Sekitar pukul 5 p.m kami (kecuali mami Ayu) tiba di rumahku di Sidoarjo. Pelangi warna-warni nampak indah di sisi tenggara menyambut kedatangan kami dari Malang. Ibu mempersilahkan kami masuk dan menyuguhkan minuman hangat buat kami yang baru berbasah-basahan dengan hujan. Kami saling bercerita mengenai keunikan motor Hero selama perjalanan pulang tadi.
Setelah berpisah dengan teman-teman di Cangar kami (aku, Tias, Kohan, Hero, Udin, Dadang, Doifani, Gentong dan mami Ayu) harus segera kembali ke Surabaya dan Sidoarjo. Rute yang akan kami tempuh kira-kira seperti ini: Cangar-Pacet-Mojosari-Sidoarjo-Surabaya. Saat itu hujan yang awalnya rintik-rintik bertambah deras. Jalur Cangar-Pacet adalah jalanan aspal naik turun berbelok-belok dengan kanan kiri vegetasi hutan tropis yang masih hijau lebat. Hero yang terbiasa ngebut dengan motornya saat itu sedikit terhambat dengan adanya hujan. Ban motornya tidak cocok dengan jalanan basah. Aku yang diboncengnya jadi sedikit ketakutan. Terbayang jika tiba-tiba hero lengah, ban selip, dan kami terjatuh dalam jurang-jurang pinggir jalan itu. Naudzubillah….
Tuhan Maha baik kok. Kami semua masih diberi keselamatan. Walaupun aku, Hero, dan Tias basah kuyup karena hujan dan tidak membawa raincoat. Kami memutuskan untuk makan siang dulu di Pacet sembari menunggu hujan deras itu reda. Sekitar satu jam kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju arah Mojosari. Seperti biasa Hero dan aku di depan, mami Ayu di barisan ke dua, kemudian yang lain beriring-iringan menyusul di belakang. Suatu kali Hero berhenti di pom bensin, yang lainpun berhenti. Setelah istirahat dan sholat kami melanjutkan misi pulang ini. Ternyata dari situlah awal keunikan motor Hero terjadi. Mami Ayu melesat cepat di depan, motor Hero ngambek. Berhenti seketika. Tidak bisa distarter. Lalu dibetulkan sebentar – jalan – mogok lagi. Dan akhirnya sang pahlawan bengkel (Gentong dan Doifani) turun tangan tepat di depan sebuah masjid di daerah Mojosari. Entah diapakan, apa yang macet, atau bagaimana, sebagai seorang cewek yang nggak ngerti mesin, aku hanya bisa menunggu, begitu juga teman yang lain.
Lebih dari setengah jam akhirnya motor Hero bisa jalan lagi. Kami lanjut perjalanan. Namun, motor Hero masih ngambek, tidak mau jalan. Lagi-lagi kami berhenti dan mereka bertiga (Hero, Doifani, dan Gentong) membetulkan motor di depan sebuah bengkel. Sekitar setengah jam kami menunggu. Dan nampaknya Hero sedikit capek menangani motornya. Sedari tadi awal motornya mogok, tak sekalipun ia melepas helemnya. Kenapa rO?
Motor jalan…. Tapi setiap beberapa kilometer pasti motor ini berhenti alias ngambek alias mogok. Tinggal membuka penutup bensin sebentar lalu ditutup lagi distarter lagi motorpun jalan lagi. Hal ini terjadi berulang-ulang hingga tiba di rumahku. Berapa kali mogok ya? Mungkin lebih dari 10 kali. Kasihan.. Tapi jadi bahan tertawaan! ^_^
Ah.. JPers!! Ada-ada saja polah tingkah dan pengalaman unik. Pelangi itu suka dengan persahabatan kita, karena itu dia menampakkan diri, agar kita melihat warna-warninya, agar persahabatn kita penuh warna, insya Allah.
Setelah berpisah dengan teman-teman di Cangar kami (aku, Tias, Kohan, Hero, Udin, Dadang, Doifani, Gentong dan mami Ayu) harus segera kembali ke Surabaya dan Sidoarjo. Rute yang akan kami tempuh kira-kira seperti ini: Cangar-Pacet-Mojosari-Sidoarjo-Surabaya. Saat itu hujan yang awalnya rintik-rintik bertambah deras. Jalur Cangar-Pacet adalah jalanan aspal naik turun berbelok-belok dengan kanan kiri vegetasi hutan tropis yang masih hijau lebat. Hero yang terbiasa ngebut dengan motornya saat itu sedikit terhambat dengan adanya hujan. Ban motornya tidak cocok dengan jalanan basah. Aku yang diboncengnya jadi sedikit ketakutan. Terbayang jika tiba-tiba hero lengah, ban selip, dan kami terjatuh dalam jurang-jurang pinggir jalan itu. Naudzubillah….
Tuhan Maha baik kok. Kami semua masih diberi keselamatan. Walaupun aku, Hero, dan Tias basah kuyup karena hujan dan tidak membawa raincoat. Kami memutuskan untuk makan siang dulu di Pacet sembari menunggu hujan deras itu reda. Sekitar satu jam kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju arah Mojosari. Seperti biasa Hero dan aku di depan, mami Ayu di barisan ke dua, kemudian yang lain beriring-iringan menyusul di belakang. Suatu kali Hero berhenti di pom bensin, yang lainpun berhenti. Setelah istirahat dan sholat kami melanjutkan misi pulang ini. Ternyata dari situlah awal keunikan motor Hero terjadi. Mami Ayu melesat cepat di depan, motor Hero ngambek. Berhenti seketika. Tidak bisa distarter. Lalu dibetulkan sebentar – jalan – mogok lagi. Dan akhirnya sang pahlawan bengkel (Gentong dan Doifani) turun tangan tepat di depan sebuah masjid di daerah Mojosari. Entah diapakan, apa yang macet, atau bagaimana, sebagai seorang cewek yang nggak ngerti mesin, aku hanya bisa menunggu, begitu juga teman yang lain.
Lebih dari setengah jam akhirnya motor Hero bisa jalan lagi. Kami lanjut perjalanan. Namun, motor Hero masih ngambek, tidak mau jalan. Lagi-lagi kami berhenti dan mereka bertiga (Hero, Doifani, dan Gentong) membetulkan motor di depan sebuah bengkel. Sekitar setengah jam kami menunggu. Dan nampaknya Hero sedikit capek menangani motornya. Sedari tadi awal motornya mogok, tak sekalipun ia melepas helemnya. Kenapa rO?
Motor jalan…. Tapi setiap beberapa kilometer pasti motor ini berhenti alias ngambek alias mogok. Tinggal membuka penutup bensin sebentar lalu ditutup lagi distarter lagi motorpun jalan lagi. Hal ini terjadi berulang-ulang hingga tiba di rumahku. Berapa kali mogok ya? Mungkin lebih dari 10 kali. Kasihan.. Tapi jadi bahan tertawaan! ^_^
Ah.. JPers!! Ada-ada saja polah tingkah dan pengalaman unik. Pelangi itu suka dengan persahabatan kita, karena itu dia menampakkan diri, agar kita melihat warna-warninya, agar persahabatn kita penuh warna, insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar