Tampilkan postingan dengan label gunung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gunung. Tampilkan semua postingan

18 September 2019

Egoisme Ibu Pendaki: Pendakian Malam Gunung Penanggungan Bersama Dua Anak

Naluri sebagai orang tua tentu saja akan menuntun kita untuk menimbang segala aspek dan baik buruk suatu hal demi kepentingan anak. Termasuk ketika kami hendak mendaki Gunung Penanggungan kala itu. Rencana awalnya, kami akan mendaki siang hari saat jalan terhampar jelas di depan mata. Lalu sampai di lokasi sebelum malam sehingga anak-anak bisa beradaptasi dulu dengan lingkungan sekitar. Nyatanya ….
Siang itu awan hitam masih menggelayut di langit Sidoarjo diselingi hujan ringan yang datang pergi sesuka hati. Tas carrier masih kosong belum saya isi apapun. “Cuaca nggak bersahabat, alamat nggak jadi,” pikir saya. Ya sudah saya pun tidur siang dan terbangun pukul 3 sore bersamaan dengan pulangnya suami dari toko.
“Gimana, Yah?” tanya saya pada ayahnya anak-anak.
“Ayo siap-siap, Ismet jadi ikut. Berangkat habis magrib.”
Waduh, kok habis magrib pikir saya. Berarti nanti jalan malam hari. Tapi mungkin saya yang terlalu egois ya, jadi mengiyakan saja. Anak-anak pun sudah antusias. Mereka suka sekali tidur di dalam tenda berteman udara dingin.

Selepas magrib kami masih bersiap. Mbungkus sate dan beberapa makanan buat bekal nanti. Dan akhirnya kami baru melaju sekitar pukul 7 malam menuju Desa Tamiajeng, Trawas. Singkat cerita pukul 9 malam kami baru mulai pendakian. Tanah basah menunjukkan hujan belum lama pergi. Melihat itu saya sedikit merasa bersyukur tidak diguyur hujan saat di perjalanan nanti.  Pos 1 (perizinan) sampai pos 2 medan masih sama dengan 7 tahun lalu. Yak, terakhir saya kesana memang 7 tahun lalu. Lalu saya kaget di pos 2 ada warung. Ya ampun, 7 tahun lalu saya merinding di sana karena ada cahaya merah bergerak-gerak, yang ternyata orang sedang merokok dalam kegelapan. Kini, kesan mistis itu hilang. Belum lagi soal ramainya orang. Dari yang bercarrier besar hingga yang bawa tas kecil atau bahkan yang tak membawa apa-apa. Dari yang bersepatu gunung sampai yang bersandal hak pendek. Dari yang jomblo sampai yang membawa anak (saya dong). Ramai sekali! Benar-benar berbeda.

Lintang, anak saya yang kecil lebih sering terlelap dalam gendongan ayahnya. Sementara Gilang, anak saya yg besar, jalannya cepat sekali. Dia nggak banyak omong cuma kadang bertanya kapan sampai karena dia sudah ngantuk. Dalam hati saya kasihan sekali padanya. Dia minta tidur di gunung malah saya ajak ke Penanggungan yang medannya berat. Di titik itu penyesalan saya sangat tinggi. Egois sekali saya menyusahkan anak-anak demi keinginan pribadi. Saya selalu menghiburnya agar ia tertawa. Untung saja anak saya keren. Setiap pos terlewati dengan aman. Anak saya hanya kesulitan melewati jalur tanah becek dan licin. Jalur yang ditrap-trap oleh warga dan akhirnya berlumpur saat musim hujan seperti ini. Beberapa kali jatuh dan kotor tapi syukurlah dia nggak manja dan masih tetap mau berjalan. Kesulitan mulai bertambah saat melewati pos 4. Medan tanjakan batunya tinggi-tinggi dan itu menyulitkan anak saya. Bilamana kami mengambil sisi kanan yang medannya tanah, kami kesulitan melangkah karena licin. Rasanya sudah lelah sekali dan berharap ini segera berakhir.
Ahirnya tepat tengah malam kami tiba di Puncak Bayangan Pos 5. Tempat itu yang dulu hanya bisa diisi oleh belasan tenda saja, kini bisa puluhan. Penuh. Benar-benar penuh sampai kami bingung harus mendirikan tenda di mana. Teman yang baru datang mengajak kami ke atas sedikit dan mendirikan tenda di sana. Ya ampun, ini puncak bayangan sudah “berlantai” dua. Semua tempat diterabas untuk mendirikan tenda. Kesan syahdu dan hening tidak saya temui.
Gilang sudah ngantuk berat tapi saya paksa makan beberapa suap nasi dengan lauk sate yang saya bawa sembari menunggu ayah mendirikan tenda. Selesai makan dia langsung terlelap. Begitupun dengan adik dan saya. Para pria masih di luar entah sedang menikmati apa. Kami lelah jiwa dan raga. Hehe…

Pagi pun akhirnya datang. Saya tidak terbiasa bangun siang tapi malas juga mau keluar karena nggak tau mau ngapain di luar. Mau lihat pemandangan, eh yang tempak hanya barisan tenda. Mau foto eh yang diajak foto belum pada bangun. Sedih ya. Tapi saya harus keluar nih, sudah kebelet. Begitu keluar, saya malah bingung harus buang air kecil di mana. Ramai sekaliiii!!! Ya sebagai wanita yg sering bermain di gunung, bikin simple saja. Menjauh, menerabas semak, jongkok, dan aaahhh lega. Masa bodo lah kalau ada yang melihat.
Syukurlah pagi itu anak-anak tampak ceria seperti biasa. Makan, minum, foto-foto. Kelelahan tidak nampak lagi pada tubuh mereka. Teman se-team yang hampir semua cowok pun asik-asik.  Mereka masak ikan mujair asap goreng, sayur asem, juga sambel. Ketemu juga nikmat perjalanan kali ini. Bukan di jalurnya, bukan di pemandangannya, tapi pada momen kebersamaan seperti ini. Terima kasih Penanggungan, untuk secuil cerita indah ini. Kali ini saya tidak akan sampai di puncakmu. Cukup sampai di sini. Saya sangat bersyukur masih ada yang bisa dinikmati.




Waktu pulang tiba. Saya udah pesan ke teman-teman, kalau lama ditinggal saja karena kami meyesuaikan dengan langkah Gilang. Biasanya dia agak kesulitan di turunan apalagi di jalur terjal seperti ini. Beruntung ada Anjas, teman kami, yang berbadan tegap tinggi berbaik hati menggendong Gilang. Langkah kami jadi semakin cepat. Lalu, mendadak hujan deras datang. Khawatirnya saya dengan anak-anak gimana kalau mereka nangis. Duh, lagi-lagi saya salah. Mereka malah semakin ceria dan berjalan dengan riang gembira. Gilang jalan sendiri digandeng om Anjas nya melewati aliran-aliran air yang disebutnya mirip sungai dan air terjun kecil. Lintang ikut tertawa meski sedikit basah. Medan tanah yang tadinya licin jadi biasa saja karena hujan sehingga kami pun tak sulit untuk melaluinya. Hingga akhirnya kami tiba dengan selamat di pos perizinan. Syukur saya tiada terkira banyaknya. Ampuni saya ya Allah atas keegoisan ini. Nggak lagi-lagi mengajak mereka ke tempat yang bermedan sulit. Belum waktunya anak sekecil ini kami ajak bersusah-susah di gunung. Maaf….



30 Juni 2015

Toko Perlengkapan Outdoor Sidoarjo

Update: Per Tanggal 1 Juli 2017, toko Kosong Tigasatu pindah ke Jalan R. A. Kartini no.1 Sidoarjo (dekat alun-alun Sidoarjo)


Alhamdulillah telah kami buka sebuah toko offline (sebelumnya jual online saja) perlengkapan dan peralatan outdoor di daerah Sidoarjo tanggal 10 Juni kemarin. Kami menjual berbagai macam kebutuhan untuk mendaki gunung seperti tenda, tas carrier, daypack, travel pouch, tas selempang, matras, kompor lapangan portable, cooking set, nesting, headlamp, lampu tenda, sepatu hiking, sandal gunung, jaket gunung polar, jaket gunung waterproof, sleeping bag, kaos adventure, baselayer, celana outdoor, celana pendek, kompas, sarung tangan, kursi lipat, trekking pole, rain cover bag, dll. Stok barang bisa berubah-ubah dan bertambah sesuai dengan kebutuhan dan permintaan teman-teman pemburu peralatan outdoor Sidoarjo dan Surabaya. Insya Allah.

Produk-produk yang kami jual tidak hanya dari satu brand saja. Kami berusaha untuk menyediakan beberapa merek baik produk lokal maupun produk-produk branded dari luar negeri. Brand lokal yang ada di toko kami: Makalu Outdoor, Consina, Klettern, RedMan, Avtech. Brand luar yang kami sediakan: Jack wolfskin, The North Face (TNF), Salewa, Salomon, BFL Outdoor, Trespass, dll (stok menyesuaikan dengan situasi dan kondisi). Produk-produk replika jaket/celana TNF JWS Deuter Arcteryc juga ada kok.

Buat teman-teman penggiat alam, pendaki gunung, ikatan pendaki gunungpecinta alam, backpacker, backpacker sidoarjo, backpacker surabayatraveler, freelancer, pengelana, pebolang, avonturir, pecinta kemping, dsb yang tinggal di daerah Sidoarjo, Surabaya, Pandaan, Krian, Mojokerto, dan sekitarnya boleh mampir ke toko kami untuk melengkapi kebutuhan peralatan outdoor teman-teman. Cuma mampir dan lihat-lihat saja juga boleh. Cuma mampir ngobrol saja juga boleh. Mampir untuk menawari kami barang juga boleh. Mampir untuk diskusi produk dan cerita-cerita soal pergunungan juga boleh. Mampir-mampir ajalah pokoknya untuk menjalin tali silaturahmi.

Nama Toko     : Kosong Tigasatu Adv Store
Cp                   : wa/sms/call 081234908773 / 081380083373
                          Pin bb D54699E7
Ready stock jaket gunung The North Face (TNF), Berghaus, Salewa, Mountain Equipment new n original
Jaket salewa ladura-dura original, jaket mountain equipment waterproof, jaket salewa toble polarlite original, vest/rompi salewa...
Jaket TNF Vortex Boys original, jaket TNF resolve men original, jaket TNF mountain light triclimate goretex original, jaket berghaus primaloft original..
 Jaket TNF flyweight hoodie original, jaket TNF goretex paclite original, Jaket TNF resolve women original, Jaket salewa vesuvian original..

Berikut ini beberapa foto display perlengkapan outdoor di toko kami di Sidoarjo.


















Jadi, yang mencari perlatan outdoor nggak usah ragu untuk datang ke toko outdoor kami di Sidoarjo. Toko outdoor kami cuma lima menit dari Museum Mpu Tantular Sidoarjo. Toko outdoor kami cuma 10 menit dari alun-alun Sidoarjo. Toko outdoor kami mudah dijangkau baik dari Sidoarjo kota maupun Surabaya. Kami pun melayani pembelian secara online dan bisa kirim ke seluruh Indonesia baik via JNE, POS Indonesia, Dakota Cargo, Pahala Ekspress, dll. https://www.instagram.com/031advstore/

07 Januari 2013

Lima Hal yang Perlu Disiapkan untuk Mendaki Gunung


Meskipun agak terlambat saya mau mengucapkan, “Selamat tahun baru 2013, semoga di tahun ini kita bisa menjadi manusia yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Aamiin”.
Saya sedih sekali ketika membaca, melihat, dan mendengar berita pendaki hilang atau meninggal di gunung akhir-akhir ini, tepatnya saat liburan akhir tahun kemarin. Duh, bagi orang awam kesannya kegiatan pendakian jadi menyeramkan begini ya, padahal sebenarnya kegiatan di alam bebas bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan asal dilakukan dengan aman.
Mendaki Gunung
Memang saat ini tren pendakian gunung dan kegiatan alam bebas lainnya meningkat drastis. Hampir setiap stasiun televisi pasti punya program acara jalan-jalan atau petualangan. Bagus! Setidaknya itu untuk mendongkrak pariwisata Indonesia dan menumbuhkan rasa nasionalisme. Bicara soal nasionalisme, kemarin baru saja tayang film 5 Cm di bioskop yang bercerita tentang persahabatan dan nasionalisme yang ditumbuhkan melalui kecintaan terhadap Indonesia. Hasilnya, film 5 Cm ini mendongkrak jumlah pendakian ke Gunung Semeru (atau mungkin gunung lainnya) juga membuat mereka yang belum pernah mendaki jadi ingin mendaki, khususnya ke Gunung Semeru.
Berikut saya mau berbagi tips persiapan mendaki gunung. Mungkin ini tips ala kadarnya dan merupakan versi saya karena saya juga awam dalam hal ini. Orang-orang yang tergabung di organisasi pecinta alam atau yang jam terbangnya sudah tinggi mungkin jauh lebih paham dan banyak ilmunya. Jadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika hendak mendaki gunung, apalagi jika Anda adalah pemula yang baru pertama kali mendaki gunung (karena racun film 5 Cm).
1.    Ilmu Pengetahuan
Ada banyak hal yang perlu kita pelajari ketika akan mendaki, misalnya manajemen perjalanan. Manajemen perjalanan biasanya berisi tentang rencana perjalanan kita berdasarkan objek yang akan kita kunjungi. Untuk itu kita harus kenal dulu dengan objeknya dan tahu info terbaru. Dengan manajemen itu kita akan bisa mengira-ngira peralatan apa yang akan kita bawa, makanan apa, seberapa banyak, bagaimana memanjemennya, butuh guide atau porter nggak, dsb. Ada baiknya manajemen perjalanan dibuat dengan rinci.
Selain itu teknik-teknik berjalan sedikit banyak juga perlu diketahui. Waktu itu saya mendaki ke Gunung Gede via Cibodas, dan di depan saya ada dua orang dengan teknik berjalan yang berbeda. Satu orang melangkah pendek dan kontinyu, tidak terburu-buru, ketika saya mengikutinya pun enak. Nafas saya jadi lebih teratur. Satunya lagi meskipun kuat juga tapi ritme jalannya terlalu cepat dan langkahnya lebar, tidak sesuai dengan langkah normalnya, akibatnya nafas dia tersengal-sengal. Waktu saya mengantarkan beberapa wartawan trekking singkat pun begitu, karena ketidaktahuan akhirnya mereka memaksa tubuh untuk segera sampai ke tempat tujuan dengan berlari, akibatnya ada yang muntah dan hampir pingsan. Nah, hal ini perlu untuk diketahui dan dilatih agar kita bisa menikmati perjalanan.
Hal lain yang musti dipelajari yakni mengenai penyakit yang sering menyerang ketika kita di gunung (mountain sickness), lalu perlu juga bagi kita untuk belajar mengenai peralatan pendakian, tanda-tanda alam, perlindungan diri, survival, teknik packing, dsb. Kalau kita tidak tergabung ke dalam OPA, tentu kita harus berdayakan diri dengan membaca. Coba tanya ke mbah gugel. Hihi..

2.    Objek Perjalanan
Yang saya maksud objek perjalanan di sini ialah gunung yang akan kita daki. Hal-hal yang perlu kita ketahui yakni mengenai perizinan, kondisi terbaru (keamanan, cuaca, suhu), informasi jalur dan medan terbaru, serta potensi bahaya. Lagi-lagi kita bisa bertanya kepada mbah gugel, orang yang berpengalaman, boleh juga telpon langsung ke pengelola wisatanya. Informasi cuaca dan suhu perlu kita ketahui agar kita bisa mempersiapkan diri. Dan kondisi keamanan juga penting, sedang rawan longsorkah, gas beracun, musim badai, dsb. Pokoknya informasi yang diupdate harus yang terbaru, jangan yang expired. Hehe..

3.    Perlengkapan dan Peralatan
Sebenarnya bagian ini masuk ke dalam manajemen perjalanan, tapi saya pisahkan agar lebih jelas karena biasanya ada orang-orang yang menyepelekan barang-barang tertentu dengan alasan berat membawanya.
Peralatan Kelompok
Yang termasuk peralatan kelompok ialah tenda dan peralatan memasak (kompor, gas, trangia/nesting). Hitung berapa jumlah orang dan berapa kebutuhan akan peralatan kelompok tersebut. Jangan sampai ada yang nekat tidak membawa tenda atau dengan cerobohnya enggan membawa peralatan masak. Ya, tapi kalau Anda mau membawa tenda sendiri (kalau dirasa kuat) itu lebih bagus, banyak kok tenda UL yang berkapasitas satu atau dua orang dan itu lebih ringan. Oh iya satu lagi yakni matras. Ini bisa dimasukkan dalam keperluan kelompok bisa juga pribadi, bergantung kebutuhan. Sekarang matras sudah macam-macam jenisnya.

Peralatan Pribadi
Yang termasuk peralatan pribadi antara lain:
a. Tas atau keril – Gunakan yang sesuai dengan kebutuhan pendakian dan pilih tas yang nyaman dipakai. Pelajari juga cara packing yang benar.
b. Sleeping Bag - Ini perlu dibawa agar Anda bisa tidur nyenyak dan nyaman saat di gunung.
c.  Pakaian dan jaket – Untuk di jalan ada bagusnya menggunakan pakaian dengan teknologi cepat kering (quick dry/ vapor wick) atau kaos sun protection. Jangan menggunakan katun karena susah kering. Katun bagus digunakan saat kita sedang kemping/ tidak dalam perjalanan. Gunakan juga jaket yang sesuai dengan kondisi gunung yang akan kita daki, umumnya menggunakan jaket polar. Untuk itu kita perlu belajar layering (pelapisan).
d. Sepatu, sandal, dan aksesorisnya – Ada bagusnya untuk berjalan kita menggunakan sepatu, sedangkan sandal digunakan ketika kita sedang berada di sekitar area tenda.
e. Peralatan makan, ibadah, kebersihan diri.
f.  Makanan Utama dan Snack – Biasanya untuk makanan utama telah dirundingkan dalam kelompok dan dibagi cara membawanya. Sesuaikan dengan kebutuhan pendakian dan lebihkan sedikit untuk hal-hal yang di luar perkiraan. Oh iya, jangan pernah membiarkan tas Anda tidak berisi makanan dan minuman sama sekali ya.
g. Penerangan – bisa senter dan lilin
h. Obat-obatan/ P3K
i.   Survival Kit
j. Ponco/ Raincoat
h.   Lain-lain – Bisa berbentuk alat dokumentasi, buku catatan, topi, sarung tangan, kaos kaki tambahan, trekking pole, kaca mata, slayer, dsb. Sesuai kebutuhan saja.

Peralatan-peralatan di atas adalah peralatan standar. Para pendaki profesional sekarang sudah menggunakan alat-alat yang lebih canggih, multifungsi, berteknologi ini itu, dsb. Ada bagusnya juga kita belajar tentang teknologi untuk pendakian, dan kalau punya uang kita bisa membelinya juga.

4.    Persiapan Fisik dan Mental
Seseorang yang akan mendaki gunung sebaiknya membersayakan diri dengan olahraga/ latihan fisik rutin untuk menghindari cedera saat mendaki gunung, juga meminimalisasi rasa pegal dan menambah ketahanan tubuh terhadap medan yang berat. Jangan gara-gara melihat Igor Saykoji bisa sampai di Puncak Semeru di film 5 Cm lalu Anda begitu yakin bisa ke sana tanpa persiapan fisik yang cukup.
Mental yang kuat juga harus Anda persiapkan, bagaimana menghadapi situasi di luar perkiraan, bagaimana mensupport diri ketika lelah (padahal seharusnya Anda bisa), bagaimana bersikap ketika tujuan kita tidak terpenuhi, bagaimana menyikapi faktor x di luar kendali kita, bagaimana kita terus bersemangat mendaki ke Puncak Mahameru (racun film 5 Cm lagi, hihi).

5.    Teman Perjalanan
Kalau Anda baru pertama kali mendaki gunung, usahakan memilih teman perjalanan yang bisa membawa dan mengajari Anda memanajemen perjalanan ketika mendaki bersama. Tidak semua yang sering mendaki gunung bisa membawa kita lho. Sebagai contoh, kasus pendaki meninggal di Ciremai kemarin. Korban tersebut mendaki untuk pertama kali, dan sang pembawa ini tidak mengukur kemampuan temannya yang baru mendaki tersebut. Seperti dikejar setan saja naik-turun tanpa istirahat yang memadai (ngecamp, misalnya). Akibatnya korban kelelahan dan pingsan.
Pokoknya kita harus selektif memilih orang yang kita percayai untuk membawa kita, bisa memanjamen perjalanan kita, bisa menjadi kawan yang baik ketika kita sakit (misalnya), dan pilih orang yang sudah berpengalaman.


Catatan: Bagi teman-teman yang ingin mendaki gunung, terutama Semeru karena keracunan film 5 Cm terus berdayakan diri ya. Faktor X mungkin sulit kita hindari, tapi setidaknya kita meminimalisasi kerugian yang disebabkan karena faktor manusia (human error). Selamat belajar mendaki. Selamat mencari pengetahuan yang lebih banyak. Selamat mengenali Indonesia. ^__^

28 Mei 2009

Mengatasi Gangguan Binatang

a. Nyamuk
Obat nyamuk, autan, dll
ombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk. Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.

b. Laron
Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

c. Lebah
Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
Jangan dipijit-pijit
Tempelkan pecahan genting panas di atas luka.

d. Lintah
Teteskan air tembakau pada lintahnya
Taburkan garam di atas lintahnya
Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
Taburkan abu rokok di atas lintahnya.

e. Semut
Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
Letakkan cabe merah pada jalan semut
Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut.

f. Kalajengking dan lipan
Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan.

15 April 2009

Bayang-bayang
















Lagi-lagi kok Penanggungan sih...
Kenapa bukan gunung yang lain?? Bukannya saya tidak ingin mendaki gunung yang lain yang memiliki kekhasan panorama tersendiri. Namun, sepertinya susah sekali mewujudkan itu. Di satu sisi keinginan itu ada, tapi di sisi lain tentu saja ada yang menghalangi. Saya baru saja mengenal dunia pendakian. Saya begitu menikmatinya sehingga terkadang saya egois mendahulukan keinginan mendaki saya ini. Terkadang saya memaksa agar bisa mendaki ke mana saya ingin mendaki. Ada larangan dari orang tua, saya tetap packing serta merayu-rayu agar diperbolehkan mendaki. Tidak ada dana, pas-pasan pun saya berangkat. Seolah-olah saya harus mengorbankan hal-hal di sekitar saya untuk mendaki.

Kata orang dengan mendaki kita akan semakin menghargai kebesaran Tuhan. Semakin memiliki jiwa santun, kebersamaan yang dalam, dan minimnya sifat egois yang dimiliki. Tapi bagaimana dengan saya? Sudahkah kriteria kebaikan itu melekat di diri saya. Ataukah mendaki itu justru membuat saya semakin menjauh dari-Nya? Semoga saja tidak!
















Jumat siang itu (10 April 2009)saya dan dua orang teman kembali ke gundukan lancip itu. Menapaki tanah-tanah basah yang telah kering menjadi keras dan berdebu. Pepohonan yang jarang di jalur itu tak banyak membantu kami. Alhasil gunung yang biasa saya kunjungi sekitar empat jam dari desa hingga puncak kini kami tempuh hampir enam jam. Berangkat sekitar pukul dua siang, dan kami tiba sekitar pukul 8 malam. Apakah kaki yang tak kuat atau semangat yang melemah. Hanya karena Tuhan sedikit menambah kadar ultraviolet yang masuk ke bumi kami sudah sempoyongan. Bagaimana kelak jika Tuhan berbaik hati menghadiahkan manusia ultraviolet dalam kadar tinggi?
















Gunung ini tidak tinggi, ganya 1656 m dari pemukaan air laut. Keindahan panorama di puncaknya pun tak bisa dibandingkan dengan gunung-gunung lain yang lebih tinggi. Tak ada hamparan awan putih di pagi hari. Tak banyak yang mempesonakan mata rakus ini. Kenapa saya mengatakan rakus? Karena dia memang rakus! Berkali-kali menjelajahi keindahan alam bumi pertiwi tapi tak pernah puas dan selalu minta lagi. Tapi dia jeli, bisa membedakan mana yang indah dan mana yang tidak. Jarang sekali seorang yang mendaki dapat melihat bayangan dari gunung yang ia daki. Tapi berbeda dengan Penanggungan, kala pagi datang dan lentera itu bergerak perlahan ke atas langit, maka bayangan segitiga Penanggungan dapat kita saksikan di sisi barat, melindungi pemukiman dari datangnya terang.