11 Agustus 2010

Menentukan Waktu Salat di Eropa Utara


Bismilaah…
Semoga saya tidak salah dalam menulis sedikit tentang hal ini. Saya baru belajar perihal menentukan waktu shalat di Eropa Utara dan berusaha mendalaminya karena saya dihadapkan pada permasalahan yang membuat saya bingung.

Juli lalu teman dekat saya terbang ke Copenhagen, Denmark. Awalnya ia mengikuti waktu salat daerah setempat, tapi lama kelamaan ia bingung karena saat itu pukul lima pagi matahari sudah tinggi dan baru terbenam sekitar pukul sebelas malam, bahkan kadang sampai pukul dua belas malam. Lalu ia bercerita pada saya, dan saya menyarankan untuk mengikuti waktu salat yang telah saya tetapkan untuknya dengan mengikuti waktu salat daerah ekuator yang sebujur dengan daerah di mana dia berada. Daerah-daerah yang membujur dari kutub utara sampai kutub selatan memiliki waktu yang sama, jika pukul 05.00 ya semua daerah itu pukul 05.00 walaupun ada perbedaan di gelap dan terangnya.


Mulanya ia bingung. Sama, saya juga bingung. Tapi saya sudah mempersiapkan hal tersebut jauh hari sejak jadwal keberangkatannya ditentukan. Ide itu muncul ketika saya ingin membantunya menetapkan waktu salat. Allah mengingatkan saya mengenai bukunya Bapak Agus Mustofa Tahajud Siang Hari Dhuhur Malam Hari yang pernah saya baca waktu SMA. Kebetulan dulu Bapak Agus Mustofa pernah datang ke sekolah dan menjelaskan maksud isi buku tersebut.

Kata Bapak Agus Mustofa, “Kita harus proposional dalam menyikapi waktu. Sebab, sebenarnya waktu berjalan bukan karena pergerakan matahari dan bulan. Matahari dan bulan hanya berfungsi untuk ‘menandai’ pergerakan waktu. Yang menjadi substansi adalah pergerakan waktu. Bukan pergerakan matahari ataupun bulan.” Dengan kata lain, sebenarnya kita bisa saja mengukur pergerakkan waktu dengan tidak berdasar pada pergerakan bulan dan matahari. Di zaman modern ini, jam adalah pengukur waktu yang bersifat universal. Di manapun Anda berada jam kita akan berputar dengan durasi yang sama. Bahkan kita bisa menyesuaikan dengan kondisi setempat.

Singkat kata waktu itu Bapak Agus Mustofa memberikan tiga solusi dalam menghadapi hal tersebut. Pertama, mengikuti pergerakan matahari seperti yang dicontohkan Rasulullah. Kedua, menggunakan acuan waktu berdasarkan daerah yang sebujur di ekuator. Ketiga, mohon maaf saya lupa. Dari ketiga hal tersebut saya memilih yang kedua karena lebih fleksibel. Begitu pula jadwal imsak di Ramadan ini untuknya.

Untuk teman saya itu, saya berusaha menetapkan waktu salatnya dengan bantuan waktu salat di daerah Afrika dan peta online. Copenhagen, Denmark insya Allah sebujur dengan Gabon, Norway sebujur dengan Nigeria, Sweden sebujur dengan Kongo, timurnya lagi sebujur dengan Republik Demokratik Kongo, dan terakhir St.Peterburg sebujur dengan Uganda. Insya Allah. Dari situ saya membuat daftar jadwal salat sesuai masing-masing daerah. Sebenarnya bukan membuat sih, tapi lebih kepada menyampaikan informasi kepada yang bersangkutan sesuai waktu daerah ekuator sehingga dia tinggal menggunakan data yang saya kumpulkan.

Menurut saya sebenarnya di zaman sekarang, kita tinggal melihat jam untuk menentukan waktu salat, mengingat sudah adanya kesepakatan waktu antarwilayah di belahan dunia ini, dan sama dengan daerah yang sebujur. Jadi, untuk menentukan waktu dzuhur ya kira-kira dimulai pukul 12 waktu setempat. Kalau imsak mengukurnya bagaimana? Bahaya kalau kelewat. Berarti kita harus mau mengakhiri sahur sedikit lebih awal, jangan mepet dengan waktu subuh. Insya Allah.

Inilah kemudahan yang ditawarkan Islam. Janganlah merasa Islam tidak cocok untuk daerah selain tropis. Islam itu fleksibel selama dalam menjalaninya kita memang benar-benar ingin menghadapkan diri kepada-Nya. Allah sudah menyiapkan jawaban atas hal-hal yang tidak kita ketahui di dunia ini. Pelan-pelan rahasia-rahasia itu mulai terbuka dan membuat kita terpesona.

Meski begitu saya takut salah juga. Waktu-waktu yang saya sampaikan ternyata juga dipakai oleh teman-temannya. Lha kalau saya salah bagaimana? Dosa-dosanya lari ke saya semua dong? Astaghfirullah... Semoga Allah Yang Maha Berilmu berkenan memberi ampunan atas keterbatasan kami, memberi petunjuk atas kebingungan kami, serta menambahkan ilmu kepada kami atas hal-hal yang belum kami ketahui. Amin.

Silakan baca kasus yang sama.

Sumber tambahan yang mungkin bisa menjelaskan lebih dalam :
  1. Islamic finder
  2. Blog Azwarti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar