TNBTS, 2 dan 3 Mei 2009
Menjelang Isya kami baru tiba di desa Ranupani, rumah Bu Nunuk tepatnya. Setelah shalat teman-teman PALAPA langsung mempersiapakan peralatan yang dibutuhkan untuk acara nobar tersebut di balai desa setempat, tepatnya di belakang Rumba (Rumah Baca). Aku, Mz Hero, dan Mz Dhoi masih asik menghangatkan diri di rumah Bu Nunuk. Setelah acara dimulai barulah kami ke sana dengan berbekal sleeping bag, maklum udara sangat dingin.
Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Agaknya terlalu malam memutar film yang berdurasi dua jam di desa yang udaranya sangat dingin tersebut. Awalnya balai desa tersebut dipenuhi warga mulai dari yang kecil, pemuda-pemudi, hingga yang tua-tua. Mereka begitu antusias melihat film Laskar Pelangi tersebut walau udara dingin begitu menusuk. Kadang mereka tertawa, kadang ada sepi, kadang juga ada suara rengekan anak kecil yang mengantuk. Di atas pukul 21.00 WIB satu persatu warga mulai berjalan pulang. Maklumlah hari sudah malam dan mereka harus beristirahat. Kebiasaan di desa tidak sama dengan kebiasaan di kota yang warganya bisa nonton film atau kelayapan hingga larut malam. Hingga film tersebut berakhir terhitung masih ada sekitar 17-an warga yang masih bertahan. Harapan PALAPA, khususnya, dan harapan kami, umumnya, semoga acara ini bisa menambah semangat belajar anak-anak Ranupani, dan semangat untuk terus melanjutkan pendidikan seperti tokoh Lintang yang selalu bersemangat pergi ke sekolah walau rumahnya sangat jauh dan jarak itu ditempuhnya dengan bersepeda melewati berbagai halangan.
Dan malam itu kami terlelap dalam sleepeing bag masing-masing. Zz..zzZzz….!
Esok paginya kami ber-11 berjalan-jalan ke danau/ Ranupani dan Ranu Regulo. Waktu ke Ranu Regulo kami tak melewati jalan biasanya. Jadi kami mengambil arah menaiki bukit dan akhirnya agak nyasar-nyasar dikit. Namun untungnya pemandangan yang kami dapat begitu indah. Jadi lumayanlah untuk mengobati lelah kami. Setelah di atas bukit ternyata tidak ada jalan turun ke arah danau. Dengan nekat karena kami tidak mau "balik kucing" kami menuruni bukit itu ke arah danau sambil sedikit "nyasak-nyasak". Padahal waktu itu aku memakai rok yang tidak longgar! Susahnya melewati semak-semak kala itu. namun bersyukur kami semua menikmati perjalanan itu, hitung-hitung olahraga jelajah alam.
Sore itu setelah Ashar Pak Khobir selaku kepsek SMAN 4 Probolinggo melepas kepergian kami ber-14 ( PA SMAN 4, JPers Sby, dan 2 guru pembina PA) ke desa Ranupani di kaki Gunung Semeru untuk melaksanakan agenda kegiatan “Nobar Laskar Pelangi” yang digagas oleh teman-teman PALAPA (Penggiat Alam SMAN 4). Waktu pemberangkatan ini ngaret satu jam dari jadwal semula. Dan hal ini berdampak pada waktu tempuh kami menuju ke sana.
Karena kurang terbiasa dengan medan jalan naik turun dan menikung di sepanjang perjalanan agaknya perjalanan jadi lebih lambat. Mungkin juga ada faktor dari kendaraan yang tidak bisa diajak kompromi. Apagi ketika kami memasuki kawasan lautan pasir Bromo. Nampaknya teman-teman semakin kesusahan. Tidak jarang si driver menyuruh penumpangnya untuk turun dan berjalan kaki. Namun, tidan begitu dengan aku yang dibonceng mz Hero dengan motor warna-warninya. Dia melesat cepat seolah driver handal dan nampaknya Mz Hero sangat menikmatinya. Aku?? Ya… aku tak bisa bohong kalau agak takut juga dengan cara menyetir mz Hero yang ngebut dan meliuk-liuk. Dan aku hanya bisa pasrah. Namun jujur aku menikmati juga sensasi menyenangkan dan menegangkan itu.
Menjelang Isya kami baru tiba di desa Ranupani, rumah Bu Nunuk tepatnya. Setelah shalat teman-teman PALAPA langsung mempersiapakan peralatan yang dibutuhkan untuk acara nobar tersebut di balai desa setempat, tepatnya di belakang Rumba (Rumah Baca). Aku, Mz Hero, dan Mz Dhoi masih asik menghangatkan diri di rumah Bu Nunuk. Setelah acara dimulai barulah kami ke sana dengan berbekal sleeping bag, maklum udara sangat dingin.
Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Agaknya terlalu malam memutar film yang berdurasi dua jam di desa yang udaranya sangat dingin tersebut. Awalnya balai desa tersebut dipenuhi warga mulai dari yang kecil, pemuda-pemudi, hingga yang tua-tua. Mereka begitu antusias melihat film Laskar Pelangi tersebut walau udara dingin begitu menusuk. Kadang mereka tertawa, kadang ada sepi, kadang juga ada suara rengekan anak kecil yang mengantuk. Di atas pukul 21.00 WIB satu persatu warga mulai berjalan pulang. Maklumlah hari sudah malam dan mereka harus beristirahat. Kebiasaan di desa tidak sama dengan kebiasaan di kota yang warganya bisa nonton film atau kelayapan hingga larut malam. Hingga film tersebut berakhir terhitung masih ada sekitar 17-an warga yang masih bertahan. Harapan PALAPA, khususnya, dan harapan kami, umumnya, semoga acara ini bisa menambah semangat belajar anak-anak Ranupani, dan semangat untuk terus melanjutkan pendidikan seperti tokoh Lintang yang selalu bersemangat pergi ke sekolah walau rumahnya sangat jauh dan jarak itu ditempuhnya dengan bersepeda melewati berbagai halangan.
Dan malam itu kami terlelap dalam sleepeing bag masing-masing. Zz..zzZzz….!
Esok paginya kami ber-11 berjalan-jalan ke danau/ Ranupani dan Ranu Regulo. Waktu ke Ranu Regulo kami tak melewati jalan biasanya. Jadi kami mengambil arah menaiki bukit dan akhirnya agak nyasar-nyasar dikit. Namun untungnya pemandangan yang kami dapat begitu indah. Jadi lumayanlah untuk mengobati lelah kami. Setelah di atas bukit ternyata tidak ada jalan turun ke arah danau. Dengan nekat karena kami tidak mau "balik kucing" kami menuruni bukit itu ke arah danau sambil sedikit "nyasak-nyasak". Padahal waktu itu aku memakai rok yang tidak longgar! Susahnya melewati semak-semak kala itu. namun bersyukur kami semua menikmati perjalanan itu, hitung-hitung olahraga jelajah alam.
Setibanya di Ranu Regulo kami langsung foto-foto. Termasuk foto khusus JPers. Tidak kuduga Mba Devim dan Mz Doi begitu jahilnya langsung menarikku dan menceburkanku ke danau tersebut. Terjadi adegan tarik menarik di antara kami. Teman-teman dan guru SMAN 4 hanya melihat dan tertawa. Sesekali mereka mengambil gambar kegilaan kami. Jadi deh mereka menjahili aku dan menceburkanku sebanyak tiga kali di danau tersebut.
Setelah dari Ranu Regulo kami beranjak kembali ke rumah bu Nunuk. Berharap sampai di sana aku segera berganti pakaian dan makan pagi dengan nasi hangat. Badanku sudah kedinginan gara-gara ulah mereka. Namun tidaku kusangka, ketika aku tiba di depan balai desa Ranupani Mz Hero datang dan langsung menarikku ke danau Pani (Ranupani). Aku meronta-ronta sekuatnya, tapi Mz Doi dan Mba Devim malah membantu Mz hero menjahiliku lagi. Hikkkss.... dua kali diceburin di Ranupani. Total pagi itu aku mandi di danau sebanyak lima kali. Dingiiinnnn....!!! Tak rela dengan perlakuan Mz Hero aku, Mba Devim dan Mz Doi mengambil lumpur dan mengotori Mz Hero yang kayaknya juga belum mandi.
Setelah dari Ranu Regulo kami beranjak kembali ke rumah bu Nunuk. Berharap sampai di sana aku segera berganti pakaian dan makan pagi dengan nasi hangat. Badanku sudah kedinginan gara-gara ulah mereka. Namun tidaku kusangka, ketika aku tiba di depan balai desa Ranupani Mz Hero datang dan langsung menarikku ke danau Pani (Ranupani). Aku meronta-ronta sekuatnya, tapi Mz Doi dan Mba Devim malah membantu Mz hero menjahiliku lagi. Hikkkss.... dua kali diceburin di Ranupani. Total pagi itu aku mandi di danau sebanyak lima kali. Dingiiinnnn....!!! Tak rela dengan perlakuan Mz Hero aku, Mba Devim dan Mz Doi mengambil lumpur dan mengotori Mz Hero yang kayaknya juga belum mandi.
Sekitar pukul 11 siang kami pamitan pulang kepada Bu Nunuk dan Pak Ingot. Kalau kemarin kami berangkat lewat Bromo kali ini kami pulang lewat Senduro, Lumajang sembari menikmati lebatnya hutan dan pohonan tinggi yang berkanopi-kanopi. Saat itu aku ngantuk sekali.... Tak lama kemudian aku tertidur. ZZ...zzzZZ..ZZ...!
hattrick.. congrats
BalasHapushuuhh... memalukan sekali
BalasHapusmalesi