04 Maret 2012

Pendaki Berkantong Tipis


Sudah lamaaaa sekali saya tak naik gunung. Sudah pasti rindu, sangat rindu. Padahal dulu saya masih tak punya uang, mau naik gunung harus nabung dulu sekian lama. Bela-belain nggak jajan di sekolah. Tapi intensitas naik gunung lebih sering daripada sekarang saat tabungan jauh lebih banyak daripada dulu.
Kira-kira saya masih SMA, kalau mau naik gunung, selalu diawali menghitung budget pendakian mulai dari transportasi sampai logistik. Bahkan saya dan teman-teman (Tias dan Ida) sampai membuat menu makan sehari-hari agar logistik tak membludak. Untuk transportasi pasti kami memilih yang paling murah, kelas ekonomi, masih ditawar pula. ^_^
Untuk makanan, saya selalu punya sedikit uang untuk belanja macam-macam makanan. Biasanya hal seperti itu saya siasati dengan membawa makanan olahan dari rumah, biasanya sih kering tempe atau sambal bajak. Selain itu bawa sayur-mayur sama tempe. Sarden kadang-kadang. Mie instan selalu bawa. Telur selalu ngambil punya ibu. Untungnya kekerean saya ini didukung oleh Tias yang selalu membawa banyaaaakkk makanan. Pokoknya kalau naik gunung sama Tias pasti makmur. Bekalnya satu tas sendiri, bahkan lebih. Pulang naik gunung bukannya kurus malah gendut. Kalo Ida sih sama saja seperti saya.
Suatu saat, untuk pertama kalinya saya mendaki ke Gunung Semeru bersama Mas Olan, Ida, Onyet, Aken, Azhar. Kira-kira tahun 2007. Seperti biasa, kami bawa uang minim sekali. Dampaknya, saat pulang dan hari sudah malam, kami sempat terlantar beberapa jam di terminal Arjosari karena tak ada uang untuk naik bus. Untungnya ada kaka senior OPA Rekgiwa di SMA yang saat itu kuliah (apa kerja ya?) di Malang. Ia berbaik hati memberikan lembaran-lembaran rupiah untuk kami. Terima kasih ya Mas.
Di lain waktu, kami naik ke Gunung Arjuno, diantar cak Bonsai. Start dari Sidoarjo biasanya malam. Itu pun kami tak segera naik angkot karena harus menunggu Cak Bonsai tawar-menawar harga. Ia adalah orang yang sangat kekeuh dengan pendirian. Jika ia ingin harga 4000 per orang dari Sda ke Pandaan, maka ia akan menawarnya sampai dapat. Lalu setelah tiba di Pandaan (pastinya sudah malam banget) cak Bonsai masih menawar lagi angkot yang ke Tretes. Tukang angkotnya minta 6000/orang, tapi cacak menawarnya 4000, dan akhirnya dapat. Cacak pengertian sekali kalau kami tak punya uang.
Tahun 2008 adalah kali pertama saya naik gunung dengan pendaki-pendaki dari luar kota. Mayoritas sih Jakarta. Wow, alatnya lengkap, bagus-bagus, makanannya enak-enak, banyak, dan macem-macem jenisnya. Ada coklat ini itu, ada selai ini itu, ada susu, wahh banyak. Begitu terpesona rasanya. Yah karena tak punya banyak uang, seperti biasa saya bungkus nasi beserta lauknya dari rumah. Ndilalah kok mereka ikut makan tempe saya. Oya, pernah juga mas pendaki dari Jakarta menjahitkan tas saya yang bagian bahunya putus karena tak kuat menahan beban. Ta situ tas sekolah basa, bukan tas buat naik gunung. Jadi malu :”> Hehe…
Pernah juga, saya dipaksa seorang teman dari Jakarta untuk ikut pendakian merah putih ke Merapi. Saya menolak karena jeda dengan pendakian sebelumnya kurang dari satu bulan. Tabungan saya tak akan cukup sampai ke sana. Eh ia malah berjanji mensubsidi saya kalau saya ikut. Om itu baik banget sama saya. Makasih ya Om sudah memberikan saya kesempatan untuk ikut naik ke Merapi.
Yang paling saya senangi sih naik ke Gunung Penanggungan. Minim budget. Tinggal bawa air secukupnya, nasi bungkus buat makan malam di Puncak, sama bekal buat sekali masak sebelum turun keesokan paginya. Ke sananya pun tak perlu mahal-mahal naik angkutan umum. Tinggal bawa motor, isi bensin 15.000, parkir 5000, selesai.
Segala keterbatasan itu tak menghalangi saya naik gunung dan jalan-jalan ke banyak tempat. Tuhan selalu punya cara lain untuk memberikan hal-hal menakjubkan untuk kita. Percayalah, Tuhan itu Maha Baik dan Maha Kaya. Saya yang nggak punya uang diberi-Nya kesempatan pergi ke tempat-tempat yang indah.

3 komentar:

  1. salut n 2 jempol buat nurul

    BalasHapus
  2. salut n 2 jempol buat nurul

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini biasa dialami oleh banyak orang mas.. ada waktu ga ada uang, udah kerja ada uang ga ada waktu, hehe...

      Hapus