Seingat saya, dulu waktu SD, bu guru mengatakan kalau Sungai Kapuas adalah sungai yang terpanjang di Indonesia. Lalu saat SMP, guru Geografi saya juga pernah bilang sesuatu tentang Kapuas, kira-kira begini, “Kapuas itu lebar sekali, seberang tepinya saja hampir tidak terlihat”. Dan kini saaatnya saya membuktikan sendiri perkataan-perkataan itu.
Yap, setelah berjam-jam bergoyang-goyang di dalam mobil melewati jalanan rusak Sintang-Putussibau, sampailah kami di Suhaid. Di sini kami harus berganti alat transportasi dari mobil ke speed boat. Tujuan kami adalah Desa Teluk Aur yang berjarak +/- 90 km dari sini dan hanya bisa ditempuh selama 2 jam dengan speed boat 40 Pk.
Saya senang, setelah beberapa hari di Kalbar akhirnya bisa berhadapan langsung dengan Kapuas. Namun jujur sebenarnya saya takut. Permukaannya yang bergelombang menunjukkan bahwa arusnya begitu deras dan dalam. Saya tidak membayangkan bila tercebur ke sana. Akankah saya masih bisa selamat? Belum lagi guide saya bercerita pernah ada yang hanyut dan jasadnya tidak ditemukan, saya semakin takut. Ngeri!! Toh akhirnya saya tetap melangkah ke dalam speed boat, meski dengan menggunakan pelampung, dan segera berpegangan erat, berdoa, dan berharap semuanya akan aman dan lancar.
Tegang… Saya tegang saat boat mulai bergerak ke tengah sungai. Semakin lama kecepatan pun semakin ditambah. Boat bergerak kadang di tengah sungai, kadang sedikit menepi, kadang pindah ke tepi yang lain. Saya bingung kenapa tidak lurus saja, bukankah lebih aman. Dan ternyata di sungai pun ada jalurnya. Sang driver (driver apa motoris ya? Bingung, sopirnya dinamain apa? Hehe…) ternyata tidak main-main. Ia tahu kemana mengarahkan boatnya. Ibarat jalan aspal, sang driver berusaha menghindari jalan yang berlubang. Kira-kira seperti itulah.
Selain mengarungi lebar dan panjangnya sungai Kapuas, kami pun diajak merasakan sensasi berspeedboat di antara pepohonan/ hutan di pinggir-pinggir sungai Kapuas. Hal ini dilakukan dalam rangka potong jalur agar jarak tempuh semakin dekat. Nantinya kami akan bertemu lagi dengan Sungai Kapuas di kelokan yang berbeda. Hutan-hutan itu ternyata sudah ada pemiliknya. Biasanya ada papan nama sebagai tanda kepemilikan.
Selain itu saya juga menemukan fakta bahwa rata-rata penduduk yang tinggal di tepi sungai Kapuas adalah penganut agama Islam, termasuk Desa Teluk Aur yang hendak saya kunjungi. Setelah beberapa hari di Kalbar akhirnya saya mendengar adzan juga. Hiks.. *terharu*. Saya takjub sekali ketika bertemu banyak anak-anak kecil bermain dengan senangnya di tengah arus Kapuas. Alam menempa mereka menjadi anak-anak yang tangguh.
Senja pun ikut mengantar kepergian kami ke timur, ke arah hulu. Saat itu permukaan Sungai Kapuas menjadi berwarna keemasan dan berkilau-kilau. Indah! Sensasi kali pertama membelah Kapuas memang sangat menakjubkan. Ini sungai terpanjang di Indonesia, Kawan!! Tak inginkah kalian mencobanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar