15 April 2009
Bayang-bayang
Lagi-lagi kok Penanggungan sih...
Kenapa bukan gunung yang lain?? Bukannya saya tidak ingin mendaki gunung yang lain yang memiliki kekhasan panorama tersendiri. Namun, sepertinya susah sekali mewujudkan itu. Di satu sisi keinginan itu ada, tapi di sisi lain tentu saja ada yang menghalangi. Saya baru saja mengenal dunia pendakian. Saya begitu menikmatinya sehingga terkadang saya egois mendahulukan keinginan mendaki saya ini. Terkadang saya memaksa agar bisa mendaki ke mana saya ingin mendaki. Ada larangan dari orang tua, saya tetap packing serta merayu-rayu agar diperbolehkan mendaki. Tidak ada dana, pas-pasan pun saya berangkat. Seolah-olah saya harus mengorbankan hal-hal di sekitar saya untuk mendaki.
Kata orang dengan mendaki kita akan semakin menghargai kebesaran Tuhan. Semakin memiliki jiwa santun, kebersamaan yang dalam, dan minimnya sifat egois yang dimiliki. Tapi bagaimana dengan saya? Sudahkah kriteria kebaikan itu melekat di diri saya. Ataukah mendaki itu justru membuat saya semakin menjauh dari-Nya? Semoga saja tidak!
Jumat siang itu (10 April 2009)saya dan dua orang teman kembali ke gundukan lancip itu. Menapaki tanah-tanah basah yang telah kering menjadi keras dan berdebu. Pepohonan yang jarang di jalur itu tak banyak membantu kami. Alhasil gunung yang biasa saya kunjungi sekitar empat jam dari desa hingga puncak kini kami tempuh hampir enam jam. Berangkat sekitar pukul dua siang, dan kami tiba sekitar pukul 8 malam. Apakah kaki yang tak kuat atau semangat yang melemah. Hanya karena Tuhan sedikit menambah kadar ultraviolet yang masuk ke bumi kami sudah sempoyongan. Bagaimana kelak jika Tuhan berbaik hati menghadiahkan manusia ultraviolet dalam kadar tinggi?
Gunung ini tidak tinggi, ganya 1656 m dari pemukaan air laut. Keindahan panorama di puncaknya pun tak bisa dibandingkan dengan gunung-gunung lain yang lebih tinggi. Tak ada hamparan awan putih di pagi hari. Tak banyak yang mempesonakan mata rakus ini. Kenapa saya mengatakan rakus? Karena dia memang rakus! Berkali-kali menjelajahi keindahan alam bumi pertiwi tapi tak pernah puas dan selalu minta lagi. Tapi dia jeli, bisa membedakan mana yang indah dan mana yang tidak. Jarang sekali seorang yang mendaki dapat melihat bayangan dari gunung yang ia daki. Tapi berbeda dengan Penanggungan, kala pagi datang dan lentera itu bergerak perlahan ke atas langit, maka bayangan segitiga Penanggungan dapat kita saksikan di sisi barat, melindungi pemukiman dari datangnya terang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar