Pencetus Ide |
Tas berbahan kain memang
sudah biasa. Namun, bagaimana bila Anda dihadapkan dengan tas berbahan daur
ulang. Tak tanggung-tanggung, bahan daur ulang yang digunakan adalah sak semen.
Seperti itulah lead berita saya di detiksurabaya.com
tanggal 7 Desember 2011. Saya memang baru meliput pasangan suami istri yang
mencetuskan ide pembuatan tas dan dompet dari kertas (sak) semen. Mereka adalah
Weny Indrasari (39) dan Sutiono(39), warga Perum TAS 2 Blok R3, Tanggulangin,
Sidoarjo.
Seperti yang dikatakannya
pada semua orang dan wartawan, hasil karya mereka ini muncul atas ketidaksengajaan.
Kebetulan saat itu, sekitar tahun 2010, Pak Sutiono Dan Bu Weny sedang
merenovasi pagar belakang rumah. Akibatnya banyak sak sisa semen yang menumpuk.
Di saat bersamaan, ia
mendapat tantangan dari sebuah acara bertema daur ulang dalam program Sidoarjo Bersih Hijau (SBH). Mereka pun berpikir seandainya sak-sak semen itu bisa
dijadikan tas.
"Semuanya nggak
sengaja, pas ada tuntutan membuat kerajinan daur ulang, pas juga ada banyak sak
semen bekas renovasi rumah," tutur Weny di rumahnya Rabu (7/12/2011).
Memberi Warna |
Sebenarnya Pak Sutiono
dan istrinya tidak punya keahlian khusus dalam membuat tas. Waktu punya ide
membuat tas, ia pun meminta saran dan bantuan dari tetangga sebelah rumahnya.
Ia bertanya teknik pembuatan tas dan dompet. Setelah dilihat-lihat ternyata
teknik dasarnya ya itu-itu saja, tinggal bagaimana mengkreasikannya agar
terlihat lebih menarik. Apalagi Bu Weny sebelumnya juga bekerja sebagai pembuat
kerudung, jadi kemampuan menjahit atau menyulam sudah tidak perlu diragukan
lagi.
Saat saya ke sana, mereka
sedang mengerjakan pesanan tas sebanyak 200 buah. Jadi saya bisa melihat secara
langsung proses pembuatannya. Pak Sutiono dan Bu Weny pun sangat ramah dan
tidak segan-segan membagi ilmunya.
Secara singkat akan saya jelaskan. Awalnya
kertas semen dibersihkan dari semen dengan menggunakan spon dengan sedikit air.
Kedua, kertas semen dicelupkan ke dalam air sebentar. Ketiga kertas semen
dimasukkan ke dalam air mendidih yang sudah diberi pewarna (wantek). Dalam
memasukkannya ke air mendidih harus ada tekniknya biar merata. Keempat, kertas
yang sudah diwarnai diangkat lalu dicelupkan sebentar ke air dingin. Kelima,
kertas semen dijemur. Keenam, kertas semen disetrika. Selanjutnya kertas baru
bisa diproses seperti dijahit atau disulam. Setelah itu kertas diberi formula
tahan air. Terakhir diberi lapisan fernis agar terlihat mengkilap.
Karya Kreatif |
Itu berarti, keduanya
tetap mengguanakan sak semen hanya untuk pelapis luar saja. Sedangkan bagian
dalamnya sama seperti tas pada umumnya. Ini memungkinkan tas dan dompet
buatannya tidak akan rusak bila terkena air. Selain itu, menurutnya kertas
semen cocok untuk dibuat tas ataupun dompet karena seratnya lebih tebal.
"Nggak semua kertas
semen bisa dipakai, hanya merek tertentu saja (Semen Gresik) yang seratnya
lebih tebal," kata Sutiono.
Dalam sehari Weny dan
Sutiono bisa mampu membuat 10 tas atau dompet. Harganya bervariasi mulai Rp 35
ribu sampai Rp 100 ribu. Dari usahanya ini Weny bisa mendapatkan keuntungan 1,5
juta setiap bulan.
Karena keterbatasan
tenaga kerja, sementara ini Weny dan Sutiono hanya memasarkan produknya di UKM
Provinsi Jatim di Juanda. Namun tidak jarang ada konsumen yang langsung datang
ke rumahnya untuk memesan tas maupun dompet. Bahkan produknya sudah pernah
dikirim ke Medan, Pontianak dan Samarinda.