Tampilkan postingan dengan label Belajar Beropini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar Beropini. Tampilkan semua postingan

07 Januari 2013

Lima Hal yang Perlu Disiapkan untuk Mendaki Gunung


Meskipun agak terlambat saya mau mengucapkan, “Selamat tahun baru 2013, semoga di tahun ini kita bisa menjadi manusia yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Aamiin”.
Saya sedih sekali ketika membaca, melihat, dan mendengar berita pendaki hilang atau meninggal di gunung akhir-akhir ini, tepatnya saat liburan akhir tahun kemarin. Duh, bagi orang awam kesannya kegiatan pendakian jadi menyeramkan begini ya, padahal sebenarnya kegiatan di alam bebas bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan asal dilakukan dengan aman.
Mendaki Gunung
Memang saat ini tren pendakian gunung dan kegiatan alam bebas lainnya meningkat drastis. Hampir setiap stasiun televisi pasti punya program acara jalan-jalan atau petualangan. Bagus! Setidaknya itu untuk mendongkrak pariwisata Indonesia dan menumbuhkan rasa nasionalisme. Bicara soal nasionalisme, kemarin baru saja tayang film 5 Cm di bioskop yang bercerita tentang persahabatan dan nasionalisme yang ditumbuhkan melalui kecintaan terhadap Indonesia. Hasilnya, film 5 Cm ini mendongkrak jumlah pendakian ke Gunung Semeru (atau mungkin gunung lainnya) juga membuat mereka yang belum pernah mendaki jadi ingin mendaki, khususnya ke Gunung Semeru.
Berikut saya mau berbagi tips persiapan mendaki gunung. Mungkin ini tips ala kadarnya dan merupakan versi saya karena saya juga awam dalam hal ini. Orang-orang yang tergabung di organisasi pecinta alam atau yang jam terbangnya sudah tinggi mungkin jauh lebih paham dan banyak ilmunya. Jadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak mendaki gunung, apalagi jika Anda adalah pemula yang baru pertama kali mendaki gunung (karena racun film 5 Cm).
1.    Ilmu Pengetahuan
Ada banyak hal yang perlu kita pelajari ketika akan mendaki, misalnya manajemen perjalanan. Manajemen perjalanan biasanya berisi tentang rencana perjalanan kita berdasarkan objek yang akan kita kunjungi. Untuk itu kita harus kenal dulu dengan objeknya dan tahu info terbaru. Dengan manajemen itu kita akan bisa mengira-ngira peralatan apa yang akan kita bawa, makanan apa, seberapa banyak, bagaimana memanjemennya, butuh guide atau porter nggak, dsb. Ada baiknya manajemen perjalanan dibuat dengan rinci.
Selain itu teknik-teknik berjalan sedikit banyak juga perlu diketahui. Waktu itu saya mendaki ke Gunung Gede via Cibodas, dan di depan saya ada dua orang dengan teknik berjalan yang berbeda. Satu orang melangkah pendek dan kontinyu, tidak terburu-buru, ketika saya mengikutinya pun enak. Nafas saya jadi lebih teratur. Satunya lagi meskipun kuat juga tapi ritme jalannya terlalu cepat dan langkahnya lebar, tidak sesuai dengan langkah normalnya, akibatnya nafas dia tersengal-sengal. Waktu saya mengantarkan beberapa wartawan trekking singkat pun begitu, karena ketidaktahuan akhirnya mereka memaksa tubuh untuk segera sampai ke tempat tujuan dengan berlari, akibatnya ada yang muntah dan hampir pingsan. Nah, hal ini perlu untuk diketahui dan dilatih agar kita bisa menikmati perjalanan.
Hal lain yang musti dipelajari yakni mengenai penyakit yang sering menyerang ketika kita di gunung (mountain sickness), lalu perlu juga bagi kita untuk belajar mengenai peralatan pendakian, tanda-tanda alam, perlindungan diri, survival, teknik packing, dsb. Kalau kita tidak tergabung ke dalam OPA, tentu kita harus berdayakan diri dengan membaca. Coba tanya ke mbah gugel. Hihi..

2.    Objek Perjalanan
Yang saya maksud objek perjalanan di sini ialah gunung yang akan kita daki. Hal-hal yang perlu kita ketahui yakni mengenai perizinan, kondisi terbaru (keamanan, cuaca, suhu), informasi jalur dan medan terbaru, serta potensi bahaya. Lagi-lagi kita bisa bertanya kepada mbah gugel, orang yang berpengalaman, boleh juga telpon langsung ke pengelola wisatanya. Informasi cuaca dan suhu perlu kita ketahui agar kita bisa mempersiapkan diri. Dan kondisi keamanan juga penting, sedang rawan longsorkah, gas beracun, musim badai, dsb. Pokoknya informasi yang diupdate harus yang terbaru, jangan yang expired. Hehe..

3.    Perlengkapan dan Peralatan
Sebenarnya bagian ini masuk ke dalam manajemen perjalanan, tapi saya pisahkan agar lebih jelas karena biasanya ada orang-orang yang menyepelekan barang-barang tertentu dengan alasan berat membawanya.
Peralatan Kelompok
Yang termasuk peralatan kelompok ialah tenda dan peralatan memasak (kompor, gas, trangia/nesting). Hitung berapa jumlah orang dan berapa kebutuhan akan peralatan kelompok tersebut. Jangan sampai ada yang nekat tidak membawa tenda atau dengan cerobohnya enggan membawa peralatan masak. Ya, tapi kalau Anda mau membawa tenda sendiri (kalau dirasa kuat) itu lebih bagus, banyak kok tenda UL yang berkapasitas satu atau dua orang dan itu lebih ringan. Oh iya satu lagi yakni matras. Ini bisa dimasukkan dalam keperluan kelompok bisa juga pribadi, bergantung kebutuhan. Sekarang matras sudah macam-macam jenisnya.

Peralatan Pribadi
Yang termasuk peralatan pribadi antara lain:
a. Tas atau keril – Gunakan yang sesuai dengan kebutuhan pendakian dan pilih tas yang nyaman dipakai. Pelajari juga cara packing yang benar.
b. Sleeping Bag - Ini perlu dibawa agar Anda bisa tidur nyenyak dan nyaman saat di gunung.
c.  Pakaian dan jaket – Untuk di jalan ada bagusnya menggunakan pakaian dengan teknologi cepat kering (quick dry/ vapor wick) atau kaos sun protection. Jangan menggunakan katun karena susah kering. Katun bagus digunakan saat kita sedang kemping/ tidak dalam perjalanan. Gunakan juga jaket yang sesuai dengan kondisi gunung yang akan kita daki, umumnya menggunakan jaket polar. Untuk itu kita perlu belajar layering (pelapisan).
d. Sepatu, sandal, dan aksesorisnya – Ada bagusnya untuk berjalan kita menggunakan sepatu, sedangkan sandal digunakan ketika kita sedang berada di sekitar area tenda.
e. Peralatan makan, ibadah, kebersihan diri.
f.  Makanan Utama dan Snack – Biasanya untuk makanan utama telah dirundingkan dalam kelompok dan dibagi cara membawanya. Sesuaikan dengan kebutuhan pendakian dan lebihkan sedikit untuk hal-hal yang di luar perkiraan. Oh iya, jangan pernah membiarkan tas Anda tidak berisi makanan dan minuman sama sekali ya.
g. Penerangan – bisa senter dan lilin
h. Obat-obatan/ P3K
i.   Survival Kit
j. Ponco/ Raincoat
h.   Lain-lain – Bisa berbentuk alat dokumentasi, buku catatan, topi, sarung tangan, kaos kaki tambahan, trekking pole, kaca mata, slayer, dsb. Sesuai kebutuhan saja.

Peralatan-peralatan di atas adalah peralatan standar. Para pendaki profesional sekarang sudah menggunakan alat-alat yang lebih canggih, multifungsi, berteknologi ini itu, dsb. Ada bagusnya juga kita belajar tentang teknologi untuk pendakian, dan kalau punya uang kita bisa membelinya juga.

4.    Persiapan Fisik dan Mental
Seseorang yang akan mendaki gunung sebaiknya membersayakan diri dengan olahraga/ latihan fisik rutin untuk menghindari cedera saat mendaki gunung, juga meminimalisasi rasa pegal dan menambah ketahanan tubuh terhadap medan yang berat. Jangan gara-gara melihat Igor Saykoji bisa sampai di Puncak Semeru di film 5 Cm lalu Anda begitu yakin bisa ke sana tanpa persiapan fisik yang cukup.
Mental yang kuat juga harus Anda persiapkan, bagaimana menghadapi situasi di luar perkiraan, bagaimana mensupport diri ketika lelah (padahal seharusnya Anda bisa), bagaimana bersikap ketika tujuan kita tidak terpenuhi, bagaimana menyikapi faktor x di luar kendali kita, bagaimana kita terus bersemangat mendaki ke Puncak Mahameru (racun film 5 Cm lagi, hihi).

5.    Teman Perjalanan
Kalau Anda baru pertama kali mendaki gunung, usahakan memilih teman perjalanan yang bisa membawa dan mengajari Anda memanajemen perjalanan ketika mendaki bersama. Tidak semua yang sering mendaki gunung bisa membawa kita lho. Sebagai contoh, kasus pendaki meninggal di Ciremai kemarin. Korban tersebut mendaki untuk pertama kali, dan sang pembawa ini tidak mengukur kemampuan temannya yang baru mendaki tersebut. Seperti dikejar setan saja naik-turun tanpa istirahat yang memadai (ngecamp, misalnya). Akibatnya korban kelelahan dan pingsan.
Pokoknya kita harus selektif memilih orang yang kita percayai untuk membawa kita, bisa memanjamen perjalanan kita, bisa menjadi kawan yang baik ketika kita sakit (misalnya), dan pilih orang yang sudah berpengalaman.


Catatan: Bagi teman-teman yang ingin mendaki gunung, terutama Semeru karena keracunan film 5 Cm terus berdayakan diri ya. Faktor X mungkin sulit kita hindari, tapi setidaknya kita meminimalisasi kerugian yang disebabkan karena faktor manusia (human error). Selamat belajar mendaki. Selamat mencari pengetahuan yang lebih banyak. Selamat mengenali Indonesia. ^__^

20 November 2012

Konyol, 2000 Orang Buang Sampah di Ranu Kumbolo!


Wah judul saya agak lebay ya. Hehe.. Trending topic di beberapa komunitas pendakian, pecinta alam, dan sejenisnya seminggu ini adalah membludaknya jumlah pendaki yang mendatangi Ranu Kumbolo, sebuah danau di ketinggian 2400 mdpl di Gunung Semeru. Mulai dari fesbuk, twitter, milist, bahkan obrolan perseorangan pun membahas kekacauan itu. Gunung yang katanya hanya berkapasitas 600-800 pendaki perhari itu kemarin didatangi sekitar 2000 pendaki dari seluruh penjuru negeri. Ngeri!
Antri
foto taken by Khoirul Anam, Pekalongan
Tahukah Anda jika 1600 orang dari 2000 pendaki tersebut adalah peserta jambore Avtech (merek peralatan outdoor) dengan bintang tamu teteh Riyanni Djangkaru? Sedangkan sisanya adalah pendaki-pendaki independen yang datang dalam kelompok-kelompok kecil. Mungkin jumlah wisatawan minat khusus (baca: mendaki gunung) di negeri ini sudah semakin banyak. Setiap ada liburan walaupun cuma sehari pasti kaki-kaki pendaki sudah gatal untuk mendatangi gunung ini itu, apalagi ini empat hari, pasti berbondong-bondong pergi mendaki. Teteh RD sang artisnya JP pasti juga menjadi magnet untuk mendatangkan pendaki-pendaki.
Saya bukan orang yang anti jambore di gunung ataupun pendakian massal. Tapi ketika saya tahu bahwa peserta jambore di atas 1000 orang otomatis saya kaget. Apakah tidak ada pembatasan peserta? Bukankah panitia akan sangat repot bila peserta jambore terlalu banyak. Pastilah akan ada hal-hal yang tidak terurus. Di sisi lain, etika terhadap lingkungan juga perlu dicermati. Bayangkan bila setiap satu orang per tiga hari menyisakan 0,5 kg sampah, maka akan ada 800 kg sampah dari 1600 pendaki. Apakah semua itu dibawa turun? Pastinya ada yang curang dengan mengubur atau membakarnya di atas sana. Huh! Pun saya khawatir kepada orang-orang yang suka BAB sembarangan tanpa dikubur lagi. Katakanlah siklus BAB per orang adalah 2 hari sekali, dan setengah saja dari mereka yang tetap BAB di gunung, berarti akan ada 800 ranjau yang tersebar tidak beraturan, entah dikubur atau tidak. Hoekss…. (pengen muntah). Di bawah ini adalah foto penampakan sampahnya. Miris, katanya ada acara bersih gunung, nyatanya malah mengotori gunung.
Bawa sampahmu pulang nak...
foto dari fb denaliadventure Sby

Ada yang ketinggalan mas bro
foto dari bang Oceph via group JP

Tendamu terlalu dekat dg sumber air
foto dari Joe Item via group JP

Saya bukannya menyalahkan Avtech, tapi mengkritik. Jangan hanya karena mengejar keuntungan rupiah, tapi kelestarian lingkungan diabaikan. Membawa 1600 pendaki ke Ranukumbolo adalah hal konyol, setidaknya itu menurut saya. Ini saran saja, lain kali batasilah jumlah peserta dalam kegiatan, pertimbangkanlah baik buruknya, dan sesuaikan dengan tempatnya. Dan pastikan bahwa acara bersih gunung memang benar-benar untuk bersih gunung. Selain hal itu (kebersihan dan ekosistem) saya tidak terlalu memikirkannya. Saya hanya khawatir terhadap Ranu Kumbolo yang indah tapi tercemar. Tapi saya mengucapkan terima kasih karena Avtech sudah mau bertanggung jawab untuk membersihkan Ranu Kumbolo.
Sebenarnya saya tidak hanya kecewa kepada Avtech tapi juga kepada pengelola wisata pendakian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Saya dengar ada aturan yang memuat pembatasan jumlah pendaki dalam kawasan Semeru. Nyatanya, ribuan orang tetap bisa masuk. Bagaimana bisa pihak TNBTS  mengizinkan pelaksanaan jambore yang dihadiri lebih dari 1500 orang? Ini keterlaluan. Pantas saja, jika banyak gabungan pecinta alam yang memprotes hal ini dan menyangkutpautkannya dengan uang. Entahah, saya tak tahu pasti. Mereka para pecinta lingkungan tidak bisa membayangkan dampak buruk pasca jambore nanti. Yah, untung saja sekarang pendakian Semeru benar-benar sudah ditutup untuk pemulihan ekosistem. Saya rasa ini keputusan yang sangat bijaksana. Dan semoga hal ini dijadikan pelajaran oleh pihak TNBTS agar tidak terulang lagi di kemudian hari.
Sekarang giliran saya menyoroti para pendaki independen. Memang mereka tidak salah bila ingin mendaki Semeru di saat liburan. Tapi, ngotot ikut naik meskipun sudah tahu di atas sudah ada ribuan pendaki itu saya sebut tidak peduli. Toh, berita membludaknya peserta jambore sudah terdengar beberapa hari sebelum hari libur tiba. Tapi saya maklum, bahwa kesalahan terbesar tidak terletak pada kalian. Saya hanya berharap setiap pendaki yang mendaki gunung (gunung manapun) harus membawa sampahnya pulang.
Semoga dengan adanya permasalahan ini, setiap pihak dapat berintrospeksi, dan pihak lain yang tidak terlibat ini bisa menjadikannya contoh agar jangan sampai terulang lagi. Mari berbenah dan mendaki dengan rendah hati. Di bawah ini adalah press release dari Avtech yang saya dapat dari sini. Saya harap teman-teman bersabar menunggu evaluasi dari mereka. Jangan lagi teman-teman merasa benar dan mengumbar caci maki di berbagai jejaring sosial. Sekali lagi, mari jadikan ini pelajaran.


Press Release "Jambore Pencinta alam dan Pendakian Massal Gunung Semeru"

Salam Lestari,
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami dari manajemen Avtech telah melaksanakan acara Aksi Bersih, Jambore Pencinta alam dan Pendakian Massal Gunung Semeru pada tanggal 15-18 November 2012.
Kami sampaikan terima kasih yang tulus kepada para peserta, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, pihak Kepolisian Tumpang dan Senduro, panitia dari Malang, organisasi Kelompok Pencinta Alam se-Malang, Muspida Desa Tumpang, paguyuban jeep, para porter, masyarakat Tumpang dan Ranu Pani, dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. Kami sadari tanpa bantuan dari pihak-pihak terkait di atas, acara ini mustahil akan terlaksana.
Saat acara berlangsung, kami sadar terdapat beberapa kekurangan yang langsung kami lakukan tindakan antisipasi, namun ada beberapa kekurangan yang luput dari perhatian kami. Atas hal ini kami sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Dengan tangan terbuka kami terima semua keluhan, masukan maupun kritik.
Pasca pelaksanaan acara ini kami bersama panitia kelompok pecinta alam Malang dan pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru telah melakukan evaluasi dan koordinasi serta melakukan penanganan langsung masalah kebersihan dan pemulihan ekosistem.
Kami mohon kepada para peserta, para pemerhati lingkungan, organisasi pencinta alam, dan semua pihak yang berkepentingan, agar bersabar untuk penjelasan selanjutnya setelah evaluasi dan koordinasi ini.

Jabat Erat,
AVTECH

#SaveSemeru #SaveEarth #GunungBukanTempatSampah

NOTE: Bagi siapapun yang ingin meluruskan atau menceritakan bagaimana kronologinya silakan ditulis di kolom komentar. Kami semua akan sangat senang bila ada yang mau berbagi informasi yang benar dan berimbang. Di sini kami tidak ada niatan untuk menghakimi siapapun karena hal yang lebih baik adalah mengambil pelajaran dari ini semua. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana kita membat agar bubur itu terasa nikmat. Salam.

01 September 2012

Katakan "Tidak" pada Bersih Gunung


Kalau saja semua pendaki tidak membuang sampah sembarangan di gunung, orang lain tidak perlu repot-repot bersih gunung.
Barisan Tenda

Namun, hal itu sekarang jadi kian mustahil karena semakin banyak penggiat alam, yang berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang, kini mendaki gunung. Sebenarnya siapapun sah-sah saja mendaki gunung, yang penting setiap orang punya KESADARAN dan ETIKA berinteraksi dengan alam.
Tapi jujur, hati saya tak semulia mereka yang selalu aktif bersih gunung. Saya enggan ikut acara bersih gunung. Seperti yang saya katakan, kita nggak perlu bersih gunung kalau semua pendaki gunung selalu membawa sampahnya kembali pulang. 

Fasilitas dan Kesadaran Menjaga Fasilitas
Untuk kebutuhan syuting film 5cm Juli lalu, dibuatlah toilet sederhana dengan alas semen, dinding triplek, WC jongkok, dan timba air di Kumbolo. Mungkin waktu itu toilet dibuat untuk kebutuhan kru dan artis film. Okelah, ada bagusnya juga disediakan toilet agar lingkungan di sekitar Ranu Kumbolo tidak tercemar. Sayangnya, fasilitas yang sudah ada ini tidak bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pendaki lainnya dan tidak dijaga kebersihannya.
Hemat saya, orang-orang malas mengambil air di danau dan mengangkatnya ke toilet. Padahal jarak toilet dan danau hanya terhitung belasan meter. Anehnya, beberapa memilih menggunakan tisu basah (lalu tisunya dibiarkan di situ) atau memilih tidak menyiramnya sama sekali padahal mereka buang hajat. Astagaa.. Kebacut tenan tho yo!
Kemarin ada beberapa teman berhati mulia saat kemping di sana sempat bersih-bersih toilet itu, disiram dengan banyak air dan disikat, eh nggak lama sudah kotor lagi. Hiks.. Oh iya, ada lagi, di tanjakan, semak-semak, dan di balik pohon depan toilet itu juga banyak ranjau yang tidak dikubur. Huh, pendaki kok jorok!
Ayolah, Kawan, kita sudah punya fasilitas, kenapa sih kita nggak mau menjaga fasilitas itu agar tetap utuh dan bersih. Bayangkanlah betapa nyamannya kita menggunakan fasilitas itu kalau fasilitas itu terawat dengan baik. Dengan adanya toilet itu kita nggak perlu lagi menggaruk-garuk tanah dan mencari semak untuk buang air. Pendaki mancanegara yang ke Kumbolo pun pasti akan menaruh simpatik jika fasilitas yang ada tetap bersih.

Masalah Klasik yang Tak Kunjung Selesai: SAMPAH
Keharusan menuliskan daftar logistik bawaan pendaki di pos perizinan pendakian  bisa dibilang formalitas saja. Pasalnya saat turun dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Semeru saya tidak mendapatkan pemeriksaan apakah sampah saya bawa turun atau tidak. Pencataan logistik dan jumlahnya pun asal-asalan saja tanpa ada pengecekan. Jadi?
Tumpukan Sampah
foto: Ferdi
Kembali ke Ranu Kumbolo. Ya, maklum saja, tempat indah ini seringkali dijadikan tempat untuk event-event besar semacam jambore dan pendakian massal. Setelah acara itu lagi-lagi sampah menumpuk dan terserak. Saya bukan orang yang anti pendakian masal kok. Bukan salah acaranya, tapi salah orang yang meninggalkan sampahnya begitu saja.
Di suatu jambore di Ranu Kumbolo, ada lomba untuk mengumpulkan sampah paling banyak. Yang paling banyak dan berat menurut timbangan akan mendapatkan hadiah dari penyelenggara. Oke.. Bagus. Setidaknya ada usaha untuk membersihkan lingkungan Kumbolo. Tapiiii… Sayangnya usaha bersih-bersih itu selesai sampai di situ. Jadilah kantung-kantung sampah itu terkumpul dan menggunung di sana, tidak dibawa turun.
Salah manajemen nih. Kenapa kantung kresek tidak dibagikan saat penutupan sebelum turun gunung untuk mengumpulkan sampah sebanyak-banyaknya dalam perjalanan ke Ranupani? Lalu di pos perizinan baru sampah-sampah itu ditimbang dan siapa yang paling banyak mendapat sampah mendapat hadiah. Ide ini lebih bagus bukan? 
Oke, WTF lah dengan hal itu. Mari buktikan ke masyarakat bahwa pendaki adalah orang-orang yang santun terhadap alam, yang mendaki tanpa merusak dan mengotorinya. Membawa kembali sampah, mengubur hajat dan sisa makanan, serta tidak vandalis. Dengan begitu gunung kita akan lebih indah. Itu mudah kok, Kawan. Dan saya yakin, kalau kita membiasakan diri seperti itu, kita akan malu dan enggan membuang sampah sembarangan walau hanya satu bungkus permen. Mari menularkan kebiasaan baik. Salam.