Sudah lama sekali rasanya saya tidak merasakan sensasi rasa ini. Rasa di mana kamu seperti telah membuang jauh segala masalah yang ada di hidupmu. Bahkan beberapa lama setelah pulang, rasa itu masih ada, dan bisa menyembuhkan suntukmu hanya dengan memandangi foto, video, atau sekadar mengingat momen itu. Ya, itu adalah momen pendakian ke Gunung Arjuno, Gunung Kembar 1, dan Gunung Welirang di akhir Oktober 2020 kemarin.
Ini tentu bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di gunung tersebut (kecuali Kembar 1), tapi merupakan kali pertama saya lewat jalur ini: Jalur Pendakian Sumber Brantas. Dulu sempat dengar mengenai adanya jalur ini tapi tidak tertarik karena katanya masih banyak pacetnya, jalur kurang jelas, dan pastinya belum ada teman yang mengajak naik lewat jalur sana. Umumnya masih lewat jalur Tretes atau Purwosari. Nah, sekarang jalur itu sudah lebih terkenal atau hits selama beberapa tahun terakhir walaupun tidak terlalu ramai pendaki. baru agak ramai ya karena pandemi corona ini. Masa new normal yang dibuka hanya jalur Sumber Brantas dan Lawang saja.
Motivasi awal saya untuk lewat jalur ini ada 2: (1) Lembah Lengkean yang terkenal dengan keindahannya hingga banyak orang jatuh cinta, (2) Pohon-pohon cantigi tua dengan dahan dan ranting yang meliuk sempurna dengan banyak percabangan yang memberikan bermacam kesan bagi yang melihatnya. Ada yang memotret keindahannya, ada juga yang menampilkan aura mistisnya. Dan saya meihat foto-foto indah itu di instagram. Lalu bagaimana bisa saya mengabaikan panggilan pohon-pohon itu. Isenglah jari jemari ini membuat sebuah ajakan kepada teman di Malang untuk naik ke sana. Dan, sepertinya semesta langsung mendukung saya untuk berangkat.
Tibalah hari H pendakian. Rasanya luar biasa antara senang bercampur khawatir. Senang karena pada hari itu saya merasa seperti muda lagi 😂 dan khawatir karena saya tidak mempersiapkan fisik dengan baik selama satu bulan terakhir. Cuma modal bismillah aja. Hari itu ladang wortel, kentang, dan beberapa jenis tanaman lainnya seperti tersenyum dan mengucapkan selamat datang di Sumber Brantas. Mereka berbaris dengan indahnya seluas mata memandang. Nun jauh di ujung, hijaunya ladang tampak menyatu dengan langit biru yang cerah.
Setelah ladang, kita mulai masuk hutan yang langsung rapat dengan semak tinggi di kanan kiri serta pohon-pohon besar yang menjulang tinggi lengkap dengan tumbuhan-tumbuhan epifit di batangnya. Medan berupa jalur tanah yang empuk kalau diinjak. Sangat menarik. Btw, partner mendaki saya kali ini ada tiga orang dan semuanya cowok. Lalu, semuanya nggak ada yang doyan foto selfie seperti saya. Mereka asik aja jalan, tapi saya bolak balik minta difotokan sama mas sweeper di belakang saya yaitu Mas Ucil namanya. Jadi formasi jalannya paling depan Mas Suli sebagai leader karena paling tahu jalur tersebut. Kedua ada Mas Majid yang pertama kali juga lewat jalur ini. Di belakangnya ada saya kemudian paling belakang Mas Ucil yang tidak pernah marah walau dimintai foto berulang kali.
Setelah pos 2, vegetasi berubah. Pinus-pinus muda mulai menghiasi jalanan. Sebagian mulai terbuka sehingga kita bisa melihat G.Welirang dan Kembar 1 dengan jelas. Setelah pos 3 masih dengan pinusnya, ditambah beberapa lubang panas dengan uapnya. Lalu berubah menjadi barisan pohon cantigi tua dan rumput yang menandakan bahwa kita sudah hampir tiba di Lembah Lengkean. Dan kami akan nge-camp di Lengkean selama beberapa malam ke depan.
Untuk hari pertama ini kami menghabiskan waktu 6,5 jam perjalanan sejak batas ladang hutan hingga ke Lembah Lengkean. Itu sudah termasuk istirahat lama 2x untuk masak kopi di pos 2 dan makan siang di pos 3, untuk foto-foto, dan tentunya pemanasan ya karena tas masih berat-beratnya nih. Full air. Jalur ini TIDAK ADA SUMBER AIR. Jadi harus bawa dalam jumlah cukup dari bawah. Untuk medannya menurut saya tergolong mudah ke menengah lah. Pastinya sih full tanjakan ya. Namanya juga naik gunung.
Di Lengkean hari itu angin bertiup lumayan kencang. Namanya juga lembah ya jadi suhu memang lebih dingin kan. Ditambah lagi karena faktor cuaca juga angin dari arah Arjuno terdengar begitu kencang. Saya menggigil. 😂 Iya menggigil karena kedinginan. Jari jemari hampir kebas rasanya tanpa perlindungan sarung tangan. Trus sempat kelamaan foto-foto di luar tanpa pakai jaket. Telat, badan sudah terlanjur kedinginan. Untung saja saya punya teman-teman yang baik dan sigap memasak dan membuat minuman hangat. Mereka juga rajin mbanyol. Ya Allah nikmat mana lagi yang aku dustakan. Bisa tertawa lepas dan lupa sama semua masalah di rumah. Hehe... Malamnya kami tidur dalam kepasrahan kepada Sang Pencipta yang tidak lelah dan tidak tidur. Pasrah dengan suara angin yang begitu kencangnya. Semoga angin tidak kesini dan biarkan langit cerah dan bulan menyinari Lengkean sepanjang malam ini.
Pagi di hari kedua pendakian, Gunung Kembar telah menyambut kami dengan jelasnya. Ia tersinari matahari pagi hingga tampak berkilauan. Langit biru cerah meskipun angin masih saja bertiup kencang. Sebaai nformasi, dari Lengkean kita bisa menggapai 4 puncak sekaligus: (1) Puncak Arjuno, (2) Puncak Kembar 2, (3) Puncak Welirang via Puncak Kembar 1. Dan kami akan menuju ke puncak Arjuno dulu.
Dari Lengkean arah Arjuno kita akan melipiri G.Kembar 2 dengan jalur dominasi datar dan menurun selama kurang lebih 30 menit sampai ketemu dengan Lapangan Kotak/ Lembah Macan Mati. Dari situ puncak Arjuno terlihat begitu jelasnya, kokoh berdiri di bawah langit biru dan awan-awan putih yang bergerak cepat tertiup angin. Setelah itu, jalur mulai menanjak dan terus menanjak selama 3 jam. Cukup sabar dan terus melangkah saja ya nggak usah terlalu sering dilihat tanjakannya. Pinus-pinus tinggi itu lebih layak untuk diperhatikan daripada cuma fokus dengan tanjakan.
Sayangnya ketika mendekati puncak, cuaca mendadak berubah. Kabut tebal dengan sedikit gerimis mulai menemani. Kecewa sih karene pendakian-pendakian sebelumnya juga dapat tembok putih pas sampai di puncak Arjuno. Tapi ya, inilah alam. Ia sangat sulit untuk ditebak. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Dan kuterima puncak putih ini dengan syukur sebesar-besarnya pada Allah pemilik seluruh alam.
Saat kembali ke Lengkean, alam pun masih belum bersahabat. Kami diguyur hujan deras pas tanjakan yang banyak pohon pinus tingginya sampai persimpangan jalur Cangar dan Tretes. Arrgghh tangan saya seperti mati rasa karena kedinginan. Kalau badan sih meskipun basah masih ada lapisan jas hujan plastik. Kaki juga masih kebungkus sepatu. Sementara jari jemari sudah basah, kena angin pula. Kaku banget. Dan syukur, malam itu Lembah Lengkean lebih hangat dari hari sebelumnya. Saya bisa tidur lelap dan cukup lama.
Hari ketiga pendakian, rencananya hari ini kami akan pulang. Tapi karena sudah di sini, mau ngintip ke G.kembar 1 dulu. Saya kira cuaca juga cukup oke. Matahri bersinar walaupun tidak seterang kemarin. Kembar 1 ini bisa ditempuh dengan 30 menit saja. Waktu itu masih pagi sekali, masih pukul 7-an ketika kami sampai di puncak. Mau kembali kok ya nanggung. Ya sudah lanjut saja ke Welirang.
Dari puncak ambil jalur menurun ya ke Taman Dewa, sebuah tanah lapang tempat bertemunya jalur Cangar dengan jalur Tretes yang menuju puncak Welirang. Seperti biasa langit cerah berawan. Kaki ringan saja melangkah walaupun jalur menanjak. Begitu mau sampai di puncak Welirang semuanya terlihat putih karena asap belerang tebal. Ya sesekali terbuka juga. Singkat saja di sini lalu kembali turun.
Ketika sampai di Taman Dewa petir berbunyi dengan keras tanpa tanda-tanda. Kabut sepertinya mulai banyak di arah Welirang. Kami pun cepat-cepat kembali ke Lengkean. Tanjakan setelah Taman Dewa kami hajar singkat saja walaupun nafas senin kamis. Jangan sampai kehujanan lagi dong. Baju kering tinggal satu-satunya yang nempel di badan. 😆
Dan benar saja, setelah sampai di Lengkean, kabut tebal mulai datang. Hujaaaannn!! Yap, hujan turun dengan sangat derasnya. Kabut putih menyelimuti Lengkean. Kami galau karena rencana mau pulang. Hujan mau ngapain, ya tidurlah. Posisi tenda aman dari genangan. Pukul 4 sore hujan sempat berhenti sebentar. Mau segera packing tapi ragu. Terlihat banyak tim yang turun. Dan kami pun memutuskan untuk menginap semalam lagi dengan pertimbangan kalau turun sekarang kita pasti kemalaman di jalan. Belum lagi antrian jalur kalau sedang banyak yang turun. Jalurnya licin karena jalur tanah semua. Dan kalau melihat kabut dan anginnya sepertinya masih akan hujan. Semua menghawatirkan saya takut ngedrop, ahaha. Baiklah fix semalam lagi.
Keesokannya, hari kembali pulang, dan saya membawa banyak sekali kesan dan kenangan indah tentang Arjuno Welirang dan menyenangkannya teman seperjalanan kali ini. Semoga lain waktu kita bisa mengulang hari ini dengan tawa yang sama tapi dengan cuaca yang lebih cerah.
Rangkuman Estimasi Waktu Pendakian:
1. Ladang - Lembah Lengkean (6 jam naik, 3 jam saat turun)
2. Lembah Lengkean - Puncak Arjuno (3,5 jam)
3. Lembah Lengkean - Puncak Kembar 1 (30 menit)
4. Puncak Kembar 1 - Puncak Welirang (1,5 jam)
5. Lembah Lengkean - Puncak Kembar 2 (belum nyoba guys, maaf ya, katanya sih sekitar 45-60 menit saja)
Tambahan, jalur ini nggak ada sumber air. Jadi, standarnya sih per orang bawa 6 liter air. Kalau pas hujan seperti pengalaman saya kemarin, kita bisa nadahin air hujan ya buat masak. Saking deresnya kemarin kami punya tambahan 10 botol air hasil kerja keras Mas-Mas teman perjalanan saya. Masih sisa banyak di kolam flysheet bisa buat cebok sampai puas wkwkwkw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar