16 Agustus 2010

Malam-malam Kita


Setiap perginya senja, rindu-rindu segera datang menggantikan indahnya. Bayangmu enggan pergi bersama senja padahal gelap segera mengaburkanmu seiring lunturnya warna-warna terang yang melumuri tetembok dan tiang listrik.
"Bayanganku terperangkap di sayu matamu, memanjang waktu," bisikmu padaku ketika itu.

Malam menua bersama keheningannya. Sayang kelebat mimpi tak mampu bawa aku lebih lelap. Bayangmu kian nyata, mengajakku menyusuri setapak masa lalu, pada malam-malam kita yang sempurna.

Dago, tengah malam, Agustus 2009 :
Tanpa kata, hanya langkah, juga genggaman tangan. Pun tak ada tempat untuk penjaja bunga. Tak terasa kita berada setahun setelahnya.

Ranu Kumbolo, 20.00 WIB, Desember 2009:
Apa yang lebih nikmat dibanding pedasnya kentang goreng campur yang kita masak berdua? Di pintu tenda yang menjadi dingin, angin malam berbisik iri. Dan kita semakin larut dalam pembicaraan hangat yang tak ingin aku lupakan.

Cemoro Lawang, Bromo, Juni 2010:
Desa yang berkelilingkan bebukitan itu tahu kita sama diam di teras rumah samping jalan. Selalu tanpa kata seperti malam-malam sebelumnya. Hanya gemeretuk gigi menahan gigil berbaur dengan renyahnya kacang goreng sedikit ramaikan malam kita. Mungkinkah waktu itu hatimu seperti hatiku?
"Tunggu aku ya..," begitu katamu.


...........


:: Sebuah pelukan, kecupan di kening, dan isakan tangis pada malam di Juli itu akhiri jumpa kita tahun ini ::


Aku percaya senja selalu hadirkan malam-malam sempurna untuk pencintanya, juga untukmu kekasihku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar