25 Januari 2012

Ngartis di Semanggi JTv


Pukul 3 pagi, alarm di hp sudah berbunyi membangunkan saya dan suami. Tapi karena masih ngantuk, Mas Arief selalu menunda bunyi alarmnya, sehingga alarm tersebut berkali-kali bunyi sampai pukul 03.30 WIB. Lalu ia pun buru-buru mandi. Saya pun ikut bangun dan langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan teh panas kesukaannya, tapi dilarang karena buru-buru berangkat.

Adzan belum juga berkumandang pada 3.50 pagi itu, tapi suamiku sudah harus berangkat ke Surabaya Plaza Hotel tempatnya bekerja. Ia harus mengambil segala bahan dan peralatan untuk tampil di JTv pagi itu juga. Katanya, setelah dari hotel, ia diantar dengan mobil ke Gedung Graha Pena, Jl. Ahmad Yani, Surabaya. Saat itu Mas Arief ternyata belum tahu kalau ia datang untuk tampil membuat minuman yang disiarkan langsung. Ia kira hanya akan jadi background di belakang host dan narasumber atau tampil tapi tidak siaran langsung.

Di tempat yang lain (baca: rumah), saya sibuk mempersiapkan kamera dan tripod agar bisa merekam penampilannya di JTv. Entah ada angin apa kok bisa-bisanya Mas Arief yang disuruh tampil, padahal ia karyawan baru di hotel. 

"Siaran semanggi live di jtv pagi ini," SMS dari Mas Arief pukul 05.45 WIB.

Saya yang hampir tidak pernah nonton Semanggi (Semangat Pagi) otomatis tidak tahu acara tersebut akan tayang pukul berapa. Mbah google pun saya manfaatkan untuk mencari tahu jadwal Semanggi. Ternyata acara itu tayang pukul 06.30--07.30 WIB. 

"Tema acara kita hari ini adalah desain interior kamar anak-anak," begitu kata salah satu host Semanggi. Pikiran saya pun langsung berputar-putar dan bertanya-tanya apa hubungan antara desain interior dan membuat minuman. Dua objek yang ga nyambung dalam sebuah acara.

Lalu ada SMS dari ibu mertua di Purworejo, "Kok belum ada Mas Arief?"

Saya juga masih menunggu, Bu. Dan..... taraaaaa..... muncul juga sesosok pria berkepala botak dan berperut agak ndut (sejak menikah Mas Arief tambah gemuk) pukul 07.10 WIB. Mulailah aksinya dalam membuat dua jenis minuman. Yang pertama, Lahar Bromo, semacam minuman hangat yang dibuat dengan rebusan cengkeh + kayu manis, lalu diberi madu, dan teh rasa stroberi. Yang kedua, Suramadu, minuman dingin dengan es batu yang diberi jeruk nipis, sinom, kunyit asam, dan jahe merah yang diberi sirup.

Setelah iklan, tak saya sangka Mas Arief muncul lagi, tapi dalam posisi duduk dengan para host. Saya sangat tak percaya, kok bisa?? Menurut pengakuannya, Mas pun tidak tahu kalau harus duduk dan ngobrol di sana. Tak ada yang memberitahunya baik tim kreatif semanggi maupun managernya. Untunglah semua lancar.

Hanya satu yang menurut saya kurang, yakni make up. Tampilan wajahnya sangat kontras dengan para host karena ia tak sedikitpun diberi make up. Ahh... gantengnya tak tampak. :p
Ya sudahlah, saya terima engkau apa adanya. Dan terima kasih juga JTv. :)

22 Januari 2012

Dan Kematian itu Begitu Menyakitkan


Menyakitkan. Itulah kesan pertama ketika berhadapan dengan kematian, baik yang menimpa orang lain, maupun menimpa diri sendiri. Itu seperti yang saya rasakan sejak seminggu yang lalu. Kakak ipar saya meninggal. Mendadak. Bagi saya, kematian itu datang terlalu cepat. Saya belum pernah bertemu dengannya sekalipun. Mas dari suami saya itu tinggal di Jakarta, dan ia tidak datang pada saat saya dan suami menikah enam bulan lalu. Bahkan, sampai ajal menjemputnya pun kami belum sempat bertemu.
Malam itu, Sabtu (14/01), saya online sampai malam. Tiba-tiba Mas Nunung mengajak saya ngobrol via chating di fb.
“Dek, kamu ga ke Purworejo ta, di sana lagi panen duren. Kemarin Mas abis dari sana,” kata Mas Nunung.
Keesokan malamnya (15/01) tiba-tiba saya mendapat kabar mengenai kepergiannya, dan saya pun segera ke Purworejo. Saya merasa ada “sesuatu” dengan kata-katanya tadi, entah semacam isyarat atau apa. Dan kata-kata itu masih sangat terkenang hingga sekarang.
Pipi-pipi basah oleh air mata. Warna merah seakan enggan pergi dari mata yang menandakan adanya rasa sakit akan kehilangan. Ibunda, istrinya, anak-anaknya… Duh, betapa nyawa ini memang milik-Nya yang berhak diambil sewaktu-waktu. Menyakitkan memang, tapi lebih menyakitkan lagi jika tak ada kesiapan menghadapinya.
Mas Nunung dikenang sebagai orang yang baik. Ia seorang suami dan ayah yang selalu bekerja keras untuk keluarganya. Ia pekerja keras dan ulet. Hanya doa yang bisa kami panjatkan agar lapang kuburnya, dan diampuni dosanya. Selamat jalan, Mas Nunung. Suatu saat kami pun akan menyusulmu. Semoga putra-putrimu menjadi anak yang soleh dan dapat menjadi pelapang kuburmu.
Dan Tuhan sudah mengatakan kalau semua yang bernyawa pasti akan mati. Namun, banyak yang tak siap, termasuk saya. Sejak peristiwa ini, saya semakin merasa bahwa kematian sangat dekat dan bisa dating kapan saja. Oh Tuhan.. Kumohon khusnul khotimah, kematian yang baik untukku, suamiku, dan keluargaku, serta orang-orang yang beriman kepada-Mu. 

14 Januari 2012

Guru Harus Banyak Pengalaman


“Aku lho ga butuh pengalaman, aku kan ga mau jadi reporter, aku lho mau jadi guru”.


Ketika saya mendengar jawaban itu dari seorang teman, tahulah saya tentang seberapa jauh cara berpikirnya dan bagaimana pola pikirnya. Setelah itu ya sudah, saya tak menimpalinya dengan argumen lain.
Mereka tidak mengerti bahwa sebuah proses itu sama pentingnya dengan hasil, bahkan mungkin lebih penting. Dalam agama yang saya anut saja diajarkan bahwa tugas manusia adalah berusaha semaksimal mungkin, sedangkan hasil adalah hak Tuhan. Toh Tuhan tidak akan membiarkan usaha manusia menjadi sia-sia. Ketika manusia sudah berusaha dengan baik, tapi masih gagal, perlu diketahui bahwa Tuhan punya pilihan lain yang lebih baik untuk manusia itu suatu saat nanti.
Kembali ke kata-kata teman saya tadi. Apakah kalau seseorang hendak jadi guru itu tak butuh pengalaman? Menurut saya, seorang guru harus kaya pengalaman dan wawasan. Dalam bidang jurnalistik saja misalnya, seorang guru harus tahu bagaimana cara mencari berita, menggali informasi dari narasumber, kelengkapan isi berita, sudut pandang berita, dan kelayakan berita.  Jadi, besok kalau sudah jadi guru dan mengajar materi berita, ia bisa menjelaskan kepada murid-muridnya dengan benar, berlandaskan teori dan pengalaman. Bukankah lebih mantab dan menjadi suatu kebanggaan di depan murid-murid? Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik.
Menurut keyakinan saya, seseorang tidak bisa mengetahui apa pekerjaannya di masa depan. Meskipun sekarang ia kuliah di jurusan pendidikan, belum tentu ia akan menjadi guru. Karena itu jangan hanya belajar tentang ilmu itu saja. Seorang guru perlu mengetahui sedikit-sedikit tentang ilmu lain.
Lalu, kemarahan kepada instansi tempat PKL karena memberi nilai buruk saya rasa tidak perlu. Itu semakin menunjukkan ketidakmampuan seseorang di tempat magang tersebut. Mengapa tidak introspeksi diri lebih dulu? Sudahkah melaksanakan tugas dengan baik dan benar, masuk setiap hari dan tepat waktu, baikkah hasil kerjamu, seberapa produktif, dsb. Yang perlu dilakukan adalah menjadikan hal itu sebagai pemicu diri agar mau belajar lebih banyak. Manusia hanya tahu sedikit, tapi sudah merasa cukup. Ah, sangat disayangkan.
Kekecewaan teman tersebut kepada saya pun sudah saya maklumi. Ini karena kami berbeda visi. Yap, saya yang mengajak mereka magang di sana, bahkan dengan sedikit memaksa. Saya menganggap magang adalah kesempatan untuk mengenal dunia kerja, sehingga saya harus mencari tempat yang punya kredibilitas bagus, bukan yang ecek-ecek. Sedangkan teman saya itu menginginkan tempat magang yang mau memberi mereka nilai bagus dengan belas kasihan, bukan prestasi kerja. Mereka mau magang di tempat yang kerjanya tidak setiap hari, cukup satu atau dua kali seminggu dan bisa dapat nilai A. Ya sudah, maafkan saya telah memaksa.  
“Nilaimu mendingan, Non, makanya ga terlalu kecewa,” kata seseorang. Sekali lagi, ini bukan masalah nilai, Kawan. Ini proses, ini belajar. Itu saja.

12 Januari 2012

Foto Dieng Culture Festival II

Ini adalah beberapa foto acara Dieng Culture Festival II di Dieng, Wonosobo, tanggal 3 Juli 2011 lalu. Perjalanan ini semacam hadiah pernikahan dari suami saya. Bermotor dari Purworejo sampai Dieng.. Menikmati ritual adat yang begitu dijaga oleh masyarakat Dieng, melihat anak-anak berambut gimbal itu menangis ketakutan, bahagia mendapat hadiah, berfoto di candi-candi, ah betapa menyenangkannya.. Semoga terulang lagi lain kali.

Welcome to Dieng

Bocah Gimbal


Gunting Gimbalnya


Potongan Rambut


Horee Dapat Sepeda


Wisata Keluarga di Jolotundo dan Pacet

Baru kali ini saya berwisata ke Pacet tapi lewat Claket. Biasanya saya melewati Mojosari karena hanya jalan itu yang saya tahu. Pada kesempatan ini kami berniat ke Pacet untuk berendam air panas. Tapi saat sedang dalam perjalanan menuju ke sana tiba-tiba mobil dibelokkan ke arah Petirtaan Jolotundo oleh Mas David. Ia penasaran dengan cerita saya. Yap, saat itu entah mengapa saya tiba-tiba cerita kalau air dari Petirtaan Jolotundo memiliki kandungan mineral yang sangat bagus seperti yang ada di Lombok dan Bali. Jadi, setibanya di sana ia langsung mengambil air dalam jurigen 5 lt.

Sejarah mengenai petirtaan Jolotundo bisa Anda baca di sini. Sedangkan candi-candi lain di sekitar Petirtaan Jolotundo atau di sisi barat Gunung Penanggungan bisa Anda baca di sini.

Setelah dari Jolotundo, mobil diarahkan ke Trawas, melewati pos pendakian Gunung Penanggungan (ah, jadi kangen puncak Penanggungan), lalu nantinya akan melewati Claket sebelum tiba di Pacet. Jadi, rute yang kami lewati Jolotundo - Trawas - Claket - Pacet. Di Trawas (agak naik sedikit) kami berhenti sejenak untuk salat dan menikmati sore. Tak lupa kami pun berfoto dengan latar belakang Gunung Penanggungan. Setelah itu barulah kami berendam di air panas Pacet. 

Berikut sedikit foto wisata keluarga kami. Hehe...





07 Januari 2012

Patung Kwan Im dan Budha Empat Wajah di Kenjeran


Baru-baru ini saya jalan-jalan ke Pantai Ria Kenjeran. Jujur, ini yang pertama bagi saya. Selama ini saya hanya pernah ke Kenjeran lama, sedangkan yang saya kunjungi kali ini adalah Kenjeran baru.
Bersama dua teman dari Jakarta dan seorang teman asli Surabaya kami meluncur ke Pantai Ria Kenjeran. Tujuan utama kami bukan ke pantai, melainkan melihat patung Budha seperti yang tertera di internet. Saat itu pukul 16.00 dan suasana di sana lumayan sepi. Sepertinya pantai ini memang didesain bernuansa China atau Buddhist karena banyak patung budha dan klenteng. Pertama kali tiba di sana, kami langsung menuju ke patung Budha Empat Wajah.
Mengenai informasi mengenai patung ini, berikut saya ambilkan dari artikel Mbak Arini yang lebih tahu. Patung Buddha Empat Wajah diresmikan pada tanggal 9 November 2004, dan untuk pembangunannya menghabiskan dana kurang lebih 4 miliar rupiah. Patung dengan panjang sisi alas 9 meter dan tinggi 9 meter tersebut diletakkan di dalam bangunan yang disangga 4 pilar berwarna hijau emas, dengan panjang sisi alas 15 meter dan total tinggi 36 meter. Ukuran-ukuran ini banyak mengandung angka 9, karena selain mengacu pada patung serupa di Thailand, angka 9 memiliki makna khusus, yaitu merupakan angka tunggal tertinggi, sekaligus sebagai lambang kesempurnaan. Patung ini berlapis emas, dan untuk menyempurnakan lapisan emasnya, digunakan kertas kimpo atau kertas emas dari Thailand.
Patung ini memiliki 4 wajah yang menghadap ke seluruh penjuru mata angin, dan melambangkan 4 sifat baik sang Buddha, yaitu welas asih, murah hati, adil, dan meditasi. Patung ini digambarkan memiliki 8 tangan, yang melambangkan kehadiran dan kekuatan Sang Buddha. Salah satu dari tangan kanan memegang dada, sedangkan di 3 tangan kanan yang lain memegang cupu berisi air suci, tongkat kebesaran dan cakram (sejenis senjata berbentuk piringan). Air suci merupakan perlambang energi penciptaan semesta. Adapun tangan kiri patung terlihat sedang memegang tasbih, teratai, kitab suci dan kerang. Teratai merupakan lambang kekuatan yang memunculkan alam semesta.
Selain patung Buddha Empat Wajah, bangunan yang menaungi patung dikelilingi oleh empat patung gajah berwarna putih yang terletak di setiap penjuru mata angin. Di sisi utara patung Buddha Empat Wajah, terdapat sebuah pendopo kecil yang di dalamnya terdapat patung Ganesha, dewa ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu. Selain itu tempat ini dilengkapi juga dengan Ruang Meditasi bagi mereka yang ingin bermeditasi.
Setelah puas melihat patung Budha, kami pun masuk ke bangunan di timur patung Budha ini. Namanya Sanggar Agung. Ini adalah tempat ibadah umat Tri Dharma (Buddha, Kong Fu Tsu, dan Tao). Pertama masuk, langsung tercium bau dupa dan lilin yang mereka pergunakan untuk sembayang. Semua orang bebas masuk ke dalam sanggar ini asalkan tidak mengganggu umat yang sedang berdoa. Di ujung pintu belakang sanggar terdapat patung Dewi Kwan Im Pou Sat setinggi 20 meter dengan didampingi dua anak kecil dan dua dewa. Di bawahnya, meliuk dua naga raksasa yang memperebutkan sebuah bola mustika. Patung ini berdiri di batas antara Sanggar Agung dengan laut.
Waaaahhh… Saya jadi teringat serial Kera Sakti dan Dewi Kwan Im nya. Hehe… Meskipun sempat diguyur hujan, kami senang sekali bisa ke tempat ini. Kami menyibukkan diri dengan bernarsis ria di depan kamera.

Resep Bola-bola Coklat


Bola-bola Coklat
Makanan manis seperti coklat dan permen biasanya disukai anak-anak. Namun tidak dengan biskuit atau roti marie. Kebetulan kemarin ada sebungkus roti marie yang sepi peminat (nggak ada yang suka). Tiba-tiba muncul ide untuk membuat bola-bola coklat. Berikut cara membuatnya.

Bahan:
1.     Roti marie (saya biasa beli yang remuk)
2.     Susu coklat kental manis
3.     Meses coklat dan warna-warni
4.  Coklat blok + margarine (dilelehkan)

Cara Membuat
1.     Hancurkan roti marie sampai halus (nggak perlu halus banget)
2.     Beri susu coklat kental manis sambil diaduk-aduk, tapi jangan terlalu banyak. Cukup sampai kira-kira bisa lengket kalau dibuat bulatan.
3.     Setelah tercampur rata, bentuk seperti bola-bola kecil, jangan lupa lapisi tangan dengan plastik biar nggak lengket.
4.     Celupkan pada coklat blok yang telah dilelehkan dengan margarin.
5.     Guling-gulingkan di meses.
6.     Terakhir masukkan bola-bola coklat ke kulkas karena kue ini lebih enak dimakan pada saat dingin.

Selamat Mencoba! J

01 Januari 2012

Resep Brownies Coklat


Salah satu hobi saya adalah membuat kue, termasuk brownies coklat. Dari dulu saya sudah mencoba berkali-kali, tapi selalu saja ada yang kurang. Nah, beberapa hari yang lalu saya mencoba lagi membuat brownies dengan mengubah-ubah resep yang saya punya. Hasilnya, 90% memuaskan. Saya bisa menghasilkan kue yang terlihat bantat tapi empuk, lembut saat dimakan. Hmm… Nyummiii!!!  

Berikut resep brownies saya.
Bahan:
  1. Lelehkan
1.     175 gr  coklat batangan (dark coklat)
2.     190 gr mentega (kemarin saya menggunakan blue band yg 200 gr, saya sisain sedikit)

  1. Campurkan
3.     20 gr coklat bubuk
4.     150 gr tepung kue
5.     baking powder secukupnya
6.     garam secukupnya

  1. Mixer
7.     150 gr gula pasir
8.     4 butir telur (satu telur dibuang putihnya)

Cara Membuat:
  1. Lelehkan coklat batangan dan mentega dalam satu wadah, lalu diangin-anginkan supaya dingin.
  2. Di wadah yang lain campurkan bahan B sampai rata.
  3. Tuang lelehan coklat-mentega ke dalam campuran bahan B, aduk-aduk sampai rata.
  4. Mixer bahan C sampai mengembang, kira-kira sepuluh menit.
  5. Campurkan bahan yang sudah dimixer dengan campuran bahan B yang sudah diberi coklat. Aduk-aduk sampai rata, sampai semua adonan berwarna coklat.
  6. Tuang ke dalam loyang.
  7. Panggang dalam oven dengan api sedang (agak kecil) selama 40 menit.
  8. Dan jadilah brownies panggang yang nikmat. Nyummii!