Rasanya sudah lama sekali saya tidak
menulis. Entah itu menulis puisi, catatan perjalanan, opini, serius, ataupun
sekadar cuap-cuap tak penting. Saya seperti mati: mati gaya, mati kutu, mati
ide, mati kegiatan, mati berpikir. Parah! Kalau manusia sudah tak bisa
berpikir, ia tak pantas hidup. Sia-sia. Jadi selama ini saya hidup sia-sia?
Sungguh menyedihkan!
Menulis, apapun bentuknya, bagi saya ia seperti
vitamin yang menyegarkan dan menyehatkan, terutama untuk akal pikir. Orang yang
menulis pasti mau tidak mau akan berpikir, entah berpikir sederhana atau
berpikir tingkat tinggi. Dengan menulis saya telah bersedekah untuk otak saya
agar ia tak tumpul. Karena itu sekarang saya mau menulis lagi.
Karena sudah beberapa bulan tak menulis,
tentu saya kehilangan banyak hal. Jadi sekarang saya hanya akan merangkumnya
menjadi satu. Terakhir kali saya memosting undangan pernikahan. Yap, saya
seorang istri sekarang. Waktu itu pernikahan saya berjalan dengan lancar, mulai
akad nikah, resepsi, sampai ngunduh mantu.
Akad dan resepsi dilaksanakan di rumah saya. Sedangkan ngunduh mantu dilaksanakan di kediaman suami di Purworejo. Saya di
sana selama seminggu. Selain untuk mengenal keluarganya lebih jauh, saya juga
menyempatkan diri jalan-jalan ke Pantai Jatimalang untuk menikmati seafood dan
jalan-jalan ke Dieng untuk melihat Dieng Culture Festival 2. Menyenangkan!
Bulan Juli—September saya disibukkan
dengan PPL di SMAN 1 Sidoarjo. Saya berkesempatan mengajar dua kelas, yakni
kelas X-1 dan X-5. Mereka menyenangkan dan menantang. Selain PPL tentu saja
saya juga sibuk belajar masak untuk suami. Bertepatan dengan bulan Ramadan.
Sungguh indah. Itu Ramadan kami yang pertama setelah menikah. Kami memupuk
pernikahan ini dengan bersama-sama mendekatkan diri kepada Yang Esa. Hampir
setiap hari kami berjalan berdua di subuh dan petang menuju rumah-Nya.
Romantis!
Tak ada libur panjang di akhir semester
ini. Selepas PPL, saya langsung kembali kuliah dan menekuni mata kuliah ini
itu. Ada satu mata kuliah yang saya rasa kurang tepat waktunya, yakni PKL.
Jurusan mengharuskan kami untuk ber-PKL selama dua bulan di media massa baik
cetak maupun elektronik, sedangkan di waktu yang sama kami harus kuliah setiap
hari. Mau bagaimana lagi? Ini adalah cara agar cepat lulus. Oya, untuk memenuhi
matkul PKL saya dan tim langsung mencari sasaran media: Jawa Pos, Radar
Surabaya, Detik Surabaya, dan Nyata. Namun akhirnya kami hanya diterima di
Detik Surabaya dan Nyata. Kami pun memilih Detik Surabaya.
Jenuh saya. Sudah sekian lama tidak
mengisi baterai jiwa. Saya butuh perjalanan. Sudah hampir dua tahun saya tidak
mendaki gunung dan sudah beberapa bulan sejak ACI 2010 dan Wisata Museum di
Jakarta saya tidak bepergian jauh. Jiwa saya kering. Saya mau jalan-jalan.
Beruntung ada beberapa teman yang juga ingin bepergian. Sampailah kami di
Pantai Papuma. Saya berlari-lari, bermain kamera, bermain air, dan
berbasah-basah. Puas!
Sekarang apa lagi? Saya sedang mencari
rumah kontrak di Surabaya. Mengapa harus di Surabaya? Karena tempat kerja suami
di Surabaya, saya kuliah di Surabaya, dan saya juga PKL di Surabaya. Kami
berharap bisa menghemat tenaga dan dana dengan tinggal di sana. Sejujurnya kami
agak lelah setiap hari berkutat dengan macet di jalan Surabaya—Sidoarjo.
Wah wah, sudah terlalu panjang. Padahal
saya masih ingin cerita. Mungkin lain kali ya. Cukup sekian dan terima kasih.
Salam lestari! J
Sidoarjo, 25 Oktober 2011, pukul 21.50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar