ya ayam kecil gitu, tapi saya tepis lagi, ah maklum tempat wisata. Lalu masing-masing dari kami pun mulai mengambil nasi, sayur, dan lauknya. Rata-rata kami mengambil menu yang sama, yaitu nasi putih, sayur daun pepaya, ikan tuna goreng, tempe, kerupuk, dan sambal, trus minumnya es teh manis. Semuanya lahap. Makanannya sumpah UUEEENAAKKK! Sayur daun pepayanya enak, ikan tuna juga gurih, sambalnya mantab. Masalah harga sudah hilang dari pikiran. Yang penting makan aja. Bahkan suami saya nambah sedikit nasi dan daun pepaya.
Tim Perjalanan
Terakhir pas bayar, kami bertujuh terperangah. Bayangan kami, kami akan membayar sekitar 150.000 rupiah dengan taksiran perorangnya habis 20.000 untuk makan dan minum. Ternyata, uang yang kami bayar hanya sekitar 100.000 (saya lupa tepatnya), dengan perhitungan setiap orang hanya cukup membayar kurang dari 15.000. Benar-benar murah untuk sarapan senikmat ini di Pantai Indrayanti. Jadi, kalau ke Pantai Indrayanti jangan hanya makan di kafe Indrayanti yang mahal, cobalah ke warung-warung lain yang bisa jadi menyajikan makanan dengan cita rasa yang sangat nikmat. Oh ya, selain itu di sini kita bisa membeli oleh-oleh keripik rumput laut dan belalang goreng. Rumput laut yang dijadikan keripik adalah yang banyak tumbuh di pinggir-pinggir pantai yang hidup di sepanjang pantai ini dan di Pantai Pok Tunggal. Rasanya lumayan. Sedangkan untuk belalang goreng saya tidak berani mencobanya. Terlalu aneh.
Pantai Sejuta Umat
Untuk pemandangan di pantainya kurang lebih sama, atau sedikit lebih bagus karena ada karang-karang besar yang asik untuk tempat berfoto. Hanya saja di sini terlalu ramai sehingga saya kurang bisa menikmatinya. Tapi seru aja bisa melihat anak-anak kecil balapan berburu ikan.

Pantai Krakal
Banyak pantai di sepanjang Gunung Kidul ini dan letaknya berdekatan. Kami sampai bingung harus menuju ke mana. Niatnya setelah dari Pantai Indrayanti kami hendak ke Pantai Baron, tapi begitu tiba di sana parkirannya juga rame. Akhirnya kami putar balik, melihat papan penunjuk arah, dan mobil pun diarahkan ke Pantai Krakal.
Tiket masuknya murah. Tapi, ya di sana kami nggak ngapa-ngapain. Mobil diparkir di bawah pohon dan kami semua cuma duduk-duduk di sana. Pemandangannya biasa. Panas pula. Hehe..



Pantai Sepanjang
Nasib kami di pantai ini seperti ikan pindang yang lagi dijemur. Puanaaasss! Mungkin karena sudah hampir tengah hari. Padahal pantai lebih enak dinikmati saat pagi-pagi sekali atau sore hari. Pantainya sebenarnya tidak terlalu panjang. Hanya saja karena di sana sepi, tidak ada payung-payung berjajar di pasir pantai, jadilah pantai ini tampak panjang sekali. Akhirnya di sini kami cuma ke warung lesehan untuk menikmati jus jeruk yang segar.


Pantai Ngobaran
Beruntungnya kami bisa datang ke sini. Tadinya teman-teman sudah niat pulang lewat wonosari biar bisa ke Bukit Bintang. Lalu saya nyeletuk, “Ga ke pantai Ngobaran ta? Katanya sih bagus, ada candi-candinya”. Lalu suami pun menyuruh saya mengeluarkan peta yang sudah saya copy ke hp. Mas Gatot sang sopir tadinya nggak setuju karena lokasinya jauh sekali di barat. Tapi setelah melihat peta dan berdiskusi dengan suami, eh dia setuju juga dengan alasan karena belum pernah ke sana dan untuk pulangnya nggak perlu kembali ke Wonosari, cukup lewat Imogiri. Setelah dilakoni ternyata tempatnya memang jauh “nyempal” dari pantai-pantai yang lain. Jalannya sempit dan naik turun. Penantian kami lama sekali.


Mungkin karena panas kami jadi kurang nyaman ketika di sana. Tapi begitu melihat pemandangannya yang aduhai, wah hilang sudah kekecewaan yang sedari tadi mengikuti kami. Tebing dan batu-batu karang yang kokoh, laut yang hijau-biru, pura-pura dan candi budhis yang terkesan gimana gitu. Jadi saat tiba di sana posisi kami adalah di ketinggian. Untuk ke pantainya kita harus turun tebing melewati tangga buatan yang aman untuk dilewati. Namun karena saya sedang hamil, suami saya tidak mengizinkan saya untuk turun ke bawah, cukup berfoto di atas. Hehe..

Untuk tempat makan, MCK, dan musala semua sudah ada juga di sini. Meskipun ramai, Pantai ngobaran masih asik dinikmati. Toh ramainya nggak seperti di Pantai Indrayanti. Dan, Ngobaran menjadi pantai terakhir yang kami kunjungi di Gunung Kidul.
Selanjutnya kami kembali ke Jogja, main-main sebentar dan belanja, dilanjutkan dengan pulang ke Surabaya. Terima kasih kepada semua teman seperjalananku, Mas Arief suami yang perhatian, Mas Gatot driver yang oke, mba Agnes navigator yang rela begadang, Mba Heni, Mba Ida, dan pacaranya Mba Ida yang rela ngalah tempat duduk demi aku. Makasih ya semua.

4 komentar:

  1. pertama kali aku ke pantai2 di gunung kidul itu sekitar tahun 1998, jaman masih sma... waktu itu diajak ama kakakku yg tinggal di sleman ke pantai baron, drini, krakal, ama kukup.
    pantai2 itu masih sepiiii banget, masih jarang pengunjung yg dtg ke sana. tp suasananya jauuuh lebih enak.
    tahun 2012 kemaren ke sana lagi, wes ruaaaaaaamee... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampuunn 98 kan aku masih umur 9 tahun, mainnya ke kali dekat rumah. mba Dian malah wes kemana-mana.. hihi..
      iya mba sekarang ruamee... sepinya kalo malem thok :D

      Hapus
  2. wahhhh kereennnnnnnnn jadi kangenn ke jogja lagi........

    BalasHapus