Foto-foto bisa dilihat di sini.
Kisahku bersama Dina, Dedi, Jupi, Dwi, Adip, Dito, dan Ikhwan
27 Desember 2008 Base Camp Selo Merapi
Dari desa Gesikan kami berjalan melewati setapak di antara ladang-ladang sekitar satu kilometer. Setelah menemukan jalan raya kami menumpang sebuah mobil pick up dan membayar Rp 15.000,- sampai di Selo. Di sini kami berpisah dengan Mz Uchit yang harus kembali keJakarta dan Mz Tovik yang harus kembali ke Malang karena masalah pekerjaan. Hikkss… Kami tidak lagi ber-13 dalam trip ini.
27 Desember 2008 Base Camp Selo Merapi
Dari desa Gesikan kami berjalan melewati setapak di antara ladang-ladang sekitar satu kilometer. Setelah menemukan jalan raya kami menumpang sebuah mobil pick up dan membayar Rp 15.000,- sampai di Selo. Di sini kami berpisah dengan Mz Uchit yang harus kembali ke
Di base camp Mz Amsi dan Mba Salma kembali mendatangi kami. Kami berbincang seakan sudah kenal sekian lama. Kami berbagi cerita dan foto. Hehe… Lalu lebih sore lagi Om Jarot menelponku dan mendatangi rombongan kami. Beliau datang bersama Mz Jarody. Aksi foto bersama pun kami lakukan. Dinginnya hujan sore itu seakan sirna oleh kehangatan rasa persaudaraan di antara kami.
Pukul 21.20 WIB Mz Amsi dan Mba Salma pamitan pulang. Lalu aku beranjak tidur meskipun teman-teman yang lain masih asik bermain kartu dan tertawa keras-keras. Aku harus tidur karena aku ingin naik ke Merapi. Sempat terjadi kebimbangan dalam diriku. Akankah aku mampu naik dengan fisik selemah ini. Mungkinkah nanti aku hanya mampu menyusahkan teman-temanku ini. Aku harus tidur.. aku harus sehat.. dan aku akan naik bersama mereka. Insya Allah.
28 Desember 2008
Mendaki Merapi yang Dingin
Pukul 00.10 WIB kami beranjak dari hangatnya SB dan bersiap-siap mendaki Merapi. Hanya kami berdelapan, sedangkan yang lain menunggu di base camp. Pukul 01.00 WIB kami melantunkan doa memohon perlindungan-Nya dalam pendakian ini dan melangkahkan kaki ini menuju puncak.
Alhamdulillah walau sejak siang tadi hujan mengguyur dan kabut menyelimuti, tapi malam itu bintang-bintang masih dapat kami lihat kerlipnya. Kami mendaki santai saja. Mereka tahu kondisi fisikku tidak seberapa bagus. Mz Jupi selalu menanyakan bagaimana keadaanku. Terima kasih untuk perhatianmu kawan.
Saya sempat ditertawakan teman-teman karena mengatakan bahwa saya merasa tanjakan jalur itu tidak seterjal sekarang. Tapi memang benar itu yang saya rasakan.
Kata mereka, “Jangan pake perasaan, Rul. Merapi ya seperti ini”.
Emang Mungkin dulu karena banyak orang yang mendaki diJbener ya? Entahlah… saat Agustusan jadi medannya tidak begitu kuperhatikan.
Gunung Merbabu nampak indah sekali berhiaskan kilauan-kilauan di bawahnya. Merapi juga indah, tentu saja dengan tanjakan-tanjakannya terjalnya.
Selepas Pos II angin begitu kencang, kabutnya tebal. Dingin begitu menusuk kulitku. Teman-teman selalu siaga membantuku, terutama Mz Dwi yang sedari tadi menarik dan memegangiku agar tidak terjatuh. Terima kasih saudara-saudaraku…!
Pasar Bubrah
Pukul 21.20 WIB Mz Amsi dan Mba Salma pamitan pulang. Lalu aku beranjak tidur meskipun teman-teman yang lain masih asik bermain kartu dan tertawa keras-keras. Aku harus tidur karena aku ingin naik ke Merapi. Sempat terjadi kebimbangan dalam diriku. Akankah aku mampu naik dengan fisik selemah ini. Mungkinkah nanti aku hanya mampu menyusahkan teman-temanku ini. Aku harus tidur.. aku harus sehat.. dan aku akan naik bersama mereka. Insya Allah.
28 Desember 2008
Mendaki Merapi yang Dingin
Pukul 00.10 WIB kami beranjak dari hangatnya SB dan bersiap-siap mendaki Merapi. Hanya kami berdelapan, sedangkan yang lain menunggu di base camp. Pukul 01.00 WIB kami melantunkan doa memohon perlindungan-Nya dalam pendakian ini dan melangkahkan kaki ini menuju puncak.
Alhamdulillah walau sejak siang tadi hujan mengguyur dan kabut menyelimuti, tapi malam itu bintang-bintang masih dapat kami lihat kerlipnya. Kami mendaki santai saja. Mereka tahu kondisi fisikku tidak seberapa bagus. Mz Jupi selalu menanyakan bagaimana keadaanku. Terima kasih untuk perhatianmu kawan.
Saya sempat ditertawakan teman-teman karena mengatakan bahwa saya merasa tanjakan jalur itu tidak seterjal sekarang. Tapi memang benar itu yang saya rasakan.
Kata mereka, “Jangan pake perasaan, Rul. Merapi ya seperti ini”.
Emang Mungkin dulu karena banyak orang yang mendaki diJbener ya? Entahlah… saat Agustusan jadi medannya tidak begitu kuperhatikan.
Gunung Merbabu nampak indah sekali berhiaskan kilauan-kilauan di bawahnya. Merapi juga indah, tentu saja dengan tanjakan-tanjakannya terjalnya.
Selepas Pos II angin begitu kencang, kabutnya tebal. Dingin begitu menusuk kulitku. Teman-teman selalu siaga membantuku, terutama Mz Dwi yang sedari tadi menarik dan memegangiku agar tidak terjatuh. Terima kasih saudara-saudaraku…!
Pasar Bubrah
tak ada sinar surya pagi itu
tak ada hangat sedikit menjengukku
hanya hamparan putih tak tersentuh
membawa dingin yang melukaiku
kutunggu ia mungkin akan segera berlalu
dan hanya bisu yang aku tahu
tak ada hangat sedikit menjengukku
hanya hamparan putih tak tersentuh
membawa dingin yang melukaiku
kutunggu ia mungkin akan segera berlalu
dan hanya bisu yang aku tahu
Aku enggan ke puncak karena kabut terlalu tebal. Aku tidak yakin ke puncak akan memberi kepuasan, dan juga aku pikir itu berbahaya mengingat
Menunggu mereka yang ke puncak kami didera rasa lapar (hehe..), rasa dingin yang semakin menjadi, dan berisik karena Mz Adip bobo’ terus dan menimbulkan suara-suara yang ga nyaring, hehe… Antara sebel dan khawatir menunggu mereka. Kami takut terjadi apa-apa pada mereka. Semoga saja tidak. Amin. Dan syukurlah mereka kembali dengan selamat walaupun Dina sempat menangis karena sedikit kecelakaan. Ternyata mereka melewati jalur yang salah (makanya lama buangeet). Aku senang kawan kita bisa berkumpul lagi
Back to Base Camp
Pukul 11 siang kami kembali ke base camp. Baru saja turun kami sudah diguyur hujan sampai di New Selo. Pukul dua siang kami tiba di New Selo dan langsung menyantap soto hangat dan teh panas. Masya Allah… kakiku yang kemarin sakit gara-gara turun dari Merbabu sekarang dah nggak sakit lagi. Hehe…
Tiba di base
Gara-gara keceplosan ngomong, seorang cewek cantik yang sedang rebahan tiba-tiba bangun dan bertanya, “Kamu Nurul ya?”
Hwaaa….. aku kaget! “Iya Mbak,” jawabku,” Mba Hani ya?”
Dan benar itu Mba Hani dari milist Merbabu.com. kemudian aku juga berkenalan dengan Om Afandi, Mz Ajis, dan Mz Amar. Di luar base
Tiba di base