22 Februari 2011

“Blusukan” ke Kampung Dayak Iban


Pesona Alam
Blusukan adalah kosakata dari bahasa Jawa yang berarti mengunjungi/menjelajah ke tempat-tempat yang tidak biasa. Dan bagi saya, perjalanan ke kampung Meliau, kampung Dayak Iban, adalah sebuah blusukan.
Masih belum jelas apakah Meliau masuk kawasan TN Danau Sentarum (TNDS) atau tidak. Yang pasti saya sudah merasakan kekayaan bumi Borneo di tempat ini. Sejak berangkat dari Teluk Aur sampai ke desa ini, yang tentunya memakai transportasi air, saya melihat bukit-bukit yang rimbun, air yang melimpah (pasti banyak ikannya), dan madu-madu yang masih tersimpan aman di sarang lebah.
Belum lagi ketika kami diajak untuk mengamati satwa di beberapa danau di sekitar Meliau, wow berbagai macam burung beterbangan dan berkicau ramai, primata yang riuh dengan suara dan lompatannya, puluhan sarang lebah madu pada satu pohon, dan kecipak air yang ditingkah ikan. Subhanallah. Sungguh kaya alam itu. Ikannya juga enak. Malam itu saya menghabiskan dua porsi nasi dan masakan ikan semacam “asem-asem”, lalu saya ngemil ikan toman bakar. Nikmaaaaatt…!! Saya bahagia di sini. Hehe..

Human Interest
Perkampungan ini dihuni oleh suku Dayak Iban. Kondisinya masih sama seperti Teluk Aur, yakni tak ada daratan. Kami selalu berjalan di atas kayu-kayu. Menurut informasi, mata pencaharian masyarakat Iban adalah bertani (ketika air surut), mencari ikan, berburu, membuat sampan, dan menganyam. Karena ketiadaan listrik, malam-malam di sana pasti gelap. Meski begitu para ibu masih saja terus menganyam tanpa lelah hingga larut malam. Saya salut kepada mereka.
Tarian adat memang tidak jadi dipertontonkan kepada kami karena baru saja ada yang meninggal, dan mereka sedang dalam suasana berkabung. Namun saya tidak kecewa, karena sikap masyarakat lokal yang begitu respek dan menyenangkan. Bahkan Mas Sodiq, warga setempat, dengan begitu antusiasnya menjelaskan adat dan kebudayaan masyarakat Iban. Terima kasih, Mas Sodiq sekeluarga. J
Oiya, ada satu hal yang membuat saya tidak nyaman, yaitu tidak adanya kamar mandi. Saya terbiasa mandi di kamar mandi atau paling tidak di tempat yang tertutup. Namun, kali ini saya harus mau dan harus berani mandi di depan rumah, di danau, dalam gelap. Aaaaarrgghh..! Itu sangat menyeramkan. Saya jadi terbayang-bayang film Anaconda. Saya takut tiba-tiba sesuatu muncul dari bawah dan menggigit saya. Atau mungkin buaya, karena mereka bilang di sana ada buaya. Huff.. untunglah saya bisa pulang dengan selamat. Memang tidak mudah mengikuti gaya hidup masyarakat lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar