19 Juli 2010

Pendakian Merbabu-Merapi (Bag.II)


Foto-foto bisa dilihat di sini.

Bagian II – Merapi jalur Selo
Kisahku bersama Dina, Dedi, Jupi, Dwi, Adip, Dito, dan Ikhwan

27 Desember 2008 Base Camp Selo Merapi

Dari desa Gesikan kami berjalan melewati setapak di antara ladang-ladang sekitar satu kilometer. Setelah menemukan jalan raya kami menumpang sebuah mobil pick up dan membayar Rp 15.000,- sampai di Selo. Di sini kami berpisah dengan Mz Uchit yang harus kembali ke Jakarta dan Mz Tovik yang harus kembali ke Malang karena masalah pekerjaan. Hikkss… Kami tidak lagi ber-13 dalam trip ini.


Di base camp Mz Amsi dan Mba Salma kembali mendatangi kami. Kami berbincang seakan sudah kenal sekian lama. Kami berbagi cerita dan foto. Hehe… Lalu lebih sore lagi Om Jarot menelponku dan mendatangi rombongan kami. Beliau datang bersama Mz Jarody. Aksi foto bersama pun kami lakukan. Dinginnya hujan sore itu seakan sirna oleh kehangatan rasa persaudaraan di antara kami.

Pukul 21.20 WIB Mz Amsi dan Mba Salma pamitan pulang. Lalu aku beranjak tidur meskipun teman-teman yang lain masih asik bermain kartu dan tertawa keras-keras. Aku harus tidur karena aku ingin naik ke Merapi. Sempat terjadi kebimbangan dalam diriku. Akankah aku mampu naik dengan fisik selemah ini. Mungkinkah nanti aku hanya mampu menyusahkan teman-temanku ini. Aku harus tidur.. aku harus sehat.. dan aku akan naik bersama mereka. Insya Allah.

28 Desember 2008
Mendaki Merapi yang Dingin

Pukul 00.10 WIB kami beranjak dari hangatnya SB dan bersiap-siap mendaki Merapi. Hanya kami berdelapan, sedangkan yang lain menunggu di base camp. Pukul 01.00 WIB kami melantunkan doa memohon perlindungan-Nya dalam pendakian ini dan melangkahkan kaki ini menuju puncak.
Alhamdulillah walau sejak siang tadi hujan mengguyur dan kabut menyelimuti, tapi malam itu bintang-bintang masih dapat kami lihat kerlipnya. Kami mendaki santai saja. Mereka tahu kondisi fisikku tidak seberapa bagus. Mz Jupi selalu menanyakan bagaimana keadaanku. Terima kasih untuk perhatianmu kawan.
Saya sempat ditertawakan teman-teman karena mengatakan bahwa saya merasa tanjakan jalur itu tidak seterjal sekarang. Tapi memang benar itu yang saya rasakan.
Kata mereka, “Jangan pake perasaan, Rul. Merapi ya seperti ini”.
Emang Mungkin dulu karena banyak orang yang mendaki di
Jbener ya? Entahlah… saat Agustusan jadi medannya tidak begitu kuperhatikan.
Gunung Merbabu nampak indah sekali berhiaskan kilauan-kilauan di bawahnya.
Merapi juga indah, tentu saja dengan tanjakan-tanjakannya terjalnya.

Selepas Pos II angin begitu kencang, kabutnya tebal. Dingin begitu menusuk kulitku. Teman-teman selalu siaga membantuku, terutama Mz Dwi yang sedari tadi menarik dan memegangiku agar tidak terjatuh. Terima kasih saudara-saudaraku…!


Pasar Bubrah

tak ada sinar surya pagi itu
tak ada hangat sedikit menjengukku
hanya hamparan putih tak tersentuh
membawa dingin yang melukaiku
kutunggu ia mungkin akan segera berlalu
dan hanya bisu yang aku tahu

Tepat pukul 04.45 WIB kami tiba di Pasar Bubrah. Kabutnya begitu tebal dan angin masih kecang. Nampaknya tidak ada sunrise pagi ini. Kami bergantian melaksanakan shalat subuh dalam terpaan angin dingin. Kami menunggu pagi dan menyiapkan kamera. Dan benar saja, sunrise tak hendak menemui kami. Namun kami masih bisa berfoto-foto dengan panorama pagi yang indah. Subhanallah…

Aku enggan ke puncak karena kabut terlalu tebal. Aku tidak yakin ke puncak akan memberi kepuasan, dan juga aku pikir itu berbahaya mengingat medan ke puncak berbatu seperti itu. Tiga orang teman: Dina, Dedi, dan Mz Ikhwan yang belum pernah muncak ke Merapi bersikeras muncak. Karena tidak tega akhirnya Mz Jupi menemani mereka. Berangkat pukul 07.45 dan kembali pukul 10.20. Lama banget!!

Menunggu mereka yang ke puncak kami didera rasa lapar (hehe..), rasa dingin yang semakin menjadi, dan berisik karena Mz Adip bobo’ terus dan menimbulkan suara-suara yang ga nyaring, hehe… Antara sebel dan khawatir menunggu mereka. Kami takut terjadi apa-apa pada mereka. Semoga saja tidak. Amin. Dan syukurlah mereka kembali dengan selamat walaupun Dina sempat menangis karena sedikit kecelakaan. Ternyata mereka melewati jalur yang salah (makanya lama buangeet). Aku senang kawan kita bisa berkumpul lagi

Back to Base Camp
Pukul 11 siang kami kembali ke base camp. Baru saja turun kami sudah diguyur hujan sampai di New Selo. Pukul dua siang kami tiba di New Selo dan langsung menyantap soto hangat dan teh panas. Masya Allah… kakiku yang kemarin sakit gara-gara turun dari Merbabu sekarang dah nggak sakit lagi. Hehe…

Tiba di base camp kami langsung disuruh Mz Cempluk packing karena khawatir tidak ada angkutan tuk pulang ke Jogja. Aku bisa masuk angin nih. Hehe.. Untung dapatLbelum sempet ganti pakaian pinjeman kaos dari Mz Cempluk. Thanks Mz….

Gara-gara keceplosan ngomong, seorang cewek cantik yang sedang rebahan tiba-tiba bangun dan bertanya, “Kamu Nurul ya?”
Hwaaa….. aku kaget! “Iya Mbak,” jawabku,” Mba Hani ya?”
Dan benar itu Mba Hani dari milist Merbabu.com. kemudian aku juga berkenalan dengan Om Afandi, Mz Ajis, dan Mz Amar. Di luar base camp aku juga berkenalan dengan Om Kiting dan Mba Winda. Hihihih… lucu deh!

Tiba di base camp sekitar pukul 13.30 siang. Kami langsung packing karena mengejar angkutan agar bisa ke Jogja. Saat itu Selo ramai akan para pendaki dan masyarakat yang menyambut satu suro dengan acara sedekah gunung. Pukul 16.30 sore kami meluncur ke Boyolali dengan pick up Rp 120.000,- untuk 12 orang. Sekitar pukul 19.00-20.00 malam kami nebeng Pick up lagi dari Boyolali sampai pasar Prambanan. Kami Cuma memberi ucapan terima kasih sebesar Rp 10.000,00. Dilanjutkan naik trans Jogja @Rp 3.000,- tapi kami diturunkan paksa dengan alasan jam operasinya sudah habis (saat itu sekitar pukul 21.30). Jadi kami harus berjalan sekian kilometer di dalam kota (hikksss…) sampai asrama tempat Mz Eko tinggal. Tiba di asrama kira-kira pukul 22.10 WIB. Akhirnya aku bisa tidurrrrr….

2 komentar:

  1. lha mana ini yang di ranu kumbolo...pengen liat foto2nya...:)

    BalasHapus
  2. sudah diposting :D
    nonton ga kemarin di tipi?? hayooo

    BalasHapus