29 Maret 2011

Kopdar JP, JPers, Mancing Mania, dan Gramahom

Kru JP Trans|7
Selasa subuh, 22 Maret, tiba-tiba dapat pemberitahuan dari Om Silo, dedengkotnya milist Jejak Petualang, bahwa ada undangan dari Trans7 untuk JPers Jatim untuk menghadiri meet & greet dengan tim Opera Van Java (OVJ) dan nonton roadshow OVJ di Malang pada tanggal 25 dan 26 Maret. Pemberitahuan yang mendadak ini tentu saja sedikit membuat bingung anggota JPers Jatim yang cuma sedikit ini. Belum lagi yang sibuk kuliah, kerja, dan jadi suami siaga, otomatis tidak bisa datang.

Sebar berita sana-sini, ajak kawan main via telp, sms, dan fb, tetap aja mentok enam orang JPers Jatim yang bisa menghadiri acara meet & greet, yaitu saya, Mas Wahyu, Mas Tovik, Mas Hero, Mba Omi, dan Om Silo. Jangan heran kalau yang saya sebutkan sedikit tapi yang ada di foto sangat banyak. Walaupun mereka memakai kaos JP tapi saya tidak kenal, dan sepertinya mereka juga bukan anggota milist JP. Mereka adalah para anggota PA di Malang yang dikerahkan Om Silo untuk ikut hadir agar memenuhi kuota yang diminta Trans7.

Saat tiba di hotel, Jumat malam, saya kaget kok ada mba Putri Ayudya (host baru JP). Awalnya saya berpikir mungkin karena ini acara Trans7 maka ia diajak serta. Kami sempat ngobrol-ngobrol lama. Kebetulan JPers Jatim ini sangat akrab dengan para host JP, jadi bisa membaur dengan nyaman. Lalu di ruangan sebelah (ada dua ruangan yang dipersiapkan) acara meet & greet OVJ sudah dimulai. Ramai sekali! Kami, JPers Jatim, belum juga sadar. Kami masih berpikir, “oo.. gantian kali ya, setelah ruangan sana, baru ke ruangan kita”.

Lalu tibalah saatnya kru Trans7 menyuruh kami semua duduk. Ruangan sebelah sudah mulai sepi. Lalu bergiliran host JP dan Mancing Mania menempati kursi yang ada di depan. Peserta datang dari dua komunitas, yakni JPers dan Gramahom. Dan barulah kami sadar bahwa kami telah dibohongi Om Silo. Katanya meet & greet dengan OVJ malah meet & greet dengan JP dan Mancing Mania. Aw aw aw aw… Tapi nggak apa-apalah. Seneng juga sih. Hehehe…
Isi acaranya tentu saja sharing tentang acara JP oleh Mas Fauzan, lalu dilanjutkan dengan cerita pengalaman dari Mba Putri dan Mas Bayu Mancing Mania. Setelah itu pasti ada pertanyaan-pertanyaan berhadiah. Yang paling lucu tuh saat ada pertanyaan hari apa dan pukul berapa saja acara JP ditayangkan. Kami, anggota JPers Jatim tolah-toleh bingung. Nggak ngerti. Pasalnya walaupun kami ini penggemar acara JP tapi kami nggak setiap hari nonton. Ada yang kerja, kuliah, dan beragam aktivitas lainnya. Tapi Mas Wahyu dengan ilmu ngawurnya bisa menjawab pertanyaan dengan benar dan mendapat hadiah lho. Selamat ya.

Hari itu kami akhiri dengan foto bareng rame-rame. Lalu Jpers Jatim melaju ke Batu, ngadem di rumah Mas Tovik. Menikmati dinginnya air dan mekarnya bunga-bunga. Seneng banget bisa ngadem di Batu setelah berhari-hari pesta polusi di Surabaya.

Say thanks to:
Trans7 yang sudah mau mengundang kami.
Om Silo yang sudah mengkoordinasi semuanya
Om Tovik yang sudah mau meminjamkan rumahnya.
Teman-teman JPers Jatim atas partisipasinya

06 Maret 2011

Kondangan + Jalan-jalan


Tidak ada yang lebih indah dari melihat teman kita bahagia. Itulah yang kurasakan kemarin saat berkesempatan menghadiri resepsi pernikahan Mbak Atik dan Mas Bayu di Solo. Awalnya sempat bingung, ikut atau nggak ya, ada beberapa tugas yang harusnya kukerjakan akhir pekan itu. Pada akhirnya aku memilih ikut rombongan Cartenz Surabaya ke Solo dan meninggalkan tugas-tugasku. Tugas bisa ditangguhkan, tapi momen seperti ini kan tidak bisa.
Sabtu hampir tengah malam, kami berangkat berenam. Lagi-lagi aku menjadi satu-satunya manusia tercantik di antara mereka. Ada Mas Trisno, Mas Wahyu, , dan Mas Sony yang sudah kukenal agak lama,lalu Mas Martinus dan Kak Seto yang baru kukenal hari itu. Yang kuingat dari perjalanan malam itu hanyalah toilet pom bensin, rawon tengah malam, dan guncangan tiada henti di dalam mobil.
Pagi itu aku terbangun karena suara musik terdengar sangat keras dari luar toko Cartenz Solo. Kira-kira baru pukul 6 pagi. Aku melongok ke jendela, ada ibu-ibu senam, ada yang bersepeda, ada yang berjalan kaki. Ah, rupanya ada car free day. Setelah cuci muka seadanya aku pun bergabung dengan teman-teman. Senangnya bisa merasakan udara pagi Solo, kota yang mungkin sering kulewati, tapi baru kali ini kusinggahi. Aku, Mas Wahyu, Mas Trisno, dan Mas Jun jalan-jalan sampai lupa waktu. Dan ini mengakibatkan kami tidak bisa ikut menyaksikan akad nikah Mbak Atik dan Mas Bayu. Hiks.. sedihnya..
Syukurlah masih ada resepsi pernikahan yang bisa kuhadiri. Aku bingung dengan tata caranya. Nyuguhin makanan sampai empat kali, mulai dari kue, sayur (ga tau namanya), nasi, dan terakhir es kopyor. Kenyang!! Setelah itu aku ikut berfoto bersama pengantin lalu menunggu sampai acara hampir usai karena Mas-mas ikut mendokumentasikan pernikahan mbak Atik.
Dari sana perjalanan dilanjutkan ke Salatiga. Kami pergi ke wisata Senjoyo (semoga tidak salah sebut). Awalnya kukira aku salah kostum, tapi ternyata saltum membawa berkah. Lumayanlah buat mempermanis fotoku di sana. Di manapun tempatnya, narsis tetap yang utama. Yang paling gila adalah Mas Trisno. Di tengah hujan dan udara yang dingin, ia malah dengan asiknya berenang-renang di kolam, lompat-lompat kayak katak, bahkan keramas dan pakai facial foam. Widiiiwww….. Salut wes!
Malamnya, masih di Salatiga, kami makan malam di rumah saudaranya Mas Martinus. Sudah numpang makan, numpang pipis, numpang tidur pula. Apa nggak kurang ajar? Makasih ya Mas Martinus sekeluarga. Kapan-kapan aku diajak ke sana lagi yaa. Lalu kami lanjut lagi ke Solo. Sambil menunggu tengah malam, kami minum dulu di angkringan, dan nggak lupa hal terpenting dari setiap perjalanan adalah “FOTO”. Makasih buat Mas Ismed yang sudah mau meladeni kenarsisanku.

@Mbak Atik dan Mas Bayu: Selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga samara.
@Mas Martinus dan keluarga: Aku pengen makan banyak, tapi perutku mual, hiks :(
@Kak Seto: hiks.. kau selalu memanggilku “elek”. Penganiayaan terhadap kaum minoritas.
@Mas Wahyu: makasih sudah mau menjemput dan mengantarkan aku pulang
@Grup Cartenz: Makasihhh udah ngajak aku ^_^

Kisah KopLer di Jogja


Sebenarnya cerita ini sudah berlangsung lebih dari sebulan lalu, tepatnya  tanggal 22-24 Januari 2011 dalam rangka jalan-jalan liburan semester. Biasanya aku naik gunung, tapi tidak kali ini. Alasannya masih sama:  nggak ada teman cewek yang bisa diajak menikmati rimba. Ahh, sebuah permasalahan yang belum bisa kutemukan penyelesaiannya sampai sekarang. Akhirnya kuputuskan saja untuk ikut acara ini (meski sedikit dipaksa Uyun).
Sabtu menjelang siang kami sudah berkumpul ramai sekali di dalam gerbong KA Logawa. Kami memilih naik kereta karena harga tiketnya relatif lebih murah daripada bus, apalagi kami melilih KA ekonomi yang cocok untuk mahasiswa seperti kami. Kami berangkat berdelapan: aku, Uyun, Cindy, Intan, Yohanes, Mz Suneo, Fajar, dan Mas Hendro. Di Jogja, Wulan yang lebih dulu datang sudah menunggu kami. Hari itu gerbong tempat kami duduk sangat sepi. Hanya ada beberapa penumpang, penjaja makanan yang tidur, dan kegaduhan-kegaduhan yang kami timbulkan. Serasa naik kereta wisata eksekutif saja. Hehe…
Malam pertama di Jogja kami habiskan untuk menikmati pasar malam (sekaten) di alun-alun utara dan jalan-jalan di sekitar Malioboro. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan pasar malam, terlalu bising, dan tidak menghibur (setidaknya itu menurutku), karena itu aku memutuskan untuk memisahkan diri dan membeli semangkuk wedang ronde di tempat yang agak sepi. Hangat dan nikmat. Tiba-tiba aku terbawa perasaan lagi, tentang sesuatu di tempat itu beberapa tahun lalu…. Hmm….
Sepulang jalan-jalan bukannya istirahat kami malah mengadakan “konferensi”, membahas daerah tujuan wisata esok hari. Ternyata sebuah perjalanan tanpa perencanaan memang membingungkan. Seolah-olah perjalanan itu tiada artinya. Untung saja pertengahan malam itu sebuah keputusan diambil: carter mobil dan sopirnya untuk pergi ke Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis. Senang akhirnya semua menjadi jelas meskipun aku tidak turut serta. Aku memilih jalanku sendiri, yakni ke Purworejo. Ada hal-hal indah di sana yang membuatku ingin mengunjunginya. Maafkan aku yang tak bisa ikut merasakan ketakutan kalian saat berhadapan dengan banjir lahar dingin.
Akhirnya kami pun tetap pulang bersama pada Senin pagi dengan Sri Tanjung yang sumpek. Mungkin memang dasarnya aku ini tak suka keramaian atau apa ya, sehingga lagi-lagi aku memisahkan diri dari teman-teman dan duduk menyendiri. Niatnya sih tidur, tapi lama kelamaan penumpang semakin banyak, dan aku tidak punya kesempatan untuk pindah. Mau tidak mau aku duduk di kursi dengan bermacam-macam orang. Adam mas-mas perwakilan pekerja yang habis mendatangi acara di Bandung, ada ibu muda dengan bayinya, ada wanita setengah baya yang mencintai profesinya, dan ada kakek yang hendak mengantar cucunya ke Sidoarjo. Asiknya lagi aku terlibat banyak pembicaraan dengan mereka. Semoga keberbauran membawa diri ini kepada ilmu dan manfaat.
“Rek, aku pulang, Assalamualaikum,” kataku sambil melangkah ke dalam angkot yang akan membawaku pulang ke Sidoarjo. Kami berpisah dengan senyum dan kenangan yang terajut sejak dari stasiun Wonokromo, Jogja. hingga ke Wonokromo lagi. Aku akan merindukan saat-saat itu lagi.