Ini kisah nyata. Nama dan tempat disamarkan demi nama baik para pelaku.
Saya sudah lama mendengar cerita tentangnya. Tentang salah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi yang berazazkan Islam. Panggil saja Sri. Saya tahu banyak tentang dia dari seorang sahabat yang juga kuliah di sana, bahkan satu kamar asrama dengannya. Demi kepentingan cerita sebut saja nama sahabat saya Surti. Kemarin saat saya mengunjungi Surti di rumahnya ia banyak cerita tentang Sri. Memang sudah lama sekali cerita mengenai Sri tidak saya dengar. Terakhir saya masih ingat bahwa Sri sering sekali diam-diam keluar malam dengan pacarnya, sebut saja namanya Pras. Mereka pergi ke banyak tempat menghabiskan waktu-waktu bersama. Ke mall, ke taman, ke tempat wisata,dan ke banyak tempat lain di mana dua insan yang dimabuk cinta merasa nyaman. Dan Sri selalu menceritakan kebersamaannya dengan Pras kepada Surti dan enam orang teman sekamar di asrama tersebut. Memang mereka berdelapan sudah seperti saudara sejak setahun yang lalu.
Suatu hari Surti dkk kaget melihat Sri pulang dalam keadaan menangis. Wajahnya sampai terlihat pucat. Mata dan hidungnya berwarna merah. Sepertinya Sri benar-benar tertekan malam itu. Pasti karena suatu hal dan semua temannya sudah tahu itu pasti tentang Pras. Akhir-akhir ini mereka berdua sering bertengkar hebat. Masalahnya? Karena Pras tidak mau lepas dari Sri. Ia ingin memiliki Sri, sedangkan Sri sendiri sudah tidak mau dengannya. Yang teman-teman Sri tahu hanyalah karena Sri sudah punya pacar lain. Itu saja, tidak lebih.
"Sur, tolong Sri tolong!!" sebuah teriakan keras mengagetkan Surti. Setelah ditolehnya, ia baru tahu bahwa Sri yang tadi menangis kini sedang memegang pisau tajam yang siap mengiris kulit dan nadinya. Semua orang di kamar itu langsung mencegah Sri bunuh diri. Mereka berhasil. Sri selamat walaupun kulitnya sedikit terluka. Sri langsung pingsan di tempat. Surti yang dulunya aktif di PMR dengan sigap berusaha menyadarkan Sri, begitu juga teman-temannya yang lain juga berisaha membantunya.
"Emoh... jahat.. jahat...!" teriakan keras berulang-ulang keluar dari mulut Sri. Matanya tetap terpejam. Ia meronta sekuat tenaga. Kulit tubuhnya terasa sangat dingin. Teman-temannya sadar ia sedang kesurupan. Beruntung teman-teman Sri ini pandai soal agama. Dan Sri selalu kesurupan tiap malam lima hari berturut-turut. Bahkan hari terakhir ustad dari kampus tersebut yang menangani Sri karena teman-teman dan para pendamping mahasiswa baru sudah tak sanggup lagi menanganinya.
Teman-teman Sri sadar ada sesuatu permasalahan besar yang dialami Sri hingga ia nekat dan begitu tertekan. Setelah didesak barulah Sri mengaku. Itupun dengan tangis menanggung malu. Ternyata hubungannya dengan Pras sudah begitu parah. Kisah percintaan mereka yang melebihi batas memang sudah sering didengar teman-temannya. Namun ucapan Sri mengenai dirinya sudah sering berhubungan seksual dengan Pras tetap saja mengguncang teman-temannya. Mereka tidak menyangka bahwa Sri bisa rela menyerahkan kehormatannya untuk seseorang yang bukan suaminya. Dan yang membuat Sri lebih terpukul lagi adalah sikap Pras yang memberitahukan hubungan mereka kepada kedua orang tua Sri. Otomatis kedua orang tua yang malang itu marah besar.
Kini Sri sudah minggat dari rumah. Ia tidak mau dinikahkan dengan Pras. Ia benar-benar membenci Pras karena menurutnya alasan Sri mau memenuhi hasrat seksual Pras tidak lebih karena ingin menolong pras dari penyakit kangker otaknya, bukan karena cinta. Ya Pras mengaku sedang terapi untuk menyembuhkan kangker otaknya. Dia tidak boleh tertekan atau kebanyakan pikiran karena akan membuat sia-sia terapinya. Itulah alasan Sri. Dan sekarang Sri kecewa karena Pras telah sembuh tapi tidak pernah mengatakannya, juga karena sikap gegabahnya melaporkan perbuatan intim keduanya kepada orang tua Sri. Sri merasa hidupnya benar-benar hancur. Ia telah jauh dari pacarnya, keluarganya, juga Tuhannya.
Di manapun kamu Sri semoga kamu dapat kembali ke jalan yang benar. Allah Maha Pengampun atas segala dosa. Amin.
Saya sudah lama mendengar cerita tentangnya. Tentang salah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi yang berazazkan Islam. Panggil saja Sri. Saya tahu banyak tentang dia dari seorang sahabat yang juga kuliah di sana, bahkan satu kamar asrama dengannya. Demi kepentingan cerita sebut saja nama sahabat saya Surti. Kemarin saat saya mengunjungi Surti di rumahnya ia banyak cerita tentang Sri. Memang sudah lama sekali cerita mengenai Sri tidak saya dengar. Terakhir saya masih ingat bahwa Sri sering sekali diam-diam keluar malam dengan pacarnya, sebut saja namanya Pras. Mereka pergi ke banyak tempat menghabiskan waktu-waktu bersama. Ke mall, ke taman, ke tempat wisata,dan ke banyak tempat lain di mana dua insan yang dimabuk cinta merasa nyaman. Dan Sri selalu menceritakan kebersamaannya dengan Pras kepada Surti dan enam orang teman sekamar di asrama tersebut. Memang mereka berdelapan sudah seperti saudara sejak setahun yang lalu.
Suatu hari Surti dkk kaget melihat Sri pulang dalam keadaan menangis. Wajahnya sampai terlihat pucat. Mata dan hidungnya berwarna merah. Sepertinya Sri benar-benar tertekan malam itu. Pasti karena suatu hal dan semua temannya sudah tahu itu pasti tentang Pras. Akhir-akhir ini mereka berdua sering bertengkar hebat. Masalahnya? Karena Pras tidak mau lepas dari Sri. Ia ingin memiliki Sri, sedangkan Sri sendiri sudah tidak mau dengannya. Yang teman-teman Sri tahu hanyalah karena Sri sudah punya pacar lain. Itu saja, tidak lebih.
"Sur, tolong Sri tolong!!" sebuah teriakan keras mengagetkan Surti. Setelah ditolehnya, ia baru tahu bahwa Sri yang tadi menangis kini sedang memegang pisau tajam yang siap mengiris kulit dan nadinya. Semua orang di kamar itu langsung mencegah Sri bunuh diri. Mereka berhasil. Sri selamat walaupun kulitnya sedikit terluka. Sri langsung pingsan di tempat. Surti yang dulunya aktif di PMR dengan sigap berusaha menyadarkan Sri, begitu juga teman-temannya yang lain juga berisaha membantunya.
"Emoh... jahat.. jahat...!" teriakan keras berulang-ulang keluar dari mulut Sri. Matanya tetap terpejam. Ia meronta sekuat tenaga. Kulit tubuhnya terasa sangat dingin. Teman-temannya sadar ia sedang kesurupan. Beruntung teman-teman Sri ini pandai soal agama. Dan Sri selalu kesurupan tiap malam lima hari berturut-turut. Bahkan hari terakhir ustad dari kampus tersebut yang menangani Sri karena teman-teman dan para pendamping mahasiswa baru sudah tak sanggup lagi menanganinya.
Teman-teman Sri sadar ada sesuatu permasalahan besar yang dialami Sri hingga ia nekat dan begitu tertekan. Setelah didesak barulah Sri mengaku. Itupun dengan tangis menanggung malu. Ternyata hubungannya dengan Pras sudah begitu parah. Kisah percintaan mereka yang melebihi batas memang sudah sering didengar teman-temannya. Namun ucapan Sri mengenai dirinya sudah sering berhubungan seksual dengan Pras tetap saja mengguncang teman-temannya. Mereka tidak menyangka bahwa Sri bisa rela menyerahkan kehormatannya untuk seseorang yang bukan suaminya. Dan yang membuat Sri lebih terpukul lagi adalah sikap Pras yang memberitahukan hubungan mereka kepada kedua orang tua Sri. Otomatis kedua orang tua yang malang itu marah besar.
Kini Sri sudah minggat dari rumah. Ia tidak mau dinikahkan dengan Pras. Ia benar-benar membenci Pras karena menurutnya alasan Sri mau memenuhi hasrat seksual Pras tidak lebih karena ingin menolong pras dari penyakit kangker otaknya, bukan karena cinta. Ya Pras mengaku sedang terapi untuk menyembuhkan kangker otaknya. Dia tidak boleh tertekan atau kebanyakan pikiran karena akan membuat sia-sia terapinya. Itulah alasan Sri. Dan sekarang Sri kecewa karena Pras telah sembuh tapi tidak pernah mengatakannya, juga karena sikap gegabahnya melaporkan perbuatan intim keduanya kepada orang tua Sri. Sri merasa hidupnya benar-benar hancur. Ia telah jauh dari pacarnya, keluarganya, juga Tuhannya.
Di manapun kamu Sri semoga kamu dapat kembali ke jalan yang benar. Allah Maha Pengampun atas segala dosa. Amin.