Foto-foto bisa dilihat di sini.
Jumat, 15 Agustus 2008
Sesuai rencana trip Merah Putih bareng JPers ke G.Merapi, pukul 22.50 WIB kami berenam: Nurul, Mz Kohan, Mz Hero, Mz Wahyu, Mz Doi, dan Mz Gentong berangkat dari Terminal Bungurasih Surabaya menuju Terminal Giwangan Yogyakarta naik Bus Mira dengan tarif Rp36.000,- perorang. Sebenarnya tim Jatim berjumlah sebelas orang, yang empat orang, yaitu Ayah Mey, Mey, Devim, dan Konde berangkat dari Probolinggo, dan seorang lagi, Mz Tovik, berangkat dari Malang. Kami sepakat bersua di Terminal Giwangan.
Sabtu, 16 Agustus 2008
Di dalam bus aku sempat menulis ini:
Tahukah engkau kawan
Aku di sini
Dalam sebuah ruang yang bergerak maju
Angin malam menerpaku, kurasakan dingin
Hanya tawa teman seperjalanan memberi hangat di hati
Kawan…
Senyumku mengembang saat kutahu jarakku denganmu semakin berkurang
Dalam hentakan-hentakan ricuh bayangmu muncul perlahan
Saat itu akan segera tiba…
Ingin rasa kupacu mesin ini lebih cepat
Agar lebih cepat pula ku bersua denganmu
Dadaku bergetar…
Hatiku deg-degan…
Oh kawan…
Ternyata aku telah sangat merindukanmu
(Bus Mira, 16 Agustus ’08, 02:03 WIB)
Pukul 04.35 WIB tim Surabaya tiba di terminal. Hmmm… Jogja I’m coming..!! Hatiku deg-degan lhoo…!! Kami menunggu tim Jatim yang lain dan Mz Eko JPers Jogja yang akan menjemput kami di Musholla sembari beristirahat. Tidak lama kemudian Mz Tovik datang, sejam kemudian disusul tim Mba Devim. Kami tinggal menunggu Mz Eko untuk menuju ke Selo. Kami sarapan dan mutur-muter dulu di sekitar terminal dan akhirnya nyangkut di pasar, hihihi….
Menuju Selo
Pukul 09.32 WIB kami, tiga belas Jpers, naik bus jurusan Magelang turun di Blabak @ Rp 7.000,- dan tiba di Blabak pukul 10.55 WIB. Tiba di Blabak kami tidak langsung melanjutkan ke Selo. Teman-teman sedang berusaha mencari kendaraan dengan tarif yang tidak terlalu mahal untuk mengangkut kami ke Selo. Pukul 11.45 kami melaju ke Selo nyatar lyn Rp 175.000,-, sempat terkendala masalah transportasi ke Selo, tapi bisa diatasi dengan mudah, jadi kami bisa tiba di Selo pukul 13.00 WIB dan membayar retribusi sebesar Rp 4.000,-/org. Di sana sudah ada Mz Cempluk dan seorang temannya.
Lomba Untuk Bocah-bocah Selo
Sesuai titah Komandan Obie, karena kendala yang dialami tim Jakarta selama di perjalanan menuju Jogja, kami yang sudah tiba di Selo segera membuat beberapa perlombaan untuk adik-adik di desa Selo. Ada tiga perlombaan: makan kerupuk, memindahkan kelereng dengan sendok, dan memasukkan paku ke dalam botol. Walaupun sangat sederhana ternyata mereka benar-benar antusias, mereka adik-adik kecil yang lucu dan lugu berebut mendaftarkan diri dan temannya dalam perlombaan. Perlombaan pun berjalan dengan meriah walaupun ada yang menangis karena kalah, hihi.. itulah anak-anak..!
Setibanya Tim Jakarta
Sudah sangat sore ketika tim Jakarta tiba di Selo. Kami teman seperjalanan ini sudah sangat khawatir, dan adik-adik desa Selo yang lugu ini sudah ribut menanti hadiah yang dijanjikan Komandan Obie. Perlahan tapi pasti… bus itu mendekat, adik-adik bersorak bahagia. Hmmm…. Prosesi pembagian hadiah dimulai. Semua anak, mulai dari yang juara sampai yang kalah, mendapat hadiah dari Komandan. Kalau melihat muka-muka lugu itu, hmm.. damainya hati ini..
Pendakian-- Pasar Bubrah
Pukul 19.30 kami mulai pendakian dari New Selo. Banyak pendaki-pendaki dari daerah lain yang telah berangkat duluan, yang belakangan juga banyak. Trek Merapi diawali dengan jalan setapak berdebu di samping ladang-ladang penduduk. Ramainya pendaki yang naik ternyata unik juga, apalagi pas ada tanjakan yang lumayan berat, wah.. antri deh. Ada juga trek berpasir seperti pasir Semeru, kemudian didominasi trek berbatu yang semuanya menanjak sampai Pasar Bubrah. Mendekati Pasar Bubrah kami mendaki Puncak Semu, treknya bebatuan lepas tapi masih lumayan enak dipijak disertai angin yang sangat kencang dan juga kabut. Pukul 23.30 tibalah kami di Pasar Bubrah lalu mendirikan tenda terus Zz…ZZzz….
Gerhana Bulan
Seperti kabar dari teman-teman di milist, memang benar malam itu terjadi gerhana bulan. Tapi karena angin malam sangat kencang dan dingin aku cuma sesekali mengintipnya dari balik tenda. Aku setenda dengan mas Cempluk, mas Arief, mas Bagas, dan mb Shanty. Di dalam tenda kami bercanda dan bercerita banyak hal. Inilah pertemanan yang hangat. Purnama total menjelang pagi, dan itupun kata teman-teman. Saya tidak tahu. Saya tidur sangat lelap.
Hmm..tak terasa, pagi datang begitu cepat. Di luar sudah ramai teriakan-teriakan tak jelas. Aku pun segera membuka jendela tenda, dan wowwww….!! Langit jingga merekah di ufuk timur, sunrise akan segera muncul menyapa kami. Teman-teman langsung hunting foto dari segala penjuru yang dianggap strategis. Seperti biasa, aku hanya jadi foto modelnya (hehe). Dari punggungan bukit sebelum Pasar Bubrah kami nikmati sunrise. Subhanallah… indahnya… Di sebelah timur kulihat langit yang memerah jingga dan bintang itu memancar perlahan menghangatkan bumi Merapi, jurang-jurang Merapi yang menghijau lumut dan nampak dingin terbias sinar yang perlahan menyapanya. Sebelah Utara tampak Gunung Merbabu sejelas-jelasnya, dataran tinggi yang berselimut awan, juga Telomoyo. Nun jauh di sisi barat ada G. Sindoro - Sumbing. Sebelah Barat:. Di sebelah selatan Ada Puncak Merapi berbatu yang memanggil-manggil untuk segera dicumbu.
Puncak Garuda
Selepas menikmati sunrise yang hangat rombongan kami segera bersama-sama melangkahkan kaki ke gundukan batu yang di sana terdapat puncak garuda. Tak lama menuju ke sana , hanya saja kami harus mengantri. Maklum di saat seperti ini ratusan pendaki pasti ingin mengibarkan sang saka dari ketinggian. Antrian tak hanya dari orang-orang yang mau ke puncak, tapi juga dari orang-orang yang mau turun dari puncak. Jalanan berbatu itu sungguh menjadi lebih berdebu.
Rencana awal kami akan mengadakan upacara bendera, tapi tidak di puncak. Jadi di atas kami hanya mengabadikan momen-momen berharga yang belum tentu terulang lagi. Kami panjati batuan, kami pandangi semesta, kami bisikkan syukur, juga doa agar bumi persada ini tetap damai makmur sepanjang masa.
Upacara Bendera bersama Metro Tv
Di puncak kami tak lama, mungkin hanya satu jam. Kami bergegas turun ke pasar bubrah dan segera memulai upacara kemerdekaan sebelum siang datang dan para pendaki lain turun. Tidak disangka ada rombongan Metro Tv yang juga mendaki dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan. Maka kedua belah pihak saling bekerja sama. Upacara disiapkan sedemikian rupa mulai dari pembukaan, acara inti, pengibaran sang saka merah putih, juga nyanyian lagu kemerdekaan. Meski pada saat latihan terjadi beberapa kesalahan, waktu peliputan upacara sungguhannya nampak begitu khidmat. Puluhan orang berkumpul di pasar bubrah dan menancapkan betul Indonesia Raya di dadanya. Sangat khidmat.
Kembali ke Jogja
Gunung Merapi usai kami daki. Sampah-sampah yang kami temui di jalur pendakian sudah kami punguti. Segera setelah mandi dan bersih-bersih kami naik bus carteran yang dipakai teman-teman Jakarta menuju ke Jogja. Rencananya kami akan bermalam di Jogja, lalu esok harinya jalan-jalan sebentar. Di dalam bus yang terdengar hanya dengkuran orang-orang. Rupanya sebagian besar sudah tidur karena kelelahan. Aku pun ikut tidur. Tak lama kemudian tiba-tiba bus berhenti dan orng-orang ramai. Aku dah was-was ada apa gerangan, alhamdulillah hanya ban yang kempes. Kami yang tidak tahu menahu permasalahan ban dan sejenisnya hanya menunggu sambil bercanda. Setelah semuanya beres kami segera melanjutkan perjalanan ke Jogja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar