30 September 2010

Mohon Doa dan Dukungan untuk 14 Hari Jelajah Bumi Borneo

Salam Blogers…
Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat yang potensi wisatanya belum banyak dikenal masyarakat Indonesia. Ada Taman Nasional Betung Kerihun, TN Danau Sentarum, Goa Kahung, Kuburan Tua Dayak Punan, dll. Pun masih ada hulu Sungai Kapus yang terkenal dengan alirannya yang deras dan dangkal, Sungai Embaloh, dan hutan Borneo yang menarik untuk dijelajahi. Tidak lupa budaya dan kesenian masyarakat lokal akan kami eksplor agar semakin dikenal dan dicintai masyarakat Indonesia.
Karena itulah saya, Nurul, asal Surabaya dan rekan saya Gigih Gesang asal Jakarta Timur yang tergabung dalam tim 29 dari Petualang ACI Detikcom dengan tujuan wisata Kalimantan Barat 2 mohon doa dan dukungan kepada teman-teman demi kelancaran dan keselamatan perjalanan kami. Tulisan dan foto perjalanan akan kami share melalui http://aci.detik.com/ mulai 18 Oktober s.d. 31 Oktober.
Dukungan bisa Teman-teman berikan melalui http://aci.detik.com/profilgrup/38/KALBAR%202 mulai sekarang sampai 31 Oktober 2010. Tinggal klik dan vote. Vote kami berdasarkan account facebook, twitter dan e-mail kalian. Untuk email, kalian akan mendapatkan notifikasi sebagai proses validasi account. Jadi 1 orang bisa memberikan 3 suara untuk kami.
Terima kasih atas dukungan Teman-teman, dan maaf bila pesan ini mengganggu.

26 September 2010

Saatnya Menjelajahi Indonesia

Petalangan 66 kandidat ACI segera dimulai. Tulisan dan foto perjalanan para petualang akan muncul secara bertahap mulai besok, 27 September 2010 s.d 31 Oktober 2010 di http://aci.cetik.com. Besok, kloter 1 akan dilepas ke tanaha Sumatera. Saya sendiri akan berangkat bersama kloter 4 tanggal 18 Oktober mendatang ke Kalimantan Barat. Setiap pembaca bisa memberi dukungan kepada siapapun melalui link tersebut. Dengan memberikan voting, pembaca telah berpartisipasi dalam memajukan pariwisata Indonesia. Indonesia tidak hanya Bali bukan??
Iklan ACI
66 Petualang

23 September 2010

Aku Suka Langit

Aku suka langit. Tahu kenapa? Karena setiap kali aku memandangnya, setiap kali itu juga kutemukan pemandangan berbeda dari bentuk-bentuk benda yg bertebaran di sana. Pun berbeda di tiap satuan waktu.

Di hari yang cerah, langit pagi akan memamerkan awan-awan putih transparan yang diam mematung. Pun ada awan yang berwarna-warni terbias sinar matahari ufuk timur. Si kejora lalu pamit undur diri untuk istirahat.

Pada musim angin, awan-awan berkumpul, saling membentuk formasi yang seringkali kuimajinasikan menjadi bentuk-bentuk hewan, benda, tokoh kartun, bahkan wajah teman-teman. Tumpukan awan-awan putih itu bila dipadu dengan birunya langit sukses mencuri pandanganku.

Mendung pun tak kalah menarik. Awan putih keruh, kelabu, bahkan hitam berbaris menjadi gradasi yang menyedapkan mata. Kilat yang terjadi dari benturan butiran es dan titik-titik air menerangi gelap itu dengan membentuk garis-garis panjang dan percabangan. Langit masih indah bukan?

Dan bila malam cerah, gemintang beradu cahaya, membentuk orion, membentuk scorpio, membentuk rasi-rasi lain. Kadang kutarik garis sesusaku dari titik-titik cahaya itu. Ya, sesukaku. Sesenang hatiku. Semakin gelap bumi, semakin banyak mereka terlihat. Apalagi jika memandangnya dari savana di tengah hutan. Fantastik!

Langit memang selalu indah bukan? Padahal kita tidak tahu betul apa yang ada di atas. Kita hanya menikmati setiap momen yang terjadi di atas sana. Begitu juga hidup. Ia akan selalu indah jika kita menikmati setiap momen baik suka maupun duka. Seperti langit yang selalu berubah-ubah. ^_^

19 September 2010

Ketika Quran Dibakar


Apa salah Qur'anku sehingga ia perlu untuk dibakar?
Apa ada yang salah sehingga ia perlu dilecehkan?
Bukankah di dalamnya terhimpun sekian banyak kedamaian untuk semesta alam? Pun banyak ilmuan-ilmuan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dari Qur’an. Ialah kitab suci yang dijaga sendiri oleh Pemiliknya. Meski dibakar, Kebenaran tetaplah Kebenaran. Kami umat muslim mengutuk orang-orang yang telah melecehka kitab kami!!! Sesungguhnya di akhirat nanti kalian akan MENYESAL! Seandainya saja mereka mengetahui keajaiban Al Qur'an insya Allah tidak akan begini jadinya.

Kukutipkan sebuah puisi untuk direnungi:

SUNGSANG SEPASANG BUKU
sepasang Buku,
terbuka,
tapi tak saling baca.

Halaman kita
makin buram,
dan kita
merasa
yang tertulis di sana
adalah
sabda.
Kita lupa
Tangan
yang menulis
pada kita,
adalah
Tangan yang sama.

Kita lupa
Serat yang
mengertas
pada kita
adalah
Serat yang sama.
Kita
sepasang Buku
yang lupa,
ingin saling
menghapus nama,
padahal
sejak semula
namaku tertulis
di halamanmu,
namamu terbaca

Pembakaran Alquran Ternyata Jadi Dilakukan

Liputan6.com, Springfiled: Pembakaran Alquran yang sebelumnya akan dilakukan oleh pendeta dari Florida Terry Jones, pada peringatan tragedi 11 September, urung dilaksanakan karena mendapatkan kecaman dari berbagai pihak. Namun ternyata oleh pendeta Bob Old dan Danny Allen. Mereka membakar Alquran di halaman belakang sebuah rumah di Springfileld, Amerika Serikat, Sabtu (11/9) silam.
Bob Old dan rekannya Danny Allen berdiri bersama di halaman belakang rumah tua. Mereka menyebut tindakan itu sebagai panggilan dari Tuhan. Mereka membakar dua salinan Quran dan satu teks Islam lainnya di depan segelintir orang, yang sebagian besar dari media.
Seperti dilansir Detroit News, ternyata pembakaran Alquran juga terjadi di Michigan. Sebuah Alquran dibakar di depan pusat ajaran Islam di kota tersebut.
Ryanne Nason, seorang cendekiawan Amerika Serikat, seperti dilansir sebuah koran lokal Mainecampus, Kamis (15/9), menyebut bahwa pembakaran yang dilakukan oleh sejumlah orang sangat menyedihkan dan memalukan. Di AS, negara yang dibentuk pada keyakinan kebebasan beragama, setiap orang diberikan hak untuk mempraktikkan agama yang mereka yakini, seperti Yudaisme, Islam, Kristen, atau tidak menganut agama sama sekali. Dengan membakar Alquran atau kitab suci agama lain, bayangan seluruh bangsa lain membuat AS adalah negara tanpa kelas dan tidak etis.
Sungguh ironis bahwa Terry Jones atau Bob Old merasa memiliki perlindungan berdasarkan amandemen pertama untuk membakar kitab suci agama lain yang ia tidak percaya. Padahal semua muslim di AS dilindungi oleh undang-undang konstitusional yang sama. Hal ini akan memeberikan cela pada reputasi Amerika.
Menurut Ryanne, orang beragama menggunakan moral yang kuat dan nilai-nilai, namun sekarang orang mendiskreditkan keyakinan mereka karena bersifat menghakimi dan intoleransi. Salah satu dari banyak alasan mengapa kita memiliki pasukan di Irak dan Afghanistan adalah untuk melawan penindasan dan penganiayaan agama terhadap penduduk negara di negara tersebut. Namun, saat ini ternyata warga negara Amerika sendiri yang melecehkan agama lain.
Di Chicago, Mohammed Kaiseruddin, Dewan Direksi Pusat Ajaran Islam memberikan gambaran terhadap pembakaran Alquran yang sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dianutnya. Ia mengatakan kepada Huffington Post hari ini, "Kami merasa seperti kita sudah menjadi korban. Ketika kami memegang Alquran, kami memperlakukannya dengan sangat hormat. Kami tidak pernah menaruh salinan Alquran di lantai. Sejak kecil, kami selalu mengingatkan anak-anak untuk menghormati kitab suci ini. Kami juga mengajarkan kepada mereka ketika selesai membaca Alquran, mereka menutup dan menciumnya, lalu menyimpannya". (Huffington Post/Mainecampus/Detroitnews/DES/IAN)

18 September 2010

Pulang Kampung


Sebelumnya saya mengucapkan selamat berlebaran, minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir batin. Maafkanlah saya yang banyak khilaf dan sering merepotkan ini. Rupanya Ramadan sudah berlalu seminggu, dan sekarang sebagian besar masyarakat Indonesia pun sudah kembali dengan rutinitasnya, ada yang kuliah, sekolah, kerja, atau cuma ongkang-ongkang kaki di rumah setelah mudik atau pulang kampong.

Begitu pun dengan saya. Seminggu yang lalu mulai hari lebaran sampai H+3, saya pulang kampung, ehhmm lebih tepatnya ikut orang tua pulang kampung. Kampung Ibu adalah sebuah desa di kaki Gunung Welirang, dekat dengan wisata pemandian air panas Pacet. Tapi di kampung ibu masih sangat minim sinyal, dan jalanan jelek. Begitu juga kampung bapak, ada di perbatasan Mojokerto dengan Lamongan, di sekitar perbukitan kecil, dan masih agak tertinggal. Setiap tahun sejak kecil saya selalu ikut ibu dan bapak pulang kampung. Setiap kali itu juga saya mengamati lingkungan dan fenomena di sana.

Kampung Kelahiran Ibu
Di sana warganya sudah banyak yang kaya (yang miskin juga masih banyak), sudah banyak yang merantau baik ke luar kota maupun ke luar negeri, sudah banyak yang bergaya orang kota, tapi sayang mereka tidak menyaring pengaruh-pengaruh dari luar dengan membuang yang buruk dan mengambil yang baik. Banyak dari para perantau itu yang kembali ke kampung dengan dandanan menor dan berkata-kata dengan bahasa daerah rantau sok kegaul-gaulan (padahal ngguilani). Sanak saudara mereka pun dijejali gaya hidup yang mewah, hape mahal, perhiasan yang sebenarnya (menurut saya) tidak lebih penting dari MORAL dan ILMU. Harusnya para perantau itu membawa suatu pelajaran berharga dari kota besar, kalau perlu mengajarkan agar sanak sudara mereka melek teknologi informasi dan komunikasi, jadi punya hape bagus itu tidak sekadar untuk SMS dan teplon. Harusnya para perantau itu menunjukkan kepada anak-anak mereka bahwa ilmu pengetahuan dan agama itu PENTING dan menunjukkan bahwa seseorang tidak akan menjadi siapa dan apa tanpa ilmu dan agama. Perantau-perantau itu pun tak akan jadi apa-apa di luar sana tanpa ilmu dan agama. Kosong. Miris sekali saya melihat rumah-rumah bagus tapi plafon musalla yang jebol dibiarkan begitu saja, pun ketika pagi hari mereka shalat Ied siangnya enggan pergi salat Jumat dan malah asik dengan hape. Yang miskin masih miskin, yang berduit malah keblinger. Sekali lagi, orang tanpa ilmu dan agama adalah nol.

Kampung Kelahiran Bapak
Kesamaan kampung bapak dengan kampung ibu adalah keduanya merupakan desa yang agak tertinggal. Namun perhatian saya tertuju pada hal-hal mistis yang masih banyak bermunculan di sana. Setiap kali saya ke sana pasti saya akan mendengar cerita-cerita aneh mulai dari orang yang memelihara tuyul, orang kesurupan, raksasa besar warna hijau di bawah pohon randhu tempat minta nomor togel, juga ular besar yang mendiami rumah salah seorang warga tapi tidak terlihat oleh warga lain, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebenarnya asik juga mendengar cerita seperti itu, apalagi mereka menceritakannya dengan gaya khas pedesaan dan sangat meyakinkan. Saya antara percaya dan tidak percaya. Saya yakin makhluk gaib itu ada, tapi saya tidak pernah melihatnya secara langsung, dan saya cuma bisa tertawa mendengar ada yang minta kepada setan. Lha Tuhanmu di mana, Wong? Hehe…

Cuma itu yang ingin saya ceritakan. Pesan moralnya adalah bekali hidup dengan agama dan ilmu. Mari melihat dan mendengar fenomena sekitar, menelaah, dan menemukan hal-hal positif untuk kita ikuti!

17 September 2010

Belajar Makro dengan Kamera Poket

Dua hari ini saya belajar memotret makro dengan kamera poket lawas yang saya punya. Kalau dengan kamera DSLR saya sudah pernah belajar dari beberapa orang. Kali ini saya belajar sendiri, dengan mengingat-ingat foto makro yang pernah saya lihat. Barangkali hasilnya kurang memuaskan mohon dimaklumi, masih tahap belajar.





08 September 2010

Menjadi 66 Petualang ACI


Alhamdulillah…^_^
Horeeee……^_^
Yeyeyeye… yeyeyeye… yeyeyeyeee….. (gaya upin-ipin)
Hihihihi….^_^
*ekspresi kegembiraan*
Alhamdulillah setelah satu bulan lamanya, sejak awal agustus, akhirnya pengumuman 66 pemenang ACI keluar. Setelah pengumuman 500 besar finalis itu saya disibukkan dengan pembuatan video berdurasi lima menit yang harus dikirim ke Jakarta, lalu wawancara mendadak via telpon, juga mengisi lembar formulir wawasan nusantara. Setelah itu saya hanya bisa menunggu pengumuman pemenang, yakni tanggal 6 September 2010. Rasanya lamaaaaa sekali. Waktu sepertinya berjalan begitu lambat.
Tanggal 6 September mulai pagi saya berkali-kali buka email dan Detikcom, tapi pengumuman baru muncul siang hari. Dan hasilnya SAYA LOLOS. Iya, saya lolos dari seleksi 500 finalis dan menjadi 66 petualang yang akan berwisata gratis dan menyebarkan semangat cinta Indonesia melalui tulisan dan foto.
Sebetulnya sejak awal, ketika ditanyai panitia mengenai tujuan wisata, saya ingin ke Aceh. Eh, bukan, saya menjawab ingin mengunjungi banyak tempat di Indonesia karena Indonesia memang sangat indah. Namun, dari sekian banyak tempat tersebut harus diawali dengan mengunjungi tiga tempat penting, yaitu tugu kembar Sabang Merauke (Aceh dan Papua) dan Tugu Khatulistiwa di Pontianak. Dan selama menunggu feeling saya mengatakan bahwa saya akan ke Aceh. Eh, ternyata takdir berkata lain. Saya ditugaskan ke Kalimantan Barat selama 14 hari. Saya kebagian kloter terakhir (4) yang akan berangkat mulai tanggal 18 Oktober. Padahal saya sudah tidak sabar menantikan petualangan itu. ^_^
Tidak sekedar jalan-jalan gratis, tapi perhari setiap tim harus mengirimkan dua cerita dan delapan foto untuk pembaca Detikcom. Pemenuhan tugas ini berbobot 35% untuk penilaian, yang 35% lagi adalah penilaian cerita dan foto dari redaksi Detikcom, dan terakhir yang 30% adalah hasil voting pembaca. Makanya jangan lupa dukung saya biar poin saya banyak, biar saya menang, biar saya dapat hadiah utama 100 juta rupiah. Oya kami dibekali dengan Nexian Journey dan koneksi data dan suara dari XL. Terima kasih ACI.
Terakhir, semoga perjalanan nanti dipenuhi dengan kegembiraan, pengalaman baru, wawasan baru, ilmu baru, teman baru, kepedulian baru, juga keimanan pada Allah yang lebih tebal lagi. Semoga tak ada halangan yang berarti. Amin.
RUTE WISATA KALBAR 2:
  • Hari 1 :
    • Jakarta - Pontianak
    • Pontianak - Putussibau
    • Putussibau - Sungulo' Apalin
    • Mengeksplorasi Rumah Betang - Upacara Adat
  • Hari2 :
    • Sungulo' Apalin - Sungai Embaloh
    • Menjelajahi Sungai Embaloh
    • Taman Nasional Betung Kerihun
  • Hari3 :
    • Menjelajahi Taman Nasional Betung Kerihun
  • Hari4 :
    • Taman Nasional Betung Kerihun - Kampung Mataso
    • Kota Lanjak - Kampung Tekenang
    • Mengeksplorasi Kampung Tekenang
    • Rumah Terapung - Bukit Tekenang - Malay Fishing Village
    • Jelajah TNDS
  • Hari5 :
    • Kampung Tekenang - Nanga Potan
    • Menjelajahi Nanga Potan
    • Memancing
    • Mengeksplorasi Kesenian Tradisional Nanga Potan
  • Hari6 :
    • Nanga Potan - Nanga Bungan
    • Jelajah Nanga Bungan
    • Mengeksplorasi Kesenian Nangan Bungan
  • Hari7 :
    • Nangan Bungan - Desa Tanjung Lokang
    • Menyusuri Sungai Bungan
    • Mengekplorasi Desa Tanjung Lokang
  • Hari8 :
    • Menelusuri Hutan Borneo
    • Goa Kahung
    • Kuburan Tua Dayak Punan
    • Menelusuri Sungai Bulit
  • Hari9 :
    • Sungai Bulit - Putussibau
    • Jelajah Putussibau
  • Hari 10:
    • Mengeksplorasi Putussibau
    • Putussibau - Sintang
    • Kesenian Daerah Sintang
  • Hari 11:
    • Sintang - Bukit Baka - Bukit Raya National Park
    • Menjelajahi Bukit Raya National Park
  • Hari 12:
    • Menjelajahi Sintang
    • Museum Dara Janti
    • Taman Banning
    • Air Terjun Gunung Kelam
    • Kobus Centre
  • Hari 13:
    • Sintang - Pontianak
  • Hari 14:
    • Jelajah Pontianak
    • Istana Kadriyah - Mesjid Abdurrahman - Vihara Bodhivista
    • Museum Kalimantan Barat
    • Monumen Equator
    • Pontianak - Jakarta

05 September 2010

Touring JPers (Ranupani - Bukit Teletubbies - Bromo - Madakaripura)



Tulisan ini saya buat agar kelak saya tidak lupa bahwa ternyata saya punya banyak kenangan-kenangan indah, di tempat-tempat yang indah, juga dengan teman-teman yang menyenangkan. Mengapa saya baru menulisnya sekarang? Itu karena saat peristiwa ini berlangsung saya belum mempunyai blog. Maka setelah saya punya blog, saya ingin memasukkannya agar bisa saya baca lagi kelak di kemudian hari.

Jawa Timur, 5-6 April 2008, ini adalah pengalaman saya yang paling berkesan dengan teman-teman JPers karena inilah kali pertama aku mengenal mereka secara langsung dalam sebuah trip “nekat” Ya, saya mengatakan ini nekat karena saat itu saya adalah seorang anak rumahan yang nekat pergi ke Malang sendirian menyusul mereka. Teman-teman JPers sudah di Malang sejak sehari sebelumnya untuk menghadiri acara seminar Jejak Petualang. Saya tidak bisa ikut karena harus mengikuti istighosah di SMA dengan harapan lulus UN. Singkat kata setelah istighosah saya meluncur ke Malang sendirian dengan bus, dan dijemput mas Kohan di terminal Arjosari.

Dari Arjosari kami meluncur ke Ranupani, sebuah desa tertinggi di Jawa. Saat itu senja sudah menghilang di ufuk. Kami meluncur dengan kecepatan sedang mengikuti jalan yang meliuk, menanjak, dan terjal. Udara saat itu sangat dingin, dengan kanan-kiri jalan hutan dan beberapa desa yang geliat kehidupannya sudah berpusat di dalam rumah. Sekali waktu aku harus turun dan berjalan karena motor mas Kohan menyerah pada tanjakan terjal. Sekitar pukul 9 malam kami tiba di desa tersebut, yang sangat dingin, tapi hangat dengan keakraban yang aku temukan di antara hutan dan bebukitan.

Pagi hari pun datang. Dengan berat hati saya keluar dari balik selimut. Teman-teman sudah siap dengan kamera dan dandanan ala suku tengger: sarung yang dikerukupkan ke kepala. Lucu sekali mereka hingga akupun tertawa dan mulai rela diajak jalan-jalan. Waktu itu aku tidak tahu kemana mereka akan mengajakku karena ini adalah perjalanan pertamaku ke desa ini.

“Hwaaa…… mas fotoin aku..!!” teriakku sambil berlarian ke tepi danau. Mas-mas itu hanya senyam senyum saja sambil membidikku dengan kameranya. Betapa indah pemandangan di depanku saat itu. Tampak sebuah danau berwarna putih yang mengambang di atasnya dengan angsa-angsa berkeliaran di sekelilingnya plus puncak Mahameru menyapa di baliknya. Subhanallah….

Kulihat di sana beberapa bapak-bapak sedang memancing. Wow hebat! Padahal udara saat itu masih sangat dingin, mungkin sekitar 15-20 derajat celcius.
“Masih ada lagi, Rul. Di balik pura itu ada terusan danau ini, trus di sebelah sana ada satu danau lagi”terang salah seorang dari mereka.

Kamipun melanjutkan jalan-jalan ke balik pura, dan benar saja, kutemu satu lagi danau berselimut kapas di sana. Cemara-cemara sedikit berayun karena angin, bukit-bukit kokoh tegak berdiri dengan kol dan bawang yang ditanam di sana. Kami menapaki jalan mengelilingi danau dengan penuh kekaguman. Tangan arsitektur besar telah merancang desa ini menajdi sedemikian indah. Tidak hanya di waktu malam, tapi pagi seperti ini semua nampak lain. Kami terus saja mengelilingi danau itu,namanya Ranu Pani, tiba-tiba kami seperti memasuki hutan kecil berhawa lebih dingin, mungkin karena lebatnya pepohonan,

“Ini Ranu Regulo,” kata teman saya.
“Subhanallah… Tak kalah dengan Ranu Pani. Danau ini dikelilingi bebukitan dan rumputan. Ada sebuah rumah panggung di sana yang semakin menambah keeksotisannya. Kulihat beberapa rombongan lain ada yang mendirikan tenda di sana, dan yang membuatku kaget adalah ada yang mandi di sana. Astagaaa!! Apa mereka nggak kedinginan ya???

Semakin lama surya mengintip dari balik bukit. Gambaran mudahnya adalah matahari muncul di antara gundukan dua bukit, seperti yang digambarkan anak SD. Tentu saja hal ini tergantung dari posisi matahari. Semakin tinggi matahari kami semakin merasa hangat. Setelah puas berpose narsis kami pun kembali ke rumah Kades.

Alangkah nikmatnya setelah lelah berjalan-jalan lalu disuguhi teh hangat dan nasi yang masih mengepul. Kami siap dan sigap kalau disuruh makan. Tapi lagi-lagi kami terpesona dengan kebun di samping rumah Kades yang seolah-olah mengeluarkan asap putih saat kami hendak cuci tangan. Embun-embun yang semalam menempel di dedaunan itu ternyata menguap disapa matahari. Dan ini uapnya begitu tampak banyak seperti asap. Kuamati lagi sekeliling dan ternyata yang menguap tidak hanya embun di dedaunan, tapi juga di tembok-tembok. Astagaaaa, keindahan macam apa yang kulihat ini!
Menjelang siang kami melanjutkan perjalanan menuju Bromo. Melalui seperempat bagian jalan yang kami lalui semalam. Di sebuah tempat yang bernama Bantengan kami berhenti. Ini adalah tempat yang kiri kanannya jurang. Kalau jatuh belum tentu selamat. Tapi kami tak kuasa untuk meninggalkan keindahan itu. Sebuah lapangan golf besar dan luas terpampang di depan kami dengan bukit teletubbies berbaris di sebelahnya. Ada seruas jalan di bawah sana yang kukira adalah sungai. Kami berfoto di sana, dan siap melewatinya setengah jam lagi dalam perjalanan menuju Bromo.

Menakjubakn! Kami melewati lautan pasir Bromo –maklum pengalaman pertama- setelah sebelumnya berhaha-hihi di bukit teletubbies yang kami lihat dari atas tadi. Panas, itu yang kurasakan di lautan apsir. Hari sudah semakin siang. Kami tidak berlama-lama, segera melanjutkan ke air terjun Madakaripura.

Menuju air terjun itu kami harus melewati dan menyeberangi sungai berbatu, meniti setapak, melewati air terjun kecil, hingga sampai pada air terjun utama. Berada di sana seolah-olah berada di bawah dasar tabung raksasa. Gara-gara menolak tawaran jasa penyewaan payung, jadilah kami basah kuyup. Padahal posisi kami tidak berada tepat di bawah air terjun, hanya sedikit mendekat. Sudah terlanjur basah ya sekalian basah-basahan saja. Hehe….

Dari madakaripura kami melanjutkan rangaian touring ke Ranu Grati. Tapi di sini kami tidak banyak beraktivitas. Selain sudah panas, kami pun lelah. Saya pun hanya tidur siang di situ. Ya sudah, waktunya pulang. Tak lupa setelah di Sidoarjo kami menyempatkan diri makan mie ayam ceker di bawah jembatan laying dekat rumahku. Saat itu hari sudah malam. Ehh, tiba-tiba motor mas Kohan pulang saat hendak mengantarkanku pulang. Aku berinisiatif pulang sendiri, tapi tidak disangka saat meyebrang jalan “brukkkk” aku terlempar ke badan jalan. Sebuah motor yang sedang ngebut menabrakku. Berakhirlah aku di RS selama tiga hari dengan tulang ekor yang sakiiittt tiada tara. Hehehe…

03 September 2010

Dua Jalan Sepasang Sahabat


Dua orang yang pernah bersahabat belum tentu memiliki pilihan hidup yang sama. Setiap orang punya keinginan, cita-cita, lingkungan, dan cara pandang yang berbeda, termasuk aku dan sahabatku itu.
Aku tidak yakin kami masih bisa disebut sebagai sepasang gadis yang bersahabat, pasalnya kami sudah lama sekali tidak berjumpa. Kalaupun berjumpa, kami hanya saling melempar senyum dan sapaan singkat. Kami bersahabat selama tiga tahun zaman SMP, kira-kira sejak tujuh tahun yang lalu. Lalu kami dipisahkan oleh pilihan SMA yang berbeda. Takdir membawaku hidup di lingkungan SMA favorit di kotaku yang di dalamnya sangat kental dengan nuansa Islami walaupun itu sekolah negeri. Sedangkan ia masuk di sekolah swasta pinggiran yang siswa-siswinya dikenal sedikit kurang teratur. Aku masuk pagi, dia masuk siang. Kalau malam datang aku jarang keluar karena sudah disibukkan dengan tugas-tugas. Sudah, semakin jauhlah kami berdua.
Lebih kurang seminggu lalu aku sebagai penggagas acara bukber III B mendatanginya. Aku datang kerumahnya dengan ditemani seorang teman gadis dan tiga orang teman pria. Waktu aku datang dia sedang nonton televisi dengan rambut diikat ke belakang, kaos putih ketat, dan hot pants hitam. Dia tidak langsung menemui kami, tapi masuk ke kamarnya beberapa saat. Dan ketika ia keluar kamar aku baru sadar bahwa dia telah banyak berubah dan aku tidak pernah mengikuti perubahan itu.
Aku sungguh risih dibuatnya. Kukira ia akan ganti dengan busana yang lebih sopan, tapi ternyata hanya membenahi dandanan. Alisnya masih nampak tebal seperti dulu, tapi sekarang dengan polesan, bukan alis tebal yang dulu selalu aku sukai. Wajahnya masih cantik, tapi tak seindah dulu, setidaknya itu menurutku. Aku yakin mata teman-teman pria di sebelahku sedang dimanjakan oleh keelokan tubuhnya.
“Kon tambah putih ae,” kata seorang teman pria padanya.
“Halah nggak kok biasa ae,” jawabnya singkat sambil tersenyum malu, terlihat manis sekali dengan lesung pipinya.
Aku risih, malu, dan sedih. Inikah temanku yang dulu itu? Di mana aku saat ia mulai berubah menjadi gadis dewasa yang seperti itu. Pun aku semakin sedih ketika ia dengan bangga bercerita tentang pacar dan selingkuhan-selingkuhannya sejak zaman SMA dulu. Tak malukah engkau bercerita tentang kelincahanmu itu, Kawan? Aku masih ingat beberapa tahun lalu ia berkunjung ke rumahku dan berkata, ”Ayo ngumpul rek, tapi nggowo gendakane dewe-dewe yo!” Terkejut aku dibuatnya. Di SMA-ku kata ”gendakan” hampir tidak pernah terdengar. Kami lebih suka menggunakan kata-kata yang sopan dan itu sudah menjadi kebiasaan kami.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Pilihan jalan kami sudah berbeda. Aku hanya berharap kami tidak berjalan ke arah yang salah. Jika saat ini kami salah, biarkan kesalahan-kesalahan itu menjadi pengalaman yang dapat menyadarkan kami akan keagungan-Nya dan mendekatkan kami pada-Nya. Amin.

02 September 2010

Buka Bersama JPers Jatim


Ditulis Oleh: Tri Handoko
Alhamdulillah BUBER PETUALANG JATIM yang didukung oleh JPERS JATIM dan CARTENZ ADVENTURE berlangsung cukup meriah di Rumah Baca Az-Zahra Telkom Ketintang. Dengan dihadiri oleh sekitar 45 petualang dari berbagai daerah, seperti Malang, Sidoarjo, Surabaya, dan sekitarnya.
Tidak banyak dan sepadat acara yang ada di Jakarta, karena temen-temen disini lebih memilih datang tepat waktu. Tepat waktu buka puasa, sehingga kami pun tidak menyiapkan agenda panjang lebar. Dimulai dengan mencoba koneksi Video Call antara Surabaya dan Jakarta kami sambungkan ke Layar Proyektor. Dan menemukan wajah seorang yang “mangkir” demi menjemput Syifa... Akhirnya kami malah menonton pergerakan acara BUBER Jakarta mulai dari pembukaan sampai mendengarkan ceramah Ustadz Timmy febrin yang tidak begitu jelas... Tapi kami masih bisa melihat satu persatu temen-temen Jakarta yang baru datang… Jarak menjadi terasa begitu dekat.
Video Conference
Sampai akhirnya kami mengabaikan video di Jakarta karena Surabaya memasuki waktu buka lebih awal. Dilanjutkan dengan Sholat Magrib dan menikmati menu buka serta masih menonton pergerakan di Jakarta yang baru memasuki waktu buka, dan menonton adegan sholat jamaah beberapa episode…
Koneksi sempat terputus, dan kami manfaatkan untuk bagi-bagi doorprize yang disponsori oleh CARTENZ SURABAYA yang pada malam itu juga datang dengan personil lengkap plus pasukan tambahanya sebanyak 16 orang. Ini adalah kesempatan kedua bagi JPERS JATIM dan CARTENZ untuk bersama mengadakan event buka bersama di Surabaya. Dengan 2 permainan kecil yang cukup meriahkan dan memecah tawa… apalagi saat adegan Kakek pelit dan Cucu kurang ajar yang sok perhatian membawakan hadiah batu Nisan untuk sang kakek, dan masih banyak cucu-cucu lainya yang tidak kalah kurang ajarnya…
Peserta Bukber 2009
Sekitar pukul 8 malem, sebagian peserta BUBER JATIM mulai pamitan, tapi koneksi ke Jakarta masih belum juga nyambung lagi. Akhirnya tersisa JPERS JATIM versi “4L” yang setia menunggu Video Confrence. Sungguh terharu… dan senangnya saat jarak tidak lagi menjadi penghalang. Kami masih menikmati beberapa adegan dalam keremangan yang sedang berlangsung di Jakarta, Sang laptop muter-muter ke segala penjuru dan kami menemukan wajah-wajah sahabat yang selalu menemani dunia maya kami yang semakin terasa nyata… ditambah dengan sambungan telepon yang membantu mengirimkan suara-suara kami disini… maka lengkaplah. Satu persatu kami sapa.. tak ketinggalan beberapa Host JP pun ikut bergabung, ada Medina, Syifa yang sudah lama nggak pernah ada kabar, Indrayani Laksmi yang ngajak ketemuan kalo ke Jatim, Putri Ayudya yang mendapatkan kesempatan dua kali putaran. Dan tentunya tante RD yang malah ngupil didepan kamera… wahaha.. Seru deh!
Indrayani Laksi dan Riyanni Djangkaru
Dan Akhirnya terima kasih tak terhingga untuk, teman-teman yang hadir di BUBER PETUALANG JATIM 2010, team BUBER JAKARTA yang seru dan kompak, CARTENZ ADVENTURE yang telah membagikan keceriaan dengan Doorprizenya, Kang Dadank dan RUMCA nya yang selalu menampung kami… dan All JPERS JATIM yang menyempatkan kehadiranya disini…
THANKS ALL.. I LOP U PULL..
-[ Hans ]-